Denpasar (Antara Bali) - Gubernur Bali Made Mangku Pastika berharap melalui pengakuan dunia terhadap sembilan tari tradisi setempat, dapat memotivasi seluruh komponen masyarakat untuk memantapkan komitmen melakukan pembinaan dan pelestarian budaya secara berkelanjutan.
"Yang lebih penting dari pembinaan dan pelestarian itu tidak hanya bagi kebudayaan itu sendiri, tetapi untuk kesejahteraan seluruh masyarakat Bali terutama kesejahteraan seniman dan budayawan di dalamnya," kata Pastika saat menyampaikan sambutan pada syukuran penetapan sembilan tari Bali menjadi Warisan Budaya Tak Benda UNESCO, di Denpasar, Rabu malam.
Oleh karena itu, dia menekankan bahwa sesungguhnya acara syukuran tersebut bukan semata-mata acara seremonial untuk merayakan kegembiraan atas penetapan sembilan tari tersebut.
Sebelumnya lewat sidang ke-10 Komite Warisan Budaya Tak Benda UNESCO di Windhoek, Namibia, Afrika pada 2 Desember 2015 telah menetapkan untuk memasukkan tiga golongan atau genre tari tradisi Bali yang terdiri dari sembilan tari ke dalam daftar Warisan Budaya