Amlapura (Antara Bali) - International symposium for the Asia Heritage Network (AHN) 2016 telah resmi ditutup dengan pembacaan Deklarasi Karangasem yang dilakukan sejumlah perwakilan duta dari 13 negara yang mengikuti even ini.
    
Penutupan simposium berlangsung di gedung UKM Center di Amlapura pada Senin sore, di mana butir-butir Deklarasi Karangasem dibacakan oleh sejumlah perwakilan duta.
    
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karangasem Wayan Purwa yang menutup acara simposium menyatakan hendaknya duta deklarasi jika menyebutkan deklarasi, otomatis akan teringat pula pada Kabupaten Karangasem.
    
"Diharapkan ini bukan kedatangan pertama di Karangasem, melainkan ada kunjungan kedua, ketiga dan selanjutnya, mengingat baru sebagian dari destinasi pusaka yang dilihat para delegasi," katanya.
    
Destinasi pusaka di Kabupaten Karangasem sangat beragam, seperti tempat diving terbaik berupa kapal selam Liberty di Tulamben, area rafting yang mempesona dan pura terbesar di Indonesia yakni Pura Besakih.
    
"Di Karangasem juga ada atraksi budaya yang tidak ditemukan di kabupaten lainnya di Bali. Sekali lagi semoga ketika duta-duta simposium menyebutkan deklarasi, maka akan mengingat Kabupaten Karangasem," ujarnya menambahkan.
    
Sementara itu, duta 13 negara itu akhirnya mencapai kesepakatan dasar yang terangkum pada Deklarasi Karangasem, antara lain menyatakan: harus menghormati setiap identitas budaya dari masing-masing kelompok, dan mesti melihat warisan sebagai alat untuk mempersiapkan masa depan yang lebih baik.
    
Bunyi deklarasi lainnya adalah harus mengakui adanya ancaman yang muncul terhadap pelestarian warisan pusaka, terutama dampak perubahan iklim, terorisme, sosial dan bencana alam. Pentingnya membuat jaringan kuat diperlukan pula.
    
Terkait dengan itu, maka perlu saling bergandengan tangan untuk menjaga dan melestarikan warisan dengan hati-hati, serius dan inovatif dalam menghadapi perubahan. Diperlukan juga menyambut kolaborasi multikultural dan internasional
    
Simposium ini membuat sejumlah duta dari 13 negara saling bertukar ide dan pengalaman antara negara maju dan berkembang. Adapun duta dari 13 negara berasal dari Australia, Inggris, India, Malaysia, Myanmar, Jepang, Thailand, Kamboja, Taiwan, Amerika Serikat, Hongkong, Singapura, Indonesia, serta kalangan akademisi dari berbagai perguruan tinggi.
    
Duta dari berbagai negara itu berbagi pandangan bahwa warisan pusaka adalah dasar yang sangat penting bagi perdamaian dan harmoni dunia. Warisan pusaka harus dikelola melalui pemahaman dan rasa hormat, termasuk yang berada pada posisi minoritas. Warisan budaya bisa mempromosikan perdamaian dan harmoni jika ada keadilan sosial dan ekonomi, tanpa adanya perlakuan diskriminasi.
    
Kegiatan simposium ini diselenggarakan berkat kerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan Pusaka Indonesia. Dalam hal ini Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI) yang bekerja sama dengan Nara Machizukuri Centre – sebuah organisasi pelestarian dari Jepang.  Kegiatan ini mendapat dukungan The Japan Foundation: The Citizen’s Exchange Program for Asia dan Pemerintah Kabupaten Karangasem. (WDY)

Pewarta: Pewarta: Tri Vivi Suryani

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016