Denpasar (Antara Bali) - Para petani Bali mengeluh karena padi yang sudah siap panen kesulitan mencari "sekaa manyi" (kelompok pemanen).
"Kami sekarang kesulitan mencari `sekaa manyi`. karena kelompok jasa memanen padi itu di Bali sudah sedikit. Bahkan di Denpasar sudah tidak ada lagi. Kami hanya mengandalkan jasa panen padi asal Banyuwangi (Jawa Timur)," kata Wayan Muncing, seorang petani asal Desa Penatih, Kota Denpasar, Selasa.
Ia mengatakan dengan kondisi tidak ada jasa pemanen padi dari Bali, maka para petani sekarang ini, khususnya di Denpasar bergantung orang Jawa yang akan memanen padinya.
"Dampak dari ketergantungan menunggu jasa panen tersebut, maka kami akan rugi, semestinya ketika musim panen padi harus segera di panen, namun kenyataannya padi sudah cukup lama menguning juga belum di panen, dan harus menunggu `sekaa` panen dari Jawa," ujarnya.
Muncing mengaku untuk menjadi petani saat ini tantangannya cukup berat, mulai dari mengolah lahan harus menyewa traktor, begitu juga untuk menanam bibit padi juga mengandalkan dari tenaga sewa dari Banyuwangi.
"Saya bertani tidak bergairah seperti pada era 1980-an. Waktu itu bertani masih menggunakan alat tradisional pertanian, seperti membajak dengan tenaga sapi. Sistem gotong-royong masih kuat antarpetani. Namun seiring perubahan zaman, apalagi lahan produktif disekitar tanah olahannya, kini sudah banyak beralih fungsi menjadi perumahan," ucapnya.
Muncing menuturkan menjadi petani saat ini hanya sebagai pekerjaan sambilan, artinya mereka bekerja lagi menjadi tukang bangunan.
Sedangkan pengolahan sawahnya dilakukan sepulang dari bekerja sebagai kuli bangunan.
"Menjadi petani tidak menjanjikan lagi. Apalagi saat panen padi harus menunggu tukang panen dari Jawa. Ini jelas saya merugi. Apalagi harga pupuk dan obat-obatan cukup mahal. Ketika harga gabah dijual harganya standar sekali," katanya.
Sementara itu, anggota DPRD Bali Ketut Gede Nugraha Pendit mengharapkan para petani meningkatkan hasil pertaniannya dengan proses pengolahan persawahan yang lebih baik.
"Saya berharap para petani meningkatkan hasil pertaniannya, khusus padi. Karena Bali agar mampu berswasembada beras. Saat ini lahan pertanian kita sadari terjadi banyak alih fungsi lahan," ucap anggota Komisi II DPRD Bali yang membidangi perekonomian dan pertanian," katanya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
"Kami sekarang kesulitan mencari `sekaa manyi`. karena kelompok jasa memanen padi itu di Bali sudah sedikit. Bahkan di Denpasar sudah tidak ada lagi. Kami hanya mengandalkan jasa panen padi asal Banyuwangi (Jawa Timur)," kata Wayan Muncing, seorang petani asal Desa Penatih, Kota Denpasar, Selasa.
Ia mengatakan dengan kondisi tidak ada jasa pemanen padi dari Bali, maka para petani sekarang ini, khususnya di Denpasar bergantung orang Jawa yang akan memanen padinya.
"Dampak dari ketergantungan menunggu jasa panen tersebut, maka kami akan rugi, semestinya ketika musim panen padi harus segera di panen, namun kenyataannya padi sudah cukup lama menguning juga belum di panen, dan harus menunggu `sekaa` panen dari Jawa," ujarnya.
Muncing mengaku untuk menjadi petani saat ini tantangannya cukup berat, mulai dari mengolah lahan harus menyewa traktor, begitu juga untuk menanam bibit padi juga mengandalkan dari tenaga sewa dari Banyuwangi.
"Saya bertani tidak bergairah seperti pada era 1980-an. Waktu itu bertani masih menggunakan alat tradisional pertanian, seperti membajak dengan tenaga sapi. Sistem gotong-royong masih kuat antarpetani. Namun seiring perubahan zaman, apalagi lahan produktif disekitar tanah olahannya, kini sudah banyak beralih fungsi menjadi perumahan," ucapnya.
Muncing menuturkan menjadi petani saat ini hanya sebagai pekerjaan sambilan, artinya mereka bekerja lagi menjadi tukang bangunan.
Sedangkan pengolahan sawahnya dilakukan sepulang dari bekerja sebagai kuli bangunan.
"Menjadi petani tidak menjanjikan lagi. Apalagi saat panen padi harus menunggu tukang panen dari Jawa. Ini jelas saya merugi. Apalagi harga pupuk dan obat-obatan cukup mahal. Ketika harga gabah dijual harganya standar sekali," katanya.
Sementara itu, anggota DPRD Bali Ketut Gede Nugraha Pendit mengharapkan para petani meningkatkan hasil pertaniannya dengan proses pengolahan persawahan yang lebih baik.
"Saya berharap para petani meningkatkan hasil pertaniannya, khusus padi. Karena Bali agar mampu berswasembada beras. Saat ini lahan pertanian kita sadari terjadi banyak alih fungsi lahan," ucap anggota Komisi II DPRD Bali yang membidangi perekonomian dan pertanian," katanya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016