Singaraja (Antara Bali) - Pembangkit Listrik Tenaga Uap Celukan Bawang, Kabupaten Buleleng, Bali, mengklaim asap hitam pekat hasil pembakaran tidak mengganggu lingkungan dan kesehatan masyarakat yang tinggal di sekitar PLTU tersebut.

"Masih dalam taraf normal dan tidak berdampak negatif pada lingkungan di sekitarnya," kata General Affair PT General Energy Bali (GEB) PLTU Celukan Bawang, Putu Singyen, Jumat.

Ia menjelaskan, pihaknya menuding kekhawatiran warga setempat bahwa asap akan mengganggu kesehatan cukup berlebihan karena operasionalnya sudah memiliki standar prosedur.

Menurut Singyen batu bara yang dijadikan bahan bakar PLTU Celukan Bawang berkualitas tinggi sehingga tidak berdampak mencemari lingkungan atau dampak negatif lainnya.

Bahkan dirinya juga menyebut bahwa tidak pernah ada kepulan asap hitam yang keluar dari cerobong PLTU karena menurutnya uap yang keluar dari cerobong merupakan uap berwarna putih.

"Sebenarnya batu bara yang kami pakai kualitasnya baik, karena kami sudah pakai yang 4.500 sampai 5.000 kalori dan itu sudah lulus uji laboratorium, dan kami punya tim laboratorium untuk menguji. Bahkan kami menjaga sekali agar limbah itu tidak mengganggu lingkungan karena Bali adalah daerah pariwisata," ujarnya.

Ia pun menjelaskan kecemasan warga bisa saja terjadi karena minimnya pemahaman warga terhadap sistem pengoperasian PLTU terbesar di Bali itu.

"Kami berpedoman saja pada Amdal yang kami miliki dan sudah disosialisasikan berkali-kali kepada warga. Limbah kami juga diukur oleh pihak ketiga. Kebisingan, asap, gas buangan, temperatur dan limbah debu semua diukur. Ini sesuai persyaratan pemerintah pusat," ucapnya.

Lebih lanjut, Singyen menegaskan pihak PLTU siap bertanggungjawab kalau ada warga yang dirugikan, akibat polusi pembuangan limbah.

"Kalau memang ada dampak lingkungan atau ada warga sakit karena limbah, kami akan berikan kompensasi," pungkas Singyen.

Sebelumnya, cerobong asap PLTU Celukan Bawang, di Desa Celukan Bawang, Kecamatan Gerokgak mengeluarkan asap hitam akibat pembakaran yang menggunakan batu bara sempat menimbulkan kekhawatiran warga sekitar.

Meskipun warga sekitar belum merasakan dampak langsungnya, namun mereka tetap khawatir apalagi jarak antara rumah warga dengan cerobong itu tidak lebih dari 200 meter.

Bahkan jarak terdekat lokasi pembuangan limbah batubara dengan rumah warga sekitar 50 meter. Sedikitnya terdapat 28 kepala keluarga (KK) yang rumahnya berdekatan dengan lokasi pembuangan limbah. (WDY)

Pewarta: Pewarta: I Made Bagus Andi Purnomo

Editor : I Made Andi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016