Semarang (Antara) - Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Denpasar bertukar informasi dengan PDAM Kota Semarang, Jawa Tengah, terkait pelayanan kepada masyarakat di tengah keterbatasan sumber air baku.

Direktur Teknik PDAM Kota Denpasar Putu Yasa saat bertatap muka dengan Kepala Cabang PDAM Kota Semarang Tengah Sapto Widodo, Jumat mengatakan ketersediaan air baku sangat terbatas. Saat ini pihaknya mengandalkan pasokan dari sumber air permukaan.

"Ketersedian air baku untuk dapat memberikan pelayanan kepada warga masyarakat Kota Denpasar masih kurang, dibanding dengan jumlah pelanggan yang semakin meningkat setiap tahunnya," ujar Putu Yasa didampingi Humasnya Gusti Ngurah Anom Saputra.

Ia mengatakan pelanggan PDAM Kota Denpasar mencapai 81.246 dengan cakupan pelayanan di bulan April lalu sebanyak 47,23 persen, dan daftar tunggu sebanyak 3.281 orang untuk sambungan baru.

Dikatakan produksi air permukaan/sungai instalasi pengolahan air (IPA) Ayung III Blusung, IPA paket Ayung III Blusung dan IPA Ayung Hilir Waribang, serta melalui pembelian PDAM lain di Kabupaten Gianyar, Badung, Tukad Petanu (Benoa) dan Tukad Petanu (Waribang).

Sementara Kepala Cabang PDAM Semarang Tengah Sapto Widodo mengatakan pihaknya memiliki sumber bahan baku air permukaan di tujuh titik, air mata di delapan titik dan air tanah dalam dua titik.

"Jadi sumber air baku yang tersedia keseluruhannya mencapai 3.904 liter per detik. Sedangkan jumlah pelanggan mencapai 161.635 orang," ucap Sapto didampingi Kabag Perawatan dan Pemeliharan Surnario, dan Kabag Produksi I PDAM Semarang Gunawan Wibisiono.

Sunario menambahkan tingkat kebocoran pada distribusi air mencapai 40 persen, hal tersebut disebabkan jaringan pipa yang sudah cukup lama dimakan usia.

"Di PDAM Semarang ada jaringan pipa peninggalan zaman kolonial Belanda, termasuk juga sumur bor yang dibuat pada tahun 1912. Kobocoran pada pipa karena disebabkan pipa termakan usia, sehingga keropos," katanya.

Oleh karena itu, kata dia, PDAM Semarang secara bertahap melakukan pemeliharaan jaringan pipa tersebut, sehingga masyarakat tetap mendapatkan saluran air bersih.

"Kami secara bertahap melakukan pemeliharaan jaringan pipa yang selama ini mengalami keropos. Namun tidak bisa dilakukan secara serentak, karena untuk melakukan pemeliharan pipa tersebut memerlukan biaya cukup tinggi," katanya.(I020)

Pewarta: Pewarta : I Komang Suparta

Editor : I Komang Suparta


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016