Denpasar (Antara Bali) - Kerajinan yang menggunakan batu untuk diformat menjadi produk fashion yang dikembangkan di Kota Denpasar, masih mengandalkan bahan baku dari luar daerah, khususnya dari Jakarta dan Martapura, Kalimantan.
"Selama ini memang batu-batu yang dipakai sebagai bahan baku seperti giok atau jenis akik, didatangkan dari Rawa Belong, Jakarta dan Martapura. Belum pernah menggunakan batu dari Bali," kata pengusaha aksesoris kerajinan batu Asri, Kardha di Denpasar, Jumat.
Bahan baku sengaja didatangkan dari luar daerah, karena di wilayah Bali sendiri belum ada suplayer yang bisa memasok jenis-jenis batu untuk perhiasan.
Batu-batu itu, lanjut Asri, kemudian dikreasi menjadi berbagai aksesoris perhiasan wanita semacam kalung, gelang, anting-anting atau bros, dengan mengusung brand "Neluwung".
Pemasaran produk aksesoris itu menggunakan media sosial. Meski baru dua tahun dipasarkan, tapi aksesoris dari batu itu sudah memiliki pelanggan dari berbagai kalangan usia di sejumlah daerah di Tanah Air.
"Kalau dari kalangan remaja, lebih memilih perhiasan mencolok dengan bahan imitasi karena harganya lebih terjangkau. Yang menyukai bahan baku batu mayoritas ibu-ibu. Meski sebatas dipasarkan di media sosial, tapi peminatnya cukup banyak," katanya.
Harga perhiasan itu cukup variatif. Kalung harganya Rp75 rbu sampai Rp500 ribu. Anting dikasih bandrol harga Rp25 ribu sampai Rp100 ribu. Jenis aksesoris gelang harganya antara Rp4 ribu sampai Rp400 ribu. Gelang seharga Rp400 ribu menggunakan batu rambut sedana, yang sering dikaitkan dengan khasiat untuk melariskan dagangan bagi kalangan pengusaha.
Dikatakan dia, belakangan yang diburu pembeli memang batu-batu dengan khasiat tertentu. Misalnya untuk kewibawaan, melariskan usaha atau nilai positif lainnya.
"Tapi semua itu sugesti. Berdasarkan kepercayaan saja, cuma belakangan memang penggemarnya memang cenderung membeli berdasarkan khasiat yang dipercayai," ujarnya.
Ke depan, Asri mengharapkan usaha bisa menembus pasar yang lebih luas dan menggunakan bahan baku yang kian variatif. Saat ini, sedang mencoba membuat kombinasi bahan baku menggunakan tulang kerbau atau sapi, dengan teknik khusus untuk menghilangkan baunya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
"Selama ini memang batu-batu yang dipakai sebagai bahan baku seperti giok atau jenis akik, didatangkan dari Rawa Belong, Jakarta dan Martapura. Belum pernah menggunakan batu dari Bali," kata pengusaha aksesoris kerajinan batu Asri, Kardha di Denpasar, Jumat.
Bahan baku sengaja didatangkan dari luar daerah, karena di wilayah Bali sendiri belum ada suplayer yang bisa memasok jenis-jenis batu untuk perhiasan.
Batu-batu itu, lanjut Asri, kemudian dikreasi menjadi berbagai aksesoris perhiasan wanita semacam kalung, gelang, anting-anting atau bros, dengan mengusung brand "Neluwung".
Pemasaran produk aksesoris itu menggunakan media sosial. Meski baru dua tahun dipasarkan, tapi aksesoris dari batu itu sudah memiliki pelanggan dari berbagai kalangan usia di sejumlah daerah di Tanah Air.
"Kalau dari kalangan remaja, lebih memilih perhiasan mencolok dengan bahan imitasi karena harganya lebih terjangkau. Yang menyukai bahan baku batu mayoritas ibu-ibu. Meski sebatas dipasarkan di media sosial, tapi peminatnya cukup banyak," katanya.
Harga perhiasan itu cukup variatif. Kalung harganya Rp75 rbu sampai Rp500 ribu. Anting dikasih bandrol harga Rp25 ribu sampai Rp100 ribu. Jenis aksesoris gelang harganya antara Rp4 ribu sampai Rp400 ribu. Gelang seharga Rp400 ribu menggunakan batu rambut sedana, yang sering dikaitkan dengan khasiat untuk melariskan dagangan bagi kalangan pengusaha.
Dikatakan dia, belakangan yang diburu pembeli memang batu-batu dengan khasiat tertentu. Misalnya untuk kewibawaan, melariskan usaha atau nilai positif lainnya.
"Tapi semua itu sugesti. Berdasarkan kepercayaan saja, cuma belakangan memang penggemarnya memang cenderung membeli berdasarkan khasiat yang dipercayai," ujarnya.
Ke depan, Asri mengharapkan usaha bisa menembus pasar yang lebih luas dan menggunakan bahan baku yang kian variatif. Saat ini, sedang mencoba membuat kombinasi bahan baku menggunakan tulang kerbau atau sapi, dengan teknik khusus untuk menghilangkan baunya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016