Denpasar (Antara Bali) - Bali mengalami deflasi perdesaan 0,45 persen pada April 2016 atau lebih kecil dibandingkan dengan tingkat nasional pada bulan yang sama yang tercatat 0,50 persen.
"Dari 33 provinsi di Indonesia yang menjadi sasaran survei sebagian besar mengalami deflasi perdesaan," kata Kepala Bidang Distribusi Badan Pusat Statistik Provinsi Bali I Nyoman Subadri di Denpasar, Rabu.
Ia mengatakan deflasi perdesaan tertinggi terjadi di Jambi 1,40 persen dan terendah di Banten 0,16 persen, sedangkan inflasi perdesaan tertinggi terjadi di Papua 0,34 persen dan terendah di Kalimantan Timur 0,01 persen.
Hasil pemantauan harga-harga di daerah pedesaan di Bali pada April 2016 menunjukkan nilai tukar petani (NTP) menurun 0,04 persen dari 104,86 persen pada Maret 2016 menjadi 104,81 persen.
Dari sisi indeks yang diterima petani (lt) mengalami penurunan 0,44 persen yakni dari 126,93 persen pada Maret 2016 menjadi 126,37 persen pada April 2016.
Sisi indeks yang dibayar petani (lb) mengalami penurunan 0,39 persen dari 121,04 persen menjadi 120.57 persen.
Nyoman Subadri menjelaskan dari lima subsektor yang menentukan pembentukan NTP Bali, tiga di antaranya mengalami penurunan dan dua subsektor mengalami kenaikan.
Sebanyak tiga subsektor yang mengalami penurunan terdiri atas, tanaman pangan 1,73 persen, peternakan 0,38 persen, dan perikanan 0,16 persen.
Sebanyak dua subsektor yang mengalami kenaikan, meliputi hortikultura 0,80 persen dan tanaman perkebunan rakyat 1,23 persen.
NTP merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan dan daya beli petani di daerah perdesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar dari produk pertanian terhadap barang dan jasa yang diperlukan petani untuk konsumsi rumah tangga maupun biaya produk pertanian.
Nilai tukar petani diperoleh dari perbandingan indeks yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani semakin tinggi NTP dan semakin kuat pula tingkat kemampuan daya beli petani, ujar Nyoman Subadri. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
"Dari 33 provinsi di Indonesia yang menjadi sasaran survei sebagian besar mengalami deflasi perdesaan," kata Kepala Bidang Distribusi Badan Pusat Statistik Provinsi Bali I Nyoman Subadri di Denpasar, Rabu.
Ia mengatakan deflasi perdesaan tertinggi terjadi di Jambi 1,40 persen dan terendah di Banten 0,16 persen, sedangkan inflasi perdesaan tertinggi terjadi di Papua 0,34 persen dan terendah di Kalimantan Timur 0,01 persen.
Hasil pemantauan harga-harga di daerah pedesaan di Bali pada April 2016 menunjukkan nilai tukar petani (NTP) menurun 0,04 persen dari 104,86 persen pada Maret 2016 menjadi 104,81 persen.
Dari sisi indeks yang diterima petani (lt) mengalami penurunan 0,44 persen yakni dari 126,93 persen pada Maret 2016 menjadi 126,37 persen pada April 2016.
Sisi indeks yang dibayar petani (lb) mengalami penurunan 0,39 persen dari 121,04 persen menjadi 120.57 persen.
Nyoman Subadri menjelaskan dari lima subsektor yang menentukan pembentukan NTP Bali, tiga di antaranya mengalami penurunan dan dua subsektor mengalami kenaikan.
Sebanyak tiga subsektor yang mengalami penurunan terdiri atas, tanaman pangan 1,73 persen, peternakan 0,38 persen, dan perikanan 0,16 persen.
Sebanyak dua subsektor yang mengalami kenaikan, meliputi hortikultura 0,80 persen dan tanaman perkebunan rakyat 1,23 persen.
NTP merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan dan daya beli petani di daerah perdesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar dari produk pertanian terhadap barang dan jasa yang diperlukan petani untuk konsumsi rumah tangga maupun biaya produk pertanian.
Nilai tukar petani diperoleh dari perbandingan indeks yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani semakin tinggi NTP dan semakin kuat pula tingkat kemampuan daya beli petani, ujar Nyoman Subadri. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016