Denpasar (Antara Bali) - Seni kerajinan memanfaatkan bahan baku tulang yang diproduksi pengrajin di Kecamatan Tampaksing, Kabupaten Gianyar, Bali, tampaknya sedikit lesu, walau pun ada pesanan jumlahnya tidak sebanyak yang diperkirakan sebelumnya

"Pencinta seni mancanegara kurang berminat untuk bisa memiliki seni kerajinan berbahan baku tulang karena dibuat menggunakan mesin bukan sepenuhnya hasil sentuhan tangan terampil," tutur Made Darma, pengrajin dan eksportir kerajinan Bali di Gianyar, Senin.

Para turis yang datang ke lokasi wisata Tampaksiring, Kabupaten Gianyar senang menyaksikan masyarakat mengukir tulang di pinggiran jalan, dan pemandangan ini sangat jarang bisa disaksikan saat sekarang, karena aksesori dari tulang sudah dibuat dengan teknomogi.

Ia mengatakan, dulu pemahat tulang biasanya menyelesaikan sebuah patung berukuran kecil selama seminggu bahkan sampai satu bulan, namun sekarang barang dalam bentuk dan besarnya sama bisa dikerjakan hanya dua jam saja atau sehari bisa lima buah.

Pengusaha mampu memenuhi keinginan pemesan dalam jumlah dan selesainya tepat waktu, sesuai permintaan, hanya saja barangnya tidak memiliki Taksu (kharisma), dan itu diketahui oleh para pencinta seni luar negeri, kata Darma.

Pria dewasa ini mengakui, bahwa dikalangan pebisnis maka pengrajin akan menerima pesanan berapa pun jumlahnya dalam waktu yang sudah ditentukan tentu dengan harga yang disesuaikan dan disepakati bersama.

Banyak rekan bsinisnya datang dari luar negeri untuk bisa dibuatkan seni kerajinan untuk matadagangan dengan bahan baku tulang berbagai jenis ikan yang dibawa sendiri dari negerinya lengkap dengan desain, jadi di Bali hanya membuat saja, tutur Darma lagi.

Ia menjelaskan, hasil sentuhan tangan-tangan terampil perajin yang memanfaatkan bahan baku tulang sapi dan kerbau hingga menghasilkan produk kalung, cincin dan perhiasan lainnya yang dikombinasikan dengan logam, tetap tampak unik dan menarik.

Perajin di daerah ini dinilai sangat kreatif dalam menciptakan rancang bangun atau desain, sehingga tulang sapi yang tadinya merupakan limbah, dapat diolah menjadi mata dagangan yang bernilai ekonomi tinggi.

Sementara Dinas Perindag Bali dalam laporannya yang diterima terakhir menyebutkan perolehan devisa dari kerajinan tulang sebanyak 205.228 dolar AS hasil penjualan 272.073 biji atau perolehan devisanya melorot dari tahun lalu mencapai 240.634 dolar. (WDY)

Pewarta: Pewarta: I Ketut Sutika

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016