Denpasar (Antara Bali) - Bentara Budaya Bali (BBB), lembaga kebudayaan nirlaba Kompas-Gramedia di Ketewel, Kabupaten Gianyar akan meluncurkan novel ber-genre psyco-thriller berjudul "Straw".
"Novel tersebut ditulis Noorca Massardi dengan buku terkininya "180" yang berbeda dengan novel sebelumnya, buku terbitan Kaki Langit Kencana itu merupakan karya duet Noorca Massardi dengan pengusaha muda Mohammed Cevy Abdullah," kata penata acara BBB Juwitta K. Lasut di Denpasar, Jumat.
Ia mengatakan, acara peluncuran novel "180" sekaligus dialog melibatkan seniman, budayawan dan berbagai komponen itu berlangsung Minggu (17/1).
Dalam dialog, dua penulis buku tersebut akan berbagi perihal proses penulisan novel sekaligus mengungkap faktor kesulitan yang menyertai perpaduan dua pokok pikiran dari dua pengarang, berikut penyatuan plot dan gaya bahasa yang pada dasarnya berbeda.
Novel setebal 318 halaman mengangkat kisah perjalanan dan kesuksesan seorang tokoh bernama Tora. Tora merupakan seorang pengusaha yang gigih dan ulet. Berkat kegigihannya itu, ia kini sukses sebagai milyuner dalam usia yang relatif muda, yakni 30 tahun, memiliki usaha peternakan besar dengan omzet triliyunan.
Tokoh Tora dalam novel tersebut adalah salah satu pengarang novel yakni Cevy Abdullah, pengusaha yang berangkat dari sosok pemuda petani miskin, namun sangat displin, pekerja keras dan memiliki tekad yang kuat untuk sukses dalam usia muda.
"Karena novel itu tidak sepenuhnya fiksi, dalam dialog akan dibincangkan pula secara lebih mendalam mengenai apa sesungguhnya perbedaan novel `180` dengan buku memoar umumnya serta autobiografi," ujar Juwitta K. Lasut.
Selain diskusi, peluncuran novel juga dimaknai dengan pemutaran film Red Code yang ditulis, disutradarai dan diproduksi oleh Mohammed Cevy Abdullah, serta pembacaan fragmen novel oleh sejumlah seniman.
Menurut Mohammed Cevy Abdullah, motivasinya menulis novel adalah untuk berbagi, terutama memberi inspirasi bagi generasi muda agar gigih memperjuangkan cita-cita, serta peduli akan kehidupan masyarakat dan bangsanya.
Selain itu Cevy Abdullah juga menuturkan bahwa ia sengaja menulis novel itu karena kepeduliannya terhadap perkembangan sosial dan psikologis masyarakat saat ini. Khususnya "Y Generations" Indonesia.
Ia ingin menyampaikan pesan sosialnya melalui media novel, yang sarat akan nilai-nilai filosofi kehidupan.
"Saya berharap novel ini bisa menjadi inspirasi dan menularkan spirit dan filosofi `Tora` kepada generasi muda Indonesia," ungkap Cevy Abdullah.
Sedangkan Noorca M. Massardi, yang mengaku baru pertama kali menulis novel bersama menyatakan, sangat menikmati proses penulisan, merancang plot, dan mengedit naskah novel 180.
"Walau saya baru mengenal Mohammed Cevy Abdullah 14 bulan lalu, ternyata kami memiliki kesamaan dalam visi, misi, karakterisasi, dan konsep penulisannya. Terutama karena niat kami memang sejalan. Ingin berbagi inspirasi tentang pergulatan hidup dengan generasi muda negeri ini," ujar Noorca M. Massardi. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
"Novel tersebut ditulis Noorca Massardi dengan buku terkininya "180" yang berbeda dengan novel sebelumnya, buku terbitan Kaki Langit Kencana itu merupakan karya duet Noorca Massardi dengan pengusaha muda Mohammed Cevy Abdullah," kata penata acara BBB Juwitta K. Lasut di Denpasar, Jumat.
Ia mengatakan, acara peluncuran novel "180" sekaligus dialog melibatkan seniman, budayawan dan berbagai komponen itu berlangsung Minggu (17/1).
Dalam dialog, dua penulis buku tersebut akan berbagi perihal proses penulisan novel sekaligus mengungkap faktor kesulitan yang menyertai perpaduan dua pokok pikiran dari dua pengarang, berikut penyatuan plot dan gaya bahasa yang pada dasarnya berbeda.
Novel setebal 318 halaman mengangkat kisah perjalanan dan kesuksesan seorang tokoh bernama Tora. Tora merupakan seorang pengusaha yang gigih dan ulet. Berkat kegigihannya itu, ia kini sukses sebagai milyuner dalam usia yang relatif muda, yakni 30 tahun, memiliki usaha peternakan besar dengan omzet triliyunan.
Tokoh Tora dalam novel tersebut adalah salah satu pengarang novel yakni Cevy Abdullah, pengusaha yang berangkat dari sosok pemuda petani miskin, namun sangat displin, pekerja keras dan memiliki tekad yang kuat untuk sukses dalam usia muda.
"Karena novel itu tidak sepenuhnya fiksi, dalam dialog akan dibincangkan pula secara lebih mendalam mengenai apa sesungguhnya perbedaan novel `180` dengan buku memoar umumnya serta autobiografi," ujar Juwitta K. Lasut.
Selain diskusi, peluncuran novel juga dimaknai dengan pemutaran film Red Code yang ditulis, disutradarai dan diproduksi oleh Mohammed Cevy Abdullah, serta pembacaan fragmen novel oleh sejumlah seniman.
Menurut Mohammed Cevy Abdullah, motivasinya menulis novel adalah untuk berbagi, terutama memberi inspirasi bagi generasi muda agar gigih memperjuangkan cita-cita, serta peduli akan kehidupan masyarakat dan bangsanya.
Selain itu Cevy Abdullah juga menuturkan bahwa ia sengaja menulis novel itu karena kepeduliannya terhadap perkembangan sosial dan psikologis masyarakat saat ini. Khususnya "Y Generations" Indonesia.
Ia ingin menyampaikan pesan sosialnya melalui media novel, yang sarat akan nilai-nilai filosofi kehidupan.
"Saya berharap novel ini bisa menjadi inspirasi dan menularkan spirit dan filosofi `Tora` kepada generasi muda Indonesia," ungkap Cevy Abdullah.
Sedangkan Noorca M. Massardi, yang mengaku baru pertama kali menulis novel bersama menyatakan, sangat menikmati proses penulisan, merancang plot, dan mengedit naskah novel 180.
"Walau saya baru mengenal Mohammed Cevy Abdullah 14 bulan lalu, ternyata kami memiliki kesamaan dalam visi, misi, karakterisasi, dan konsep penulisannya. Terutama karena niat kami memang sejalan. Ingin berbagi inspirasi tentang pergulatan hidup dengan generasi muda negeri ini," ujar Noorca M. Massardi. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016