Mewarisi bakat seni yang terpendam, dalam waktu dua menit Ida Bagus Lolec Surakusuma berhasil membuat sket sosok Muhammad Ali, petinju kelas dunia saat sama-sama dalam satu penerbangan ke Los Angles, Amerika Serikat.

Inspirasinya itu muncul secara spontanitas tat kala Muhammad Ali lewat di hadapannya saat sama-sama duduk di kursi kelas bisnis penerbangan yang membawanya  ke negeri adikuasa pada 18 Oktober 1996.

Begitu pesawat mendarat di Bandara setempat, dengan disaksikan dua penumpang lainnya dari Indonesia, Ida Bagus Lolec menyodorkan sket yang dibuatnya kepada sang petinju juara dunia itu mendapat apresiasi yang luar biasa, tutur suami dari Ida Ayu Ida  Wirantini Utari mengenang  pengalamannya 20 tahun silam saat gencarnya melakukan promosi pariwisata Bali ke mancanegra.

Muhammad Ali dengan senyum yang khasnya membubuhkan tanda tangan pada sket wajahnya yang dibuat oleh salah seorang putra Bali. Ida Bagus Lolec yang sukses dalam bisnis industri pariwisata di Bali mungkin merupakan satu-satunya di Indonesia yang mampu mengoleksi karya seni yang dibubuhi tanda tangan secara langsung oleh mantan petinju kelas berat dunia.

Muhammad Ali yang juga pejuang hak-hak asasi manusia meninggal dunia pada hari Jumat (3/6)  akibat konflikasi penyakit Parkinson yang telah dideritanya sejak puluhan tahun. Keluarga  petinju legendaris Muhammad Ali berencana melakukan upacara pemakaman di Kota  kelahirannya Lousville Kentucky pada Jumat, 10 Juni 2016.

"Nah ini tanda tangan Mohammad Ali, karena yang bersangkutan telah pergi untuk selama-lamanya  mungkin akan mempunyai nilai  tinggi bagi pencintanya,"  ujar ayah dari tiga putra dan putri sambil menunjukkan karya sket yang dibuatnya 20  tahun silam.

Kakek dengan sebelas cucu dari ketiga putra-putrinya yang telah membentuk rumah tangga itu mensyukuri kiprahnya dalam dunia pariwisata yang berawal dari seorang pramuwisata (guide).

Pengalaman guru terbaik

Ida Bagus Lolec ketika ditemui di rumah tempat tinggalnya di kawasan Niti Mandala Renon Denpasar menuturkan, pengalaman adalah guru yang terbaik, karena dari pengalamanlah kita dapat lebih matang mengenal asam-garamnya kehidupan.

Bahkan terkadang demi sebuah pengalaman itu, seseorang rela pergi jauh meninggalkan kampung halamannya untuk menempuh segala rintangan, menyongsong segala halangan dan bergelut dengan beraneka harapan, sampai pada akhirnya semua itu menjadi rangkaian perjalanan hidup yang bermanfaat di masa yang akan datang, atau setidaknya, pengalaman itu hanya tersembunyi di dasar hati sebagai kilas kenangan yang menyimpan pahit dan manisnya laku kehidupan.

Seulas senyum mengembang dari bibir Ida Bagus Surakusuma, seorang tokoh pelaku pariwisata Bali, ketika ia mencoba mengingat-ingat kembali peristiwa demi peristiwa yang mewarnai perjalanan hidupnya hingga sampai pada posisinya kini sebagai manager PT. Pacific World Nusantara, Bali.

Pria berperawakan gagah, dengan logat bicara runtut yang menunjukkan nalar cerdasnya, memang di kalangan masyarakat luas lebih dikenal dengan nama, Ida Bagus Lolec, sebuah nama pemberian kakeknya yang ia sandang sejak usianya belum lagi dewasa.

Kala itu 28 Oktober 1950, pasangan Ida Bagus Jaya Kusuma (alm) dan Ida Ayu Kerthi (alm)  tengah melakukan perjalanan dari kota Surabaya menuju ke Pulau Bali. Di tengah perjalanan itu, terjadi  peristiwa alam yang sebenarnya lumrah terjadi bagi setiap wanita, begitu juga bagi Ida Ayu Kerthi, ia mendadak merasakan jabang bayi yang telah sembilan bulan lebih di kandungnya ini, menuntut untuk keluar menyaksikan dunia.

Maka dalam perjalanan itu jugalah lahir bayi laki- laki sehat, mungil yang kemudian diberi nama Ida Bagus Surakusuma. Unik memang suatu kelahiran yang terjadi di tengah perjalanan, bisa saja ini merupakan pralambang dari Hyang Widhi, bahwa yang bersemayam di dalam sang bayi adalah jiwa petualang, namun bisa jadi ini juga merupakan gejala sejarah bagi Ida Bagus Surakusuma yang mungkin bila dewasa nanti, ia tidak akan gentar untuk berkelana, melakukan perjalanan jauh sejauh keinginan hatinya.

