Jakarta (Antara Bali) - Indonesia dan Tiongkok merupakan negara berkembang terbesar di Asia yang memiliki kepentingan bersama pada tingkat bilateral, multilateral dan internasional serta telah bekerja sama secara baik di bidang ekonomi, kata akademisi Tri Nuke.

        "Tiongkok merupakan mitra dagang pertama bagi Indonesia, kedua negara saling melengkapi di bidang ekonomi, kelautan, pertahanan, keamanan dan antariksa serta budaya," kata Deputi Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Tri Nuke dalam siaran pers yang diterima Antara di Jakarta, Minggu.

        Dalam acara Peringatan 65 Tahun Hubungan Diplomatik RI-Tiongkok  itu, disebutkan, volume perdagangan bilateral kedua negara telah mencapai 48,23 miliar dolar Amerika pada tahun 2014.

        Total nilai kontrak Tiongkok untuk proyek pemborongan pekerjaan pembangunan Indonesia mencapai 43,24 miliar dolar Amerika, dengan nilai omzet perusahaan mencapai 27,95 miliar dolar Amerika.  
   Menurut catatan Badan Pusat Statistik (BPS), Tiongkok menempati urutan pertama sebagai negara tujuan ekspor Indonesia disusul Jepang dan Amerika.

        Total Innvestasi Tiongkok di Indonesia meningkat menjadi 800 juta dolar Amerika pada 501 proyek, dari 296,9 juta dolar Amerika pada 411 proyek di tahun 2013. Saat ini Tiongkok merupakan investor terbesar ke delapan di Indonesia.

        Sedangkan pada pendidikan jumlah mahasiswa Indonesia yang belajar ke Tiongkok mencapai 13.689 orang. Di sektor pariwisata, Tiongkok merupakan negara sumber wisatawan terbesar ke empat bagi Indonesia, tercatat sebanyak 883,725 wisatawan berkunjung ke Indonesia pada tahun 2014.

        Prospek kerja sama kedua negara tersebut, semakin meningkat ditandai dengan diluncurkan Asia Infrastructure Invesment Bank (AIIB)oleh 57 negara di Beijing, termasuk Indonesia 29 Juni 2015.  
   AIIB direncanakan memiliki modal sekitar 100 miliar dolar Amerika yang sebagian besar yakni 30,34 persen akan disumbangkan oleh Tiongkok, diikuti oleh India dan negara-negara G-8 seperti Inggris, Perancis, Jerman dan Italia.

        Indonesia adalah negara ke delapan terbesar yang mempunyai saham dalam AIIB atau senilai 672,1 juta dolar Amerika.

        Tri Nuke menambahkan bahwa prospek kerja sama Indonesia dan Tiongkok semakin erat setelah prakarsa Tiongkok, One Belt and One Road (OBOR) dalam prakarsanya mengembangkan program jalan sutera maritim abad ke 21.

        Inisiatif tersebut sejalan dengan kebijakan Indonesia untuk menjadi "Maritim Axis" antara Samudera Pasific dan Samudera Hindia dan negara-negara di sekitarnya.

        "Prakarsa OBOR ini sesuai dengan strategi poros maritim dunia yang diluncurkan Indonesia. Oleh karena itu kita menaruh harapan besar bahwa AIIB dan prakarsa OBOR dapat mendorong pembangunan ekonomi antarkawasan secra signifikan," kata Tri Nuke.

        Sementara itu, Kepala Pusat Penelitian Sumber Daya Regional LIPI Dundin Zaenudin mengatakan, pemikiran dan pengalaman dari tokoh Indonesia dan Tiongkok yang dituangkan dalam buku berjudul "65 Tahun Hubungan Diplomatik Indonesia-Tiongkok" dapat menjadi katalis dalam membangun kerja sama antarkedua negara.

        "Cara pandang masyarakat Indonesia terhadap Tiongkok dan sebaliknya akan sangat menentukan dinamika hubungan kedua negara, berdasar saling menghormati dan saling menguntungkan di masa depan," kata Dundin. (WDY)

Pewarta: Pewarta: Susylo Asmalyah

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016