Jakarta (Antara Bali)- Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) berbagi ilmu
pemanfaatan teknologi nuklir menggunakan teknik mutasi untuk pemuliaan
tanaman bioenergi kepada 14 negara di Asia.
Kepala Biro Hukum, Humas, dan Kerja Sama BATAN Totti Tjiptosumirat di Jakarta, Senin, mengatakan dengan keberhasilan lembaga itu menghasilkan varietas sorgum dan banyak varietas tanaman lainnya, termasuk padi, kedelai, kacang hijau, gandum tropis, hingga kapas maka International Atomic Energy Assossiations (IAEA) memberikan kepercayaan kepada lndonesia sebagai negara tujuan pelatihan dan koordinator di kawasan Asia.
Menurut dia, sejauh ini telah banyak peneliti dan ilmuwan mancanegara yang mengikuti pelatihan pemuliaan mutasi tanaman di BATAN, di antaranya berasal dari Myanmar, Burkina Faso, Nepal, dan Sri Lanka.
Ia meyakini jumlah peserta pelatihan dipastikan akan terus bertambah di waktu mendatang, apalagi setelah BATAN memperoleh Outstanding Achievement Award on Plant Mutation Breeding dari IAEA pada September 2014.
Pada 23 hingga 27 Mei 2016, ia mengatakan BATAN bersama IAEA melakukan upaya peningkatan kapasitas pemanfaatan teknologi nuklir di kawasan Asia melalui pelatihan Aplikasi Teknik in-vitro untuk Pemuliaan Mutasi Tanaman Bioenergi (IAEA/RAS Regional Training Course on the Applications on ln-vitro Techniques in Mutation Breeding of Bioenergy Crops/RA55O7O) di Jakarta.
IAEA, lanjutnya, menghadirkan pakar pemuliaan tanaman bioenergi dari IAEA Rajbir Sangwan yang akan mengajarkan tentang teknologi perbaikan produktivitas dan kualitas tanaman bioenergi pada lahan marginal kepada peserta pelatihan dari 14 negara di Asia, yaitu Bangladesh, Kamboja, Tiongkok, lndia, lndonesia, Korea Selatan, Laos, Malaysia, Mongolia, Myanmar, Pakistan, Filipina, Sri Lanka, dan Vietnam.
Sebelumnya, lndonesia ditunjuk oleh lAEA sebagai Lead Country Coordindtor (LCC) di kawasan regional Asia karena ketersediaan lahan marginal yang cukup luas dan memiliki program pengembangan energi baru dan terbarukan (EBT) untuk mendukung ketahanan energi nasional.
Penunjukan tersebut dilanjutkan dengan BATAN dan IAEA membuat proyek kerja sama pengembangan tanaman penghasil bioenergi dengan teknik mutasi radiasi untuk mengoptimalkan lahan marginal. Proyek ini ditekankan untuk meningkatkan kapasitas teknologi pemuliaan tanaman bioenergi dengan teknik mutasi radiasi dari para peneliti dan pakar tanaman bioenergi.(WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
Kepala Biro Hukum, Humas, dan Kerja Sama BATAN Totti Tjiptosumirat di Jakarta, Senin, mengatakan dengan keberhasilan lembaga itu menghasilkan varietas sorgum dan banyak varietas tanaman lainnya, termasuk padi, kedelai, kacang hijau, gandum tropis, hingga kapas maka International Atomic Energy Assossiations (IAEA) memberikan kepercayaan kepada lndonesia sebagai negara tujuan pelatihan dan koordinator di kawasan Asia.
Menurut dia, sejauh ini telah banyak peneliti dan ilmuwan mancanegara yang mengikuti pelatihan pemuliaan mutasi tanaman di BATAN, di antaranya berasal dari Myanmar, Burkina Faso, Nepal, dan Sri Lanka.
Ia meyakini jumlah peserta pelatihan dipastikan akan terus bertambah di waktu mendatang, apalagi setelah BATAN memperoleh Outstanding Achievement Award on Plant Mutation Breeding dari IAEA pada September 2014.
Pada 23 hingga 27 Mei 2016, ia mengatakan BATAN bersama IAEA melakukan upaya peningkatan kapasitas pemanfaatan teknologi nuklir di kawasan Asia melalui pelatihan Aplikasi Teknik in-vitro untuk Pemuliaan Mutasi Tanaman Bioenergi (IAEA/RAS Regional Training Course on the Applications on ln-vitro Techniques in Mutation Breeding of Bioenergy Crops/RA55O7O) di Jakarta.
IAEA, lanjutnya, menghadirkan pakar pemuliaan tanaman bioenergi dari IAEA Rajbir Sangwan yang akan mengajarkan tentang teknologi perbaikan produktivitas dan kualitas tanaman bioenergi pada lahan marginal kepada peserta pelatihan dari 14 negara di Asia, yaitu Bangladesh, Kamboja, Tiongkok, lndia, lndonesia, Korea Selatan, Laos, Malaysia, Mongolia, Myanmar, Pakistan, Filipina, Sri Lanka, dan Vietnam.
Sebelumnya, lndonesia ditunjuk oleh lAEA sebagai Lead Country Coordindtor (LCC) di kawasan regional Asia karena ketersediaan lahan marginal yang cukup luas dan memiliki program pengembangan energi baru dan terbarukan (EBT) untuk mendukung ketahanan energi nasional.
Penunjukan tersebut dilanjutkan dengan BATAN dan IAEA membuat proyek kerja sama pengembangan tanaman penghasil bioenergi dengan teknik mutasi radiasi untuk mengoptimalkan lahan marginal. Proyek ini ditekankan untuk meningkatkan kapasitas teknologi pemuliaan tanaman bioenergi dengan teknik mutasi radiasi dari para peneliti dan pakar tanaman bioenergi.(WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016