Jakarta (Antara Bali) - Pemerintah dan Komisi XI DPR RI menyetujui
perubahan asumsi makro pertumbuhan ekonomi dalam RAPBNP 2016 dari
sebelumnya 5,3 persen menjadi 5,1 persen yang lebih realistis dengan
kondisi perekonomian terkini.
Hal tersebut menjadi salah satu keputusan dari rapat kerja pemerintah dengan Komisi XI yang membahas asumsi makro RAPBNP 2016 di Jakarta, Selasa malam.
Hadir dalam rapat kerja tersebut adalah Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Sofyan Djalil, Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo dan Kepala Badan Pusat Statistik Suryamin.
Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan pertumbuhan ekonomi 2016 lebih realistis pada kisaran 5,1 persen setelah mempertimbangkan kondisi perekonomian global yang masih melambat pada tahun ini.
Selain itu, ia menjelaskan pertumbuhan ekonomi 2016 dipengaruhi oleh konsumsi rumah tangga yang diperkirakan tidak bisa tumbuh lebih dari lima persen akibat pelemahan daya beli masyarakat yang telah terlihat sejak awal tahun.
Bambang menambahkan konsumsi pemerintah juga terhambat oleh pemotongan belanja operasional non prioritas di kementerian lembaga dan sektor investasi diperkirakan sedikit tertahan, meskipun membaik dari triwulan I-2016.
"Sedangkan, ekspor bisa berada dalam wilayah yang positif pada akhir tahun, tapi pertumbuhan Tiongkok yang menjadi negara tujuan ekspor sedang menurun, maka kami khawatir kinerja positif sukar dicapai," kata Bambang.
Dengan proyeksi angka pertumbuhan 5,1 persen tersebut, maka dalam periode pertumbuhan ekonomi triwulan II hingga IV, harus ada yang bisa mencapai kisaran 5,3 persen karena perekonomian Indonesia pada triwulan I-2016 hanya tumbuh 4,92 persen.
Rapat kerja tersebut juga menetapkan asumsi makro laju inflasi 4,0 persen, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS Rp13.500 dan suku bunga SPN 3 bulan sebesar 5,5 persen.
Asumsi makro yang diputuskan dalam rapat kerja ini akan menjadi bahan pertimbangan pemerintah dengan DPR RI dalam menetapkan asumsi makro RAPBNP 2016 di tingkat panitia kerja (panja) Badan Anggaran.
Sebelumnya, sejumlah anggota Komisi XI DPR RI dalam rapat kerja dengan pemerintah pada Senin (6/6) mempertanyakan asumsi pertumbuhan ekonomi yang terlalu optimistis pada angka 5,3 persen, atau sama dengan asumsi di APBN 2016, karena dinilai tidak realistis dengan perkembangan ekonomi terkini.
Padahal dengan kondisi perekonomian global yang melambat, pertumbuhan ekonomi diperkirakan tidak bisa mencapai 5,3 persen, bahkan beberapa lembaga multilateral seperti Bank Dunia, IMF, dan Bank Pembangunan Asia (ADB) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia berada pada kisaran 4,9 persen hingga 5,2 persen. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
Hal tersebut menjadi salah satu keputusan dari rapat kerja pemerintah dengan Komisi XI yang membahas asumsi makro RAPBNP 2016 di Jakarta, Selasa malam.
Hadir dalam rapat kerja tersebut adalah Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Sofyan Djalil, Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo dan Kepala Badan Pusat Statistik Suryamin.
Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan pertumbuhan ekonomi 2016 lebih realistis pada kisaran 5,1 persen setelah mempertimbangkan kondisi perekonomian global yang masih melambat pada tahun ini.
Selain itu, ia menjelaskan pertumbuhan ekonomi 2016 dipengaruhi oleh konsumsi rumah tangga yang diperkirakan tidak bisa tumbuh lebih dari lima persen akibat pelemahan daya beli masyarakat yang telah terlihat sejak awal tahun.
Bambang menambahkan konsumsi pemerintah juga terhambat oleh pemotongan belanja operasional non prioritas di kementerian lembaga dan sektor investasi diperkirakan sedikit tertahan, meskipun membaik dari triwulan I-2016.
"Sedangkan, ekspor bisa berada dalam wilayah yang positif pada akhir tahun, tapi pertumbuhan Tiongkok yang menjadi negara tujuan ekspor sedang menurun, maka kami khawatir kinerja positif sukar dicapai," kata Bambang.
Dengan proyeksi angka pertumbuhan 5,1 persen tersebut, maka dalam periode pertumbuhan ekonomi triwulan II hingga IV, harus ada yang bisa mencapai kisaran 5,3 persen karena perekonomian Indonesia pada triwulan I-2016 hanya tumbuh 4,92 persen.
Rapat kerja tersebut juga menetapkan asumsi makro laju inflasi 4,0 persen, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS Rp13.500 dan suku bunga SPN 3 bulan sebesar 5,5 persen.
Asumsi makro yang diputuskan dalam rapat kerja ini akan menjadi bahan pertimbangan pemerintah dengan DPR RI dalam menetapkan asumsi makro RAPBNP 2016 di tingkat panitia kerja (panja) Badan Anggaran.
Sebelumnya, sejumlah anggota Komisi XI DPR RI dalam rapat kerja dengan pemerintah pada Senin (6/6) mempertanyakan asumsi pertumbuhan ekonomi yang terlalu optimistis pada angka 5,3 persen, atau sama dengan asumsi di APBN 2016, karena dinilai tidak realistis dengan perkembangan ekonomi terkini.
Padahal dengan kondisi perekonomian global yang melambat, pertumbuhan ekonomi diperkirakan tidak bisa mencapai 5,3 persen, bahkan beberapa lembaga multilateral seperti Bank Dunia, IMF, dan Bank Pembangunan Asia (ADB) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia berada pada kisaran 4,9 persen hingga 5,2 persen. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016