Jakarta (Antara Bali) - Kementerian Kesehatan menyiapkan satu juta dosis
obat Oseltamifir atau obat antivirus influenza yang biasa dipakai untuk
menangani penularan flu burung dari unggas ke manusia.
"Obat sudah disiapkan, akan ada lagi satu juta dosis yang disiapkan. Saat ini dosis sekitar 5.000 cukup karena belum ada penularan ke manusia. Namun, kita tetap waspada," kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kementerian Kesehatan Vensya Sitohang usai pembukaan seminar di Jakarta, Senin.
Vensya mengatakan bahwa kewaspadaan adalah yang utama dalam menangani merebaknya virus H5N1 setelah banyaknya unggas yang ditemukan mati mendadak dalam jumlah yang relatif besar.
Kementerian Kesehatan bersama Kementerian Pertanian berkoordinasi untuk memetakan beberapa provinsi yang ditemukan terdampak flu burung.
Kemenkes mencatat persebaran kasus H5N1 hingga Maret 2016 terdapat di 17 kabupaten/kota di tujuh provinsi. Ketujuh provinsi tersebut meliputi Lampung, Jawa Barat, Jawa Timur, Yogyakarta, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, dan DKI Jakarta.
Meski demikian, tren penyakit bersumber wabah ini dinilai makin menurun hingga Maret 2016. Menurut Vensya, kasus flu burung sering kali bersumber pada ketidaktahuan masyarakat tentang media atau kontak yang dapat menularkan ke manusia, yakni melalui feses atau kotoran unggas.
Selain itu, penularan juga dapat terjadi melalui penggunaan pisau yang sama untuk menyembelih ayam yang terdapat virus H5N1, kemudian dipakai memotong ke unggas lain yang sehat.
Masyarakat juga perlu mengetahui beberapa gejala flu burung yang perlu diwaspadai adalah demam di atas 38 Celsius, batuk, dan sakit tenggorokan, terutama pada warga yang mempunyai faktor risiko, seperti kontak dengan unggas sakit atau mati, mengolah unggas dan produk unggas (telur), serta kontak dengan kotoran unggas. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
"Obat sudah disiapkan, akan ada lagi satu juta dosis yang disiapkan. Saat ini dosis sekitar 5.000 cukup karena belum ada penularan ke manusia. Namun, kita tetap waspada," kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kementerian Kesehatan Vensya Sitohang usai pembukaan seminar di Jakarta, Senin.
Vensya mengatakan bahwa kewaspadaan adalah yang utama dalam menangani merebaknya virus H5N1 setelah banyaknya unggas yang ditemukan mati mendadak dalam jumlah yang relatif besar.
Kementerian Kesehatan bersama Kementerian Pertanian berkoordinasi untuk memetakan beberapa provinsi yang ditemukan terdampak flu burung.
Kemenkes mencatat persebaran kasus H5N1 hingga Maret 2016 terdapat di 17 kabupaten/kota di tujuh provinsi. Ketujuh provinsi tersebut meliputi Lampung, Jawa Barat, Jawa Timur, Yogyakarta, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, dan DKI Jakarta.
Meski demikian, tren penyakit bersumber wabah ini dinilai makin menurun hingga Maret 2016. Menurut Vensya, kasus flu burung sering kali bersumber pada ketidaktahuan masyarakat tentang media atau kontak yang dapat menularkan ke manusia, yakni melalui feses atau kotoran unggas.
Selain itu, penularan juga dapat terjadi melalui penggunaan pisau yang sama untuk menyembelih ayam yang terdapat virus H5N1, kemudian dipakai memotong ke unggas lain yang sehat.
Masyarakat juga perlu mengetahui beberapa gejala flu burung yang perlu diwaspadai adalah demam di atas 38 Celsius, batuk, dan sakit tenggorokan, terutama pada warga yang mempunyai faktor risiko, seperti kontak dengan unggas sakit atau mati, mengolah unggas dan produk unggas (telur), serta kontak dengan kotoran unggas. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016