Denpasar (Antara Bali) - Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Provinsi Bali Ida Bagus Wisnuardhana mengatakan anggaran program Upaya Khusus (Upsus)swasembada padi, jagung dan kedelai yang diterima Bali untuk 2016 turun menjadi Rp21 miliar.
Wisnuardhana, di Denpasar, Senin, mengatakan pada tahun lalu anggaran Upsus yang diterima Bali dari Kementerian Pertanian sebesar Rp135 miliar, namun tahun ini menjadi Rp21 miliar.
"Dulu anggaran Upsus besar karena harus membeli sarana pertanian dan merintis lahan tanam, tetapi tahun ini fokus untuk penyediaan benih," ujarnya.
Menurut dia, pihaknya tahun ini tidak perlu lagi membeli alat-alat pertanian, seperti traktor, pompa air, maupun perbaikan saluran irigasi yang memakan dana besar, namun lebih pada upaya melanjutkan program Upsus yang tahun ini masuk dalam tahun kedua.
Berdasarkan hasil evaluasi program Upsus yang sudah dilaksanakan di Bali, kata Wisnuardhana, sudah berhasil meningkatkan luas tanam dari 142 hektare pada 2014 menjadi 144 ribu hektare pada 2015.
"Tetapi karena 2015 musim kemarau dan kekeringan mencapai 880 hektare, luas panen tahun lalu menjadi turun. Sehingga walaupun luas tanam naik, tetapi luas panen turun menjadi di bawah 140 ribu hektare," ucapnya.
Meskipun demikian, pihaknya untuk tahun ini menargetkan luas tanam padi menjadi 148 ribu hektare dengan target produksi 900 ribu ton gabah kering giling.
Wisnuardhana berpandangan target tersebut sudah cukup tinggi di tengah tingginya alih fungsi lahan yang terjadi di Bali. Bahkan produktivitas panen padi di Bali berhasil menduduki peringkat ketiga secara nasional.
"Tahun 2015 rata-rata produksi 60,8 kwintal perhektare gabah kering giling. Setiap tahun produktivitas harus ditingkatkan dan kami targetkan tahun ini jadi 61 kwintal gabah kering giling perhektare," ujarnya.
Di samping itu, sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas padi juga ditempuh lewat peningkatan intensitas pertanaman dari yang sebelumnya ditanami dua kali dalam setahun menjadi tiga kali. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
Wisnuardhana, di Denpasar, Senin, mengatakan pada tahun lalu anggaran Upsus yang diterima Bali dari Kementerian Pertanian sebesar Rp135 miliar, namun tahun ini menjadi Rp21 miliar.
"Dulu anggaran Upsus besar karena harus membeli sarana pertanian dan merintis lahan tanam, tetapi tahun ini fokus untuk penyediaan benih," ujarnya.
Menurut dia, pihaknya tahun ini tidak perlu lagi membeli alat-alat pertanian, seperti traktor, pompa air, maupun perbaikan saluran irigasi yang memakan dana besar, namun lebih pada upaya melanjutkan program Upsus yang tahun ini masuk dalam tahun kedua.
Berdasarkan hasil evaluasi program Upsus yang sudah dilaksanakan di Bali, kata Wisnuardhana, sudah berhasil meningkatkan luas tanam dari 142 hektare pada 2014 menjadi 144 ribu hektare pada 2015.
"Tetapi karena 2015 musim kemarau dan kekeringan mencapai 880 hektare, luas panen tahun lalu menjadi turun. Sehingga walaupun luas tanam naik, tetapi luas panen turun menjadi di bawah 140 ribu hektare," ucapnya.
Meskipun demikian, pihaknya untuk tahun ini menargetkan luas tanam padi menjadi 148 ribu hektare dengan target produksi 900 ribu ton gabah kering giling.
Wisnuardhana berpandangan target tersebut sudah cukup tinggi di tengah tingginya alih fungsi lahan yang terjadi di Bali. Bahkan produktivitas panen padi di Bali berhasil menduduki peringkat ketiga secara nasional.
"Tahun 2015 rata-rata produksi 60,8 kwintal perhektare gabah kering giling. Setiap tahun produktivitas harus ditingkatkan dan kami targetkan tahun ini jadi 61 kwintal gabah kering giling perhektare," ujarnya.
Di samping itu, sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas padi juga ditempuh lewat peningkatan intensitas pertanaman dari yang sebelumnya ditanami dua kali dalam setahun menjadi tiga kali. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016