Semarang (Antara Bali) - Keberadaan Pura Agung Giri Natha di Kota Semarang, Jawa Tengah, sebagai pemersatu umat sedharma (Hindu) yang ada di luar Pulau Bali.

"Keberadaan Pura Agung Giri Natha Semarang ini tidak jauh berbeda aktivitasnya dengan pura-pura di Pulau Dewata, namun ada kelebihan lain di pura yang terletak di atas perbukitan kota tersebut, yakni di areal `Jaba Tengah` (kawasan tengah pura) dijadikan tempat aktivitas untuk proses belajar-mengajar, diskusi, dan kegiatan sosial lainnya," kata Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kota Semarang Nengah Wirta Darmayana di Semarang, Jumat.

Ia mengatakan Pura Agung Giri Natha tersebut di bangun sekitar tahun 1968 oleh umat Hindu yang berdomosili di Kota Semarang. Secara perlahan pura tersebut ditata, mulai dari membangun Padmasana, bale pesandekan, tembok penyengker, candi dan pendukung lainnya adalah dari semangat gotong-royong umat.

"Sejarah membangun pura tersebut penuh perjuangan, sebab dari yang belum ada menjadi ada harus secara gotong-royong bersama-sama umat Hindu di Jawa Tengah, khususnya Kota Semarang," ucap Nengah Wirta yang saat ini bertugas di Polda Jawa Tengah.

Menurut dia, setiap hari ada saja umat yang bersembahyang ke pura tersebut, bahkan hari kebesaran lainnya, seperti purnama (bulan terang) dan tilem (bulan gelap) umat akan melakukan sembahyang bersama keluarganya dan melakukan semadi.

"Pada hari tertentu umat sedharma melakukan sembahyang bersama dan melakukan semadi. Bahkan ada juga umat lain melakukan yoga di pura tersebut," ujarnya yang didampingi Ketua Wanita Hindu Dharma Indonesia (WHDI) Semarang Ketua WHDI Retno Ediati.

Nengah Wirta menjelaskan keberadaan umat Hindu di Kota Semarang mencapai 200 kepala keluarga atau sekitar 2.000 orang. Namun dalam kegiatan keagamaan dilakukan pada peringatan (piodalan) yang jatuh setiap setahun sekali, yakni Purnama Sasih Kedasa.

"Prosesi upacaka yang digunakan dalam piodalan adalah upacara yang menyesuaikan dengan keberadaan wilayah. Kami disini membuat upakara yang diangkat adalah esensi dari upacara sesuai dengan sastra Hindu," katanya.

Untuk aktivitas sosial, kata dia, umat Hindu dengan umat lainnya sangat kuat toleransinya. Setiap ada acara di pura, umat lain saling membantu, begitu juga sebaliknya.

"Keberadaan umat beragama di Kota Semarang sangat rukun dan harmonis. Misalnya pada upacara Tawur Agung Kesanga (sehari menjelang Nyepi) kita mengadakan parade budaya dengan pawai Ogoh-Ogoh," ujarnya.

Nengah Wirta lebih lanjut mengatakan perhatian Pemerintah Kota Semarang terhadap keberadaan umat Hindu beserta Pura Agung Giri Natha sangat besar sekali.

"Perhatian Pemkot Semarang sangat besar sekali. Dalam kegiatan organisasi keagamaan kita selalu dilibatkan, seperti keberadaan FKUB (Forum Kerukunan antar-Umat Beragama)," katanya.(I020)

Pewarta: Pewarta : I Komang Suparta

Editor : I Komang Suparta


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016