Denpasar (Antara Bali) - Bali mengimpor berbagai jenis mesin dan komponen alat produksi senilai 58,19 juta dolar AS selama empat bulan periode Januari-April 2016, meningkat 21,33 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya tercatat 47,96 juta dolar AS.

"Khusus nilai impor pada bulan April 2016 tercatat 9,04 juta dolar AS, merosot 33,18 persen dibanding bulan yang sama tahun sebelumnya (April 2015) tercatat 13,53 juta dolar AS," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Adi Nugrohodi Denpasar, Minggu.

Ia mengatakan, demikian pula impor bulan April 2016 itu dibandingkan dengan bulan sebelumnya (Maret 2016) menurun 68,26 persen, karena bulan Maret 2016 mendatangkan barang-barang dari luar negeri senilai 28,49juta dolar AS.

Bali sebagai daerah tujuan wisata utama di Indonesia mengimpor mesin-mesin dan aneka jenis barang produksi untuk diolah kembali menjadi barang dan aneka jenis cenderamata yang siap diekspor ke pasaran luar negeri yang mampu memberikan nilai ekonomis jauh lebih besar.

"Impor alat produksi itu dinilai lebih menguntungkan, karena mampu memberikan nilai tambah dibandingkan dengan mendatangkan bahan makanan atau minuman untuk memenuhi kebutuhan konsumen, yang hanya menghabiskan devisa," ujar Adi Nugroho.

Bali mengimpor alat produksi antara lain produksi mesin-mesin (mekanik) sebesar 41,92 persen, menyusul produksi mesin (peralatan listrik) 14,50 persen, produk perangkat optik tujuh persen, produk lonceng dan arloji 6,68 persen serta produk kapal terbang dan sejenisnya 5,39 persen.

Adi Nugroho menjelaskan, aneka jenis produk luar negeri itu paling banyak didatangkan dari China 28,17 persen, menyusul Swis 25,98 persen, Amerika Serikat 10,01 persen, Australia 9,71 persen dan Singapura 5,48 persen.

Dari lima negara utama asal impor barang Provinsi Bali, tercatat dua negara mengalami penurunan impor dibanding bulan sebelumnya yakni Amerika Serikat dan Singapura.

Sedangkan China, Swis dan Australia tercatat mengalami kenaikan. Jika dibandingkan dengan bulan yang sama tahun sebelumnya China, Australia dan Singapura sebagai negara dominan yang mengalami penurunan, ujar Adi Nugroho. (WDY)

Pewarta: Pewarta: I Ketut Sutika

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016