Denpasar (Antara Bali) - Para juru masak Indonesia dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) perlu dipersiapkan kemampuan sesuai dengan bidangnya, termasuk penyajian kuliner nusantara yang bisa bersaing di pasar internasional.
"Menghadapi MEA perlu kemampuan sesuai bidangnya, artinya apa yang akan menjadi persaingan dalam dunia MEA, maka sumber daya manusia yang andal menjadi kata kunci bersaing dalam MEA tersebut," kata Randy Soetanto, seorang Chef Warung Pulau Kelapa Ubud, Bali, Jumat.
Ia mencontohkan dalam dunia kuliner, banyak kalangan masyarakat yang merasa khawatir akan datangnya tenaga kerja dari luar negeri. Namun dalam menjawab tantangan tersebut adalah bagaimana menu-menu kuliner Indonesia disajikan dalam bentuk yang beragam.
"Kuliner Nusantara sangat beragam. Masing-masing daerah, memiliki ciri khas makanan yang menjadi favorit bagi masyarakat setempat. Hal itu seharusnya diolah dan disajikan di masing-masing warung atau restoran," ujarnya.
Menurut dia, kuliner di Indonesia sangat kaya dibanding dengan negara-negara di Asia lainnya. Bahkan wisatawan asing pun yang berkunjung ke Indonesia, semisal ke Bali mereka akan mencari makanan khas Bali.
"Wisatawan mengunjungi daerah yang memiliki objek wisata tidak saja terpaku pada seni dan budaya, maupun keindahan alamnya, kuliner pun menjadi daya pendukung sektor pariwisata," ucapnya.
Oleh karena itu, kata dia, pemerintah terus berpacu menggali menu tradisional untuk dapat disajikan kepada wisatawan. Tentu dalam penyajiannya memiliki bumbu yang standar, sehingga bisa dinikmati para wisatawan tersebut.
"Artinya, mungkin di suatu daerah ada menu yang favorit dan menjadi ciri khas daerah tersebut, tapi bumbu-bumbunya sangat tajam dengan rasa pedas sekali. Mungkin bagi masyarakat setempat sudah biasa makan pedas. Tapi wisatawan belum tentu bisa menikmati seperti itu," ujar dia.
Randy lebih lanjut mengatakan dengan kuliner seperti itu, maka perlu penyesuaian dalam mengolahan kuliner sehingga rasanya menjadi standar bagi semua lidah yang akan mencicipi makanan tersebut.
"Karena itu dalam warga menghadapi MEA ini tidak perlu takut dan khawatir, bila sudah memiliki keterampilan, menguasai teknologi serta berbahasa Inggris yang pasih," katanya. (WDY
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
"Menghadapi MEA perlu kemampuan sesuai bidangnya, artinya apa yang akan menjadi persaingan dalam dunia MEA, maka sumber daya manusia yang andal menjadi kata kunci bersaing dalam MEA tersebut," kata Randy Soetanto, seorang Chef Warung Pulau Kelapa Ubud, Bali, Jumat.
Ia mencontohkan dalam dunia kuliner, banyak kalangan masyarakat yang merasa khawatir akan datangnya tenaga kerja dari luar negeri. Namun dalam menjawab tantangan tersebut adalah bagaimana menu-menu kuliner Indonesia disajikan dalam bentuk yang beragam.
"Kuliner Nusantara sangat beragam. Masing-masing daerah, memiliki ciri khas makanan yang menjadi favorit bagi masyarakat setempat. Hal itu seharusnya diolah dan disajikan di masing-masing warung atau restoran," ujarnya.
Menurut dia, kuliner di Indonesia sangat kaya dibanding dengan negara-negara di Asia lainnya. Bahkan wisatawan asing pun yang berkunjung ke Indonesia, semisal ke Bali mereka akan mencari makanan khas Bali.
"Wisatawan mengunjungi daerah yang memiliki objek wisata tidak saja terpaku pada seni dan budaya, maupun keindahan alamnya, kuliner pun menjadi daya pendukung sektor pariwisata," ucapnya.
Oleh karena itu, kata dia, pemerintah terus berpacu menggali menu tradisional untuk dapat disajikan kepada wisatawan. Tentu dalam penyajiannya memiliki bumbu yang standar, sehingga bisa dinikmati para wisatawan tersebut.
"Artinya, mungkin di suatu daerah ada menu yang favorit dan menjadi ciri khas daerah tersebut, tapi bumbu-bumbunya sangat tajam dengan rasa pedas sekali. Mungkin bagi masyarakat setempat sudah biasa makan pedas. Tapi wisatawan belum tentu bisa menikmati seperti itu," ujar dia.
Randy lebih lanjut mengatakan dengan kuliner seperti itu, maka perlu penyesuaian dalam mengolahan kuliner sehingga rasanya menjadi standar bagi semua lidah yang akan mencicipi makanan tersebut.
"Karena itu dalam warga menghadapi MEA ini tidak perlu takut dan khawatir, bila sudah memiliki keterampilan, menguasai teknologi serta berbahasa Inggris yang pasih," katanya. (WDY
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016