Ida Bagus Sura Kusuma atau sebut saja Ida Bagus Lolec, kemudian mulai tumbuh dewasa, dalam satu, dua, tiga tahun kemudian telah tampak lincah bermain dan mulai mampu merekam kenangan akan masa kecilnya.

Lolec jelas mengingat, kala itu ayahnya adalah seorang karyawan Dinas Pekerjaan Umum (PU) dan bekerja pada UNTEA di Irian Jaya, dan meski tidak begitu berada, namun cukup terpandang dan disegani masyarakat sekitarnya.

Namun kemudian, usia kanak-kanak Lolec banyak dihabiskan di Ibu Kota Jakarta beserta keluarganya yang memang sering berpindah- pindah tugas. Tidak ada yang tidak berkesan waktu itu, Lolec yang anak kedua dari sepuluh bersaudara ini merasa setiap detik, menit ataupun masa adalah kenangan baginya, meski hidup penuh kesederhanaan dengan keluarga besarnya itu, namun sebuah suasana kerukunan, warna - warni kebersamaan antar saudara, kelucuan-kelucuan selih berganti yang selalu saja ada, telah menghidupkan suasana di sepanjang harinya.

Besar di Jakarta
Ida Bagus Lolec seperti anak-anak sebaya lainnyapun kemudian mulai bersekolah,ia masuk pendidikan dasarnya di SD Perguruan Rakyat, Salemba- Jakarta, dan berhasil tamat tepat pada waktunya dan kemudian meneruskan kembali di sekolah menengah pertama yang ia tempuh di SMPN 8 Pegangsaan,  Jakarta.

Di SMPpun, Lolec berhasil lulus dan langsung melanjutkan di SMA Yayasan Perguruan Cikini Jakarta. Setelah lulus SMA, Lolec kemudian kembali ke Pulau Bali dan menuju Denpasar untuk melanjutkan perguruan tingginya di Universitas Udayana.

Mengingat bakat melukis dan menggambar merasa begitu kuat dan lekat dalam dirinya, maka Lolec menjatuhkan minatnya pada Fakultas Arsitektur.

Dengan modal kecerdasan dan bakatnya, Lolec pun diterima. Selama masa kuliah inilah, Lolec melihat kehidupan pariwisata Bali yang tampak begitu dinamis, menggairahkan  menarik  untuk diselami.

Alasan inilah yang mendorong Lolec untuk mencoba-coba mencari pengalaman dengan bekerja sebagai pramuwisata, adapun di mana tempatnya, bukan menjadi masalah bagi Lolec, yang terpenting baginya ia dapat bertemu dengan para wisatawan.

Setelah banyak mengenal tamu-tamu asing yang datang ke Bali dan mendengarkan cerita mereka tentang negaranya, tiba-tiba saja muncul keinginan di hati Ida Bagus Lolec untuk menjadi seorang wisatawan dengan berkunjung ke negara lain.

Akan tetapi ia sadar betul hal ini memerlukan biaya yang tidak sedikit untuk dapat mewujudkan keinginannya kali ini. Sedangkan bila harus dengan jalan menabung, tentu akan membutuhkan waktu sangat lama.

Di lain sisi, jiwa mudanya sudah tidak sabar lagi menunggu dan hanya membayangkan impian tentang suatu tempat baru yang tentu jauh berbeda dibandingkan dengan apa yang terlihat di Bali ataupun kota-kota di Indonesia.

Beribu cara dipikirkannya, hingga sampai suatu ketika, ia mendengar sebuah cara di mana banyak para wisatawan muda dari Australia datang ke Bali melalui jalan darat. Mengetahui hal ini akalnyapun berpikir, dan yakin iapun bisa pergi dari Bali ke Australia menelusur melalui jalan darat.

Nah,…mungkin inilah satu-satunya cara untuk menjemput angannya menjadi
wisatawan ataupun harus mengadu nasib di negeri orang. Bila semakin dibayangkan, semakin Lolec tertantang untuk mencobanya, dan tanpa pikir panjang lagi dan juga tanpa sepengetahuan orang tuanya, Lolec menjual sepeda motor miliknya dan mengakhiri kuliah serta perkerjaannya yang baru satu tahun ia tekuni, untuk memulai "ekspedisi memuaskan hati".

Dengan kenekatannya yang berani ini, sama saja ia telah memberi jawaban pasti bahwa pengembaraannya tak boleh berakhir tanpa arti, karena bila tidak, ia pasti akan mendapat murka ayahnya atas semua yang ditinggalkannya di Bali. (WDY)

Pewarta: Pewarta: I Ketut Sutika

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016