Jakarta (Antara Bali) - Total emisi karbon dunia di udara sampai saat
ini lebih dari 45.914 miliar ton, dan Indonesia termasuk salah satu
penyumbang emisi karbon tersebut selain negara maju lainnya.
Laporan yang diumumkan oleh World Resources Institute (WRI) tahun 2014 yang dipublikasikan belum lama ini menyebutkan Indonesia menempati urutan ke enam (6) dari 10 negara penyumbang emisi karbon terbesar dunia, kata Prof. Dr. Kholil, dalam orasi ilmiah, pengukuhan guru besar di Universitas Sahid Jakarta, belum lama ini.
Dari 10 negara penyumbang emisi karbon ke udara antara lain China menyumbang, 10.266 mt, Amerika Serikat, 6.135, Uni Eropa 4.563 mt, India, 2.358 mt, Rusia dan Indonesia.
Karena itu, pemerintah seyogianya harus lebih serius dalam menanggulangi kerusakan lingkungan khususnya penanggulangan kebakaran hutan di berbagai wilayah Kalimantan dan Sumatera.
Menurut Kholil, kerusakan lingkungan di Indonesia dalam 20 tahun terakhir cukup memprihatinkan, bahkan pemerintah dapat dinilai gagal dalam memperbaiki kerusakan lingkungan yang cukup masif itu.
"Pemerintah sudah punya kemauan memperbaiki kerusakan lingkungan melalui serangkaian peraturan perundang-undangan. Namun apa yang dilakukan itu belum berhasil lantaran adanya pembiaran terhadap orang-orang yang rakus dalam melakukan ekploitasi sumber daya alam," katanya.
Jika tidak melakukan upaya perbaikan, tidak mengubah cara memperlakukan sumber daya alam (SDA) secara baik,maka tinggal menunggu kehancuran yang lebih dahsyat.
"SDA dianggapnya sebagai warisan nenek moyang, bukan sebagai amanah yang perlu dijaga," katanya seraya menambahkan, the tragedy of the common akan segera datang jika pengelolaan SDA tidak memperhatikan etika dan kaidah hukum lainnya.
Pengukuhan guru besar itu dihadiri juga Dirjen Sumberdaya SDM Kemenristek Dikti, Prof. Dr. Ali Ghufron Mukti, Ketua Asosiasi Pimpinan Perguruan Tinggi Hukum Indonesia, Rektor Universitas Trilogi, Prof. Dr. Asep, dosen Usahid Prof. Dr. Giatmi Irianto, dan Gubernuur Sumatera Barat Iwan Prayitno, Kholil mengisyaratkan, kehidupan umat manusia, termasuk di Indonesia akan mengalami kesulitan yang luar biasa, kemiskinan dan jumlah pengangguran meningkat lantaran adanya keserakahan dari para pengusaha melakukan ekploitasi SDA secara besar-besaran dan mengesampingkan etika.
Dikatakan, kini dunia dihadapkan pada suatu masalah bersama yang sangat pelik dan mengkhawatirkan dalam 50 tahun terakhir sejalan adanya kemajuan teknologi tinggi dan upaya meningkatkan kesejahteraan manusia.
Paling tidak ada 10 masalah lingkungan yang harus dihadapi dan dikelola secara baik di masa depan. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
Laporan yang diumumkan oleh World Resources Institute (WRI) tahun 2014 yang dipublikasikan belum lama ini menyebutkan Indonesia menempati urutan ke enam (6) dari 10 negara penyumbang emisi karbon terbesar dunia, kata Prof. Dr. Kholil, dalam orasi ilmiah, pengukuhan guru besar di Universitas Sahid Jakarta, belum lama ini.
Dari 10 negara penyumbang emisi karbon ke udara antara lain China menyumbang, 10.266 mt, Amerika Serikat, 6.135, Uni Eropa 4.563 mt, India, 2.358 mt, Rusia dan Indonesia.
Karena itu, pemerintah seyogianya harus lebih serius dalam menanggulangi kerusakan lingkungan khususnya penanggulangan kebakaran hutan di berbagai wilayah Kalimantan dan Sumatera.
Menurut Kholil, kerusakan lingkungan di Indonesia dalam 20 tahun terakhir cukup memprihatinkan, bahkan pemerintah dapat dinilai gagal dalam memperbaiki kerusakan lingkungan yang cukup masif itu.
"Pemerintah sudah punya kemauan memperbaiki kerusakan lingkungan melalui serangkaian peraturan perundang-undangan. Namun apa yang dilakukan itu belum berhasil lantaran adanya pembiaran terhadap orang-orang yang rakus dalam melakukan ekploitasi sumber daya alam," katanya.
Jika tidak melakukan upaya perbaikan, tidak mengubah cara memperlakukan sumber daya alam (SDA) secara baik,maka tinggal menunggu kehancuran yang lebih dahsyat.
"SDA dianggapnya sebagai warisan nenek moyang, bukan sebagai amanah yang perlu dijaga," katanya seraya menambahkan, the tragedy of the common akan segera datang jika pengelolaan SDA tidak memperhatikan etika dan kaidah hukum lainnya.
Pengukuhan guru besar itu dihadiri juga Dirjen Sumberdaya SDM Kemenristek Dikti, Prof. Dr. Ali Ghufron Mukti, Ketua Asosiasi Pimpinan Perguruan Tinggi Hukum Indonesia, Rektor Universitas Trilogi, Prof. Dr. Asep, dosen Usahid Prof. Dr. Giatmi Irianto, dan Gubernuur Sumatera Barat Iwan Prayitno, Kholil mengisyaratkan, kehidupan umat manusia, termasuk di Indonesia akan mengalami kesulitan yang luar biasa, kemiskinan dan jumlah pengangguran meningkat lantaran adanya keserakahan dari para pengusaha melakukan ekploitasi SDA secara besar-besaran dan mengesampingkan etika.
Dikatakan, kini dunia dihadapkan pada suatu masalah bersama yang sangat pelik dan mengkhawatirkan dalam 50 tahun terakhir sejalan adanya kemajuan teknologi tinggi dan upaya meningkatkan kesejahteraan manusia.
Paling tidak ada 10 masalah lingkungan yang harus dihadapi dan dikelola secara baik di masa depan. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016