Denpasar (Antara Bali) - Sejumlah wisatawan dari Tiongkok khususnya yang menggunakan armada penerbangan carter menunda kunjungannya ke Provinsi Bali pascateror bom dan serangan brutal di Sarinah, Jakarta.
"Beberapa tur operator melaporkan bahwa sejumlah turis Tiongkok yang menggunakan penerbangan carter menunda keberangkatannya ke Bali sebagai dampak bom di Sarinah," kata Ketua Asosiasi Biro Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) Bali, Ketut Ardana di Denpasar, Jumat.
Ia menjelaskan bahwa meski pihaknya menyakinkan bahwa jarak antara Jakarta dan Bali yang cukup jauh dan situasi keamanan di Pulau Dewata yang aman, namun wisatawan tersebut urung berwisata memanfaatkan libur Imlek.
Meski demikian, kedatangan wisatawan dari negeri tirai bambu yang menggunakan penerbangan reguler masih tetap berlangsung dan tidak ada kendala.
Ardana lebih lanjut menjelaskan bahwa momentum Imlek seharusnya menjadi momen yang luar biasa mendatangkan wisatawan dari Tiongkok baik yang menggunakan armada penerbangna reguler maupun yang menggunakan penerbangan carter.
Ia bahkan menyebutkan bahwa pada tahun-tahun sebelumnya peningkatan turis dari negeri panda itu bahkan bisa menembus 20 persen karena libur Imlek tersebut.
Libur Hari Raya Imlek sendiri, kata dia, dimanfaatkan turis dari negeri dengan ikon tembok besar itu bepergian ke luar negeri termasuk ke Bali.
Bahkan sekitar 200 juta orang Tiongkok berwisata ke luar negeri setiap tahunnya. Namun dari jumlah itu, Indonesia baru dikunjungi tidak lebih dari satu juga orang wisatawan.
Selama tahun 2015 wisatawan Tiongkok menduduki posisi kedua dengan jumlah kunjungan wisatawan mencapai 642 ribu orang selama periode Januari hingga November.
Angka tersebut berkontribusi sebesar 17,68 persen terhadap total kunjungan wisman ke Bali yang mencapai 3.631.195 orang.
Selama 2015, jumlah kunjungan wisatawan Tiongkok tersebut meningkat 19 persen jika dibandingkan periode sama tahun 2014 dengan jumlah wisatawan mencapai 539.371 orang. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
"Beberapa tur operator melaporkan bahwa sejumlah turis Tiongkok yang menggunakan penerbangan carter menunda keberangkatannya ke Bali sebagai dampak bom di Sarinah," kata Ketua Asosiasi Biro Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) Bali, Ketut Ardana di Denpasar, Jumat.
Ia menjelaskan bahwa meski pihaknya menyakinkan bahwa jarak antara Jakarta dan Bali yang cukup jauh dan situasi keamanan di Pulau Dewata yang aman, namun wisatawan tersebut urung berwisata memanfaatkan libur Imlek.
Meski demikian, kedatangan wisatawan dari negeri tirai bambu yang menggunakan penerbangan reguler masih tetap berlangsung dan tidak ada kendala.
Ardana lebih lanjut menjelaskan bahwa momentum Imlek seharusnya menjadi momen yang luar biasa mendatangkan wisatawan dari Tiongkok baik yang menggunakan armada penerbangna reguler maupun yang menggunakan penerbangan carter.
Ia bahkan menyebutkan bahwa pada tahun-tahun sebelumnya peningkatan turis dari negeri panda itu bahkan bisa menembus 20 persen karena libur Imlek tersebut.
Libur Hari Raya Imlek sendiri, kata dia, dimanfaatkan turis dari negeri dengan ikon tembok besar itu bepergian ke luar negeri termasuk ke Bali.
Bahkan sekitar 200 juta orang Tiongkok berwisata ke luar negeri setiap tahunnya. Namun dari jumlah itu, Indonesia baru dikunjungi tidak lebih dari satu juga orang wisatawan.
Selama tahun 2015 wisatawan Tiongkok menduduki posisi kedua dengan jumlah kunjungan wisatawan mencapai 642 ribu orang selama periode Januari hingga November.
Angka tersebut berkontribusi sebesar 17,68 persen terhadap total kunjungan wisman ke Bali yang mencapai 3.631.195 orang.
Selama 2015, jumlah kunjungan wisatawan Tiongkok tersebut meningkat 19 persen jika dibandingkan periode sama tahun 2014 dengan jumlah wisatawan mencapai 539.371 orang. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016