Amlapura (Antara Bali) - Pemerintah Kabupaten Karangasem mengembangkan energi berbasis sampah organik dengan menyasar pembuangan barang bekas dari rumah tangga dengan percontohan di Desa Sibetan.
"Program ini terlaksana berkat LSM Kalimajari yang bekerja sama dengan Institute for Global Justice (IGJ) dan ahli biogas Deepak D Ghindwani," kata Bupati Karangasem I Wayan Geredeg di Amlapura, Kamis.
Menurut dia, dasar pengembangan energi berbasis sampah organik itu karena saat ini manusia cenderung melakukan eksploitasi kekayaan alam secara tidak tepat yang berakibat pada kerusakan lingkungan.
"Untuk itu kiat Kalimajari merintis program teknologi tepat guna energi biogas yang menggunakan bahan baku sampah organik dinilai sangat membantu masyarakat," ujarnya.
Dikatakan, setelah Desa Sibetan, program kerja sama tersebut rencananya akan dikembangkan ke masing-masing desa yang tersebar di semua kecamatan di Kabupaten Karangasem.
"Melalui pendanaan APBD, masing-masing kecamatan, kita kembangkan enam unit basis pengembangan," ujarnya.
Ia mengaku, rintisan energi berbahan baku sampah akan terus dikembangkan. Untuk itu kepala desa diminta supaya aktif membantu masyarakat di bidang energi alternatif secara adil dan obyektif khususnya masyarakat kurang mampu.
Ia mengatakan, tujuan program itu untuk menciptakan kemandirian energi rumah tangga dan meningkatkan kesejahteraan petani.
Bukan itu saja, kata dia, program itu juga berfungsi untuk memberdayakan masyarakat dalam memanfaatkan energi alternatif yang berbahan baku sampah organik di rumah tangga.
Saat ini, kata dia, ada enam keluarga di Desa Sibetan terpilih sebagai percontohan dalam program yang dijalankan sejak Juli lalu.
Secara teknis, jelasnya, sampah organik yang dimasukkan sebanyak 1-2 kg per hari ke dalam instalasi biogas yang mengandung karbohidrat tinggi.
"Kegiatan memproses sampah menjadi energi tersebut memberikan manfaat bagi masyarakat," katanya.
Kata dia, selain memberi pengalaman mengolah sampah menjadi gas, program ini juga mengubah perilaku dalam penanganan sampah serta mengurangi pengeluaran untuk membeli bahan bakar.
"Program ini sangat berguna bagi masyarakat karena mengurangi ketergantungan terhadap gas, minyak tanah dan kayu bakar," ucapnya.
Paling penting, bagi desa yang sudah menjalankan program itu, diharapkan agar menjaga peralatan secara baik.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2010
"Program ini terlaksana berkat LSM Kalimajari yang bekerja sama dengan Institute for Global Justice (IGJ) dan ahli biogas Deepak D Ghindwani," kata Bupati Karangasem I Wayan Geredeg di Amlapura, Kamis.
Menurut dia, dasar pengembangan energi berbasis sampah organik itu karena saat ini manusia cenderung melakukan eksploitasi kekayaan alam secara tidak tepat yang berakibat pada kerusakan lingkungan.
"Untuk itu kiat Kalimajari merintis program teknologi tepat guna energi biogas yang menggunakan bahan baku sampah organik dinilai sangat membantu masyarakat," ujarnya.
Dikatakan, setelah Desa Sibetan, program kerja sama tersebut rencananya akan dikembangkan ke masing-masing desa yang tersebar di semua kecamatan di Kabupaten Karangasem.
"Melalui pendanaan APBD, masing-masing kecamatan, kita kembangkan enam unit basis pengembangan," ujarnya.
Ia mengaku, rintisan energi berbahan baku sampah akan terus dikembangkan. Untuk itu kepala desa diminta supaya aktif membantu masyarakat di bidang energi alternatif secara adil dan obyektif khususnya masyarakat kurang mampu.
Ia mengatakan, tujuan program itu untuk menciptakan kemandirian energi rumah tangga dan meningkatkan kesejahteraan petani.
Bukan itu saja, kata dia, program itu juga berfungsi untuk memberdayakan masyarakat dalam memanfaatkan energi alternatif yang berbahan baku sampah organik di rumah tangga.
Saat ini, kata dia, ada enam keluarga di Desa Sibetan terpilih sebagai percontohan dalam program yang dijalankan sejak Juli lalu.
Secara teknis, jelasnya, sampah organik yang dimasukkan sebanyak 1-2 kg per hari ke dalam instalasi biogas yang mengandung karbohidrat tinggi.
"Kegiatan memproses sampah menjadi energi tersebut memberikan manfaat bagi masyarakat," katanya.
Kata dia, selain memberi pengalaman mengolah sampah menjadi gas, program ini juga mengubah perilaku dalam penanganan sampah serta mengurangi pengeluaran untuk membeli bahan bakar.
"Program ini sangat berguna bagi masyarakat karena mengurangi ketergantungan terhadap gas, minyak tanah dan kayu bakar," ucapnya.
Paling penting, bagi desa yang sudah menjalankan program itu, diharapkan agar menjaga peralatan secara baik.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2010