Denpasar (Antara Bali) - Konsumsi rumah tangga masih menjadi komponen terbesar pendorong pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali dengan andil sebesar 54 persen dan mengalami peningkatan dari 7,04 persen (yoy) triwulan IV-2015 menjadi 9,05 persen (yoy) triwulan I-2016.
"Peningkatan konsumsi rumah tangga tersebut tercermin dari hasil survei konsumen Bank Indonesia di ketiga indeks yakni Indeks Keyakinan Konsumsen (IKK), Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) dan Indeks Kondisi Ekonomi (IKE)," kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Dewi Setyowati di Denpasar, Selasa.
Ia dalam laporan kajian ekonomi dan keuangan regional Provinsi Bali menjelaskan, perekonomian Bali pada triwulan I-2016 mencatat peningkatan pertumbuhan sebesar 6,04 persen (yoy) dengan output riil mencapai Rp 32 triliun.
Jika dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan I-2016, lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (triwulan IV-2015) yang sebesar 5,96 persen (yoy) dan angka itu juga lebih tinggi dibandingkan angka pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 4,92 persen (yoy).
Ia menjelaskan, peningkatan konsumsi rumah tangga tersebut tercermin dari rata-rata indeks sepanjang triwulan I-2016 yang mengalami peningkatan. Sejalan dengan kondisi tersebut, Indeks Tendensi Konsumen (ITK) berdasarkan hasil survei BPS, pada triwulan I 2016 juga menunjukkan peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya.
Hal itu terjadi berkat adanya aktivitas musiman berupa perayaan hari raya keagamaan yakni Paskah, Galungan, Kuningan, dan Nyepi yang diiringi dengan penurunan harga bahan bakar minyak (BBM), tarif tenaga listrik (TTL) dan elpiji pada triwulan laporan diperkirakan menjadi pendorong peningkatan kinerja konsumsi rumah tangga.
Selain itu, peningkatan upah minimum kota/kabupaten (UMK) awal tahun turut mendorong peningkatan kinerja konsumsi rumah tangga seperti terlihat dari peningkatan indeks ketepatan waktu pembelian barang tahan lama dari 87 pada triwulan IV-2015, menjadi 87,67 pada triwulan I 2016.
Sejalan dengan kondisi tersebut, Hasil survei dan liaison yang dilakukan oleh Bank Indonesia pada triwulan I-2016, turut mengkonfirmasi peningkatan tersebut, sebagaimana terlihat dari peningkatan signifikan nilai "likert scale" penjualan domestik pada triwulan laporan, yakni dari sebesar -0,13 poin pada triwulan IV-2015 menjadi sebesar 1,73 poin di triwulan I-2016.
Peningkatan kinerja konsumsi rumah tangga juga terkonfirmasi oleh peningakatan pertumbuhan kredit konsumsi dari sebesar 12,86 persen (yoy) triwulan IV-2015 menjadi 13,14 persen (yoy) di triwulan I-2016. Terutama terjadi pada kredit multiguna yang mencatat peningkatan pertumbuhan dari 20,56 persen (yoy) pada triwulan IV-2015 menjadi 20,84 persen (yoy) pada triwulan I-2016.
Kondisi tersebut, sejalan dengan peningkatan ekspektasi masyarakat terhadap perekonomian (IEK) mengalami peningkatan dari sebesar 105,28 pada triwulan IV-2015 menjadi 107,39 pada triwulan I-2016 (yoy).(WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
"Peningkatan konsumsi rumah tangga tersebut tercermin dari hasil survei konsumen Bank Indonesia di ketiga indeks yakni Indeks Keyakinan Konsumsen (IKK), Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) dan Indeks Kondisi Ekonomi (IKE)," kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Dewi Setyowati di Denpasar, Selasa.
Ia dalam laporan kajian ekonomi dan keuangan regional Provinsi Bali menjelaskan, perekonomian Bali pada triwulan I-2016 mencatat peningkatan pertumbuhan sebesar 6,04 persen (yoy) dengan output riil mencapai Rp 32 triliun.
Jika dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan I-2016, lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (triwulan IV-2015) yang sebesar 5,96 persen (yoy) dan angka itu juga lebih tinggi dibandingkan angka pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 4,92 persen (yoy).
Ia menjelaskan, peningkatan konsumsi rumah tangga tersebut tercermin dari rata-rata indeks sepanjang triwulan I-2016 yang mengalami peningkatan. Sejalan dengan kondisi tersebut, Indeks Tendensi Konsumen (ITK) berdasarkan hasil survei BPS, pada triwulan I 2016 juga menunjukkan peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya.
Hal itu terjadi berkat adanya aktivitas musiman berupa perayaan hari raya keagamaan yakni Paskah, Galungan, Kuningan, dan Nyepi yang diiringi dengan penurunan harga bahan bakar minyak (BBM), tarif tenaga listrik (TTL) dan elpiji pada triwulan laporan diperkirakan menjadi pendorong peningkatan kinerja konsumsi rumah tangga.
Selain itu, peningkatan upah minimum kota/kabupaten (UMK) awal tahun turut mendorong peningkatan kinerja konsumsi rumah tangga seperti terlihat dari peningkatan indeks ketepatan waktu pembelian barang tahan lama dari 87 pada triwulan IV-2015, menjadi 87,67 pada triwulan I 2016.
Sejalan dengan kondisi tersebut, Hasil survei dan liaison yang dilakukan oleh Bank Indonesia pada triwulan I-2016, turut mengkonfirmasi peningkatan tersebut, sebagaimana terlihat dari peningkatan signifikan nilai "likert scale" penjualan domestik pada triwulan laporan, yakni dari sebesar -0,13 poin pada triwulan IV-2015 menjadi sebesar 1,73 poin di triwulan I-2016.
Peningkatan kinerja konsumsi rumah tangga juga terkonfirmasi oleh peningakatan pertumbuhan kredit konsumsi dari sebesar 12,86 persen (yoy) triwulan IV-2015 menjadi 13,14 persen (yoy) di triwulan I-2016. Terutama terjadi pada kredit multiguna yang mencatat peningkatan pertumbuhan dari 20,56 persen (yoy) pada triwulan IV-2015 menjadi 20,84 persen (yoy) pada triwulan I-2016.
Kondisi tersebut, sejalan dengan peningkatan ekspektasi masyarakat terhadap perekonomian (IEK) mengalami peningkatan dari sebesar 105,28 pada triwulan IV-2015 menjadi 107,39 pada triwulan I-2016 (yoy).(WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016