Mangupura (Antara Bali) - Proyek terowongan irigasi air penghubung Sungai Bangkung dengan Sungai Gerana, di Desa Sulangai, Kecamatan Petang, Badung, Bali yang nantinya dimanfaatkan untuk mengairi sawah subak di daerah itu terancam mangkrak.
Kepala Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Badung, IB Surya Suamba, di Mangupura, Jumat, mengatakan proyek itu kemungkinan mangkrak karena digarap swadaya oleh masyaralat setempat dari bantuan dana hibah yang sangat minim anggaran.
"Memang benar proyek terowongan itu digarap swadaya masyarakat melalui dana hibah dari pemerintah. Namun, untuk proyek bendungan pembagi air (suplesi) di tempat itu sudah selesai kami tangani," ujar Surya Suamba.
Ia mengatakan, upaya untuk membantu penyelesaian proyek tersebut, kata dia, pihaknya akan segera melaporkan kepada penjabat Bupati Badung agar dana untuk pembangunan terowongan irigasi air itu dapat dibantu kembali.
"Semestinya dana hibah untuk penyelesaian terowongan itu sebesar Rp1,2 miliar, namun hanya cair Rp500 juta saja yang diserahkan sepenuhnya kepada masyarakat setempat," katanya.
Namun, apabila penjabat bupati meminta BMP Badung yang turun tangan untuk melanjutkan proyek itu, lanjut dia, pihaknya akan siap melaksanakan amanah tersebut.
"Kendala kami selama ini adalah dana hibah itu tidak bisa diberikan berturut-turut, sehingga perlu adaya kajian dan menunggu petunjuk pimpinan," katanya.
Kemudian, pihaknya masih memantau penanganan proyek swadaya yang dilakukan masyarakat setempat sejauh mana penyelesaiannya dengan dana hibah sebesar Rp500 juta yang diberikan itu.
Ia menuturkan, pembangunan proyek tersebut akan dimafaatkan untuk mengairi Subak Babakan Bengkel di Desa Carangsari, Badung, yang sudah bertahun-tahun kekeringan.
"Sebelumya kami sudah membangun terowongan di Tukad Gerana menuju Carangsari, namun belum mendapatan air sehingga dengan upaya ini diharapkan dapat memenuhi air ke subak," ujarnya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
Kepala Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Badung, IB Surya Suamba, di Mangupura, Jumat, mengatakan proyek itu kemungkinan mangkrak karena digarap swadaya oleh masyaralat setempat dari bantuan dana hibah yang sangat minim anggaran.
"Memang benar proyek terowongan itu digarap swadaya masyarakat melalui dana hibah dari pemerintah. Namun, untuk proyek bendungan pembagi air (suplesi) di tempat itu sudah selesai kami tangani," ujar Surya Suamba.
Ia mengatakan, upaya untuk membantu penyelesaian proyek tersebut, kata dia, pihaknya akan segera melaporkan kepada penjabat Bupati Badung agar dana untuk pembangunan terowongan irigasi air itu dapat dibantu kembali.
"Semestinya dana hibah untuk penyelesaian terowongan itu sebesar Rp1,2 miliar, namun hanya cair Rp500 juta saja yang diserahkan sepenuhnya kepada masyarakat setempat," katanya.
Namun, apabila penjabat bupati meminta BMP Badung yang turun tangan untuk melanjutkan proyek itu, lanjut dia, pihaknya akan siap melaksanakan amanah tersebut.
"Kendala kami selama ini adalah dana hibah itu tidak bisa diberikan berturut-turut, sehingga perlu adaya kajian dan menunggu petunjuk pimpinan," katanya.
Kemudian, pihaknya masih memantau penanganan proyek swadaya yang dilakukan masyarakat setempat sejauh mana penyelesaiannya dengan dana hibah sebesar Rp500 juta yang diberikan itu.
Ia menuturkan, pembangunan proyek tersebut akan dimafaatkan untuk mengairi Subak Babakan Bengkel di Desa Carangsari, Badung, yang sudah bertahun-tahun kekeringan.
"Sebelumya kami sudah membangun terowongan di Tukad Gerana menuju Carangsari, namun belum mendapatan air sehingga dengan upaya ini diharapkan dapat memenuhi air ke subak," ujarnya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016