Buleleng (Antara Bali) - Forum Konservasi Putri Menjangan (FKPM) Kabupaten Buleleng, Bali mengklaim objek wisata Putri Menjangan di wilayah Batu Ampar, Kecamatan Gerokgak selama ini dikelola secara swadaya kalangan masyarakat di wilayah itu.
"Saat ini kawasan yang berupa hutan mangrove seluas 30 hektare tersebut mulai dilirik pemerintah. Bahkan perwakilan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) RI telah mendatangi kawasan itu untuk melakukan kajian pada Jumat (4/3) lalu," kata Koordinator FKPM, Ketut Sutama, Jumat.
Menurut dia, FKPM sebelumnya pernah mengirim proposal kepada Kementerian KKP memohon bantuan pengembangan kawasan tersebut. Bantuan fisik yang diharapkan dalam proposan itu di antaranya speedboat untuk berpatroli dan perlengkapan menyelam.
Selama ini, kata dia, kawasan itu dikembangan FKPM dengan 143 anggotanya secara swadaya sejak sekitar setahun terakhir. Sebelumnya kawasan itu kondisinya tidak terawat, banyak sampah berserakan dan pohon bakau ditebangi warga untuk kayu bakar karena masih belum mengetahui fungsinya.
Ia menambahkan, forum itu kemudian membangun jembatan yang terbuat dari bambu sepanjang 1,2 kilometer (km) dimana setidaknya ada sekitar Rp50 juta dari iuran anggota yang terkumpul untuk mengelola kawasan ini. Setiap anggota dikenakan iuran Rp 10 ribu setiap bulannya.
Selain itu, ia menambahkan, kini terdapat 15 jenis mangrove dari Buleleng Barat yang ada di kawasan itu. Ia berharap keseriusan pemerintah untuk terlibat dalam pengelolaan Putri Menjangan. Satu di antaranya mengembangkan kawasan ini menjadi kawasan edukasi mangrove.
"Kami ingin menjadikan Putri Menjangan menjadi taman mangrove terlengkap di Indonesia, pastinya nanti juga akan mendatangkan mangrove dari luar," ucapnya.
Dikatakan pula, kawasan itu masih belum sempurna sebagai kawasan konservasi untuk dikunjungi peneliti atau wisatawan. Terlebih akses jalan yang masih sulit untuk dilalui kendaraan.
"Pemerintah mencanangkan konservasi-konservasi, pemerintah juga harus mendukung, menjemput kita yang mengembangkan swadaya, kendala kita akses jalan masuk ke sana apalagi saat musim hujan mobil motor tidak bisa masuk," tuturnya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
"Saat ini kawasan yang berupa hutan mangrove seluas 30 hektare tersebut mulai dilirik pemerintah. Bahkan perwakilan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) RI telah mendatangi kawasan itu untuk melakukan kajian pada Jumat (4/3) lalu," kata Koordinator FKPM, Ketut Sutama, Jumat.
Menurut dia, FKPM sebelumnya pernah mengirim proposal kepada Kementerian KKP memohon bantuan pengembangan kawasan tersebut. Bantuan fisik yang diharapkan dalam proposan itu di antaranya speedboat untuk berpatroli dan perlengkapan menyelam.
Selama ini, kata dia, kawasan itu dikembangan FKPM dengan 143 anggotanya secara swadaya sejak sekitar setahun terakhir. Sebelumnya kawasan itu kondisinya tidak terawat, banyak sampah berserakan dan pohon bakau ditebangi warga untuk kayu bakar karena masih belum mengetahui fungsinya.
Ia menambahkan, forum itu kemudian membangun jembatan yang terbuat dari bambu sepanjang 1,2 kilometer (km) dimana setidaknya ada sekitar Rp50 juta dari iuran anggota yang terkumpul untuk mengelola kawasan ini. Setiap anggota dikenakan iuran Rp 10 ribu setiap bulannya.
Selain itu, ia menambahkan, kini terdapat 15 jenis mangrove dari Buleleng Barat yang ada di kawasan itu. Ia berharap keseriusan pemerintah untuk terlibat dalam pengelolaan Putri Menjangan. Satu di antaranya mengembangkan kawasan ini menjadi kawasan edukasi mangrove.
"Kami ingin menjadikan Putri Menjangan menjadi taman mangrove terlengkap di Indonesia, pastinya nanti juga akan mendatangkan mangrove dari luar," ucapnya.
Dikatakan pula, kawasan itu masih belum sempurna sebagai kawasan konservasi untuk dikunjungi peneliti atau wisatawan. Terlebih akses jalan yang masih sulit untuk dilalui kendaraan.
"Pemerintah mencanangkan konservasi-konservasi, pemerintah juga harus mendukung, menjemput kita yang mengembangkan swadaya, kendala kita akses jalan masuk ke sana apalagi saat musim hujan mobil motor tidak bisa masuk," tuturnya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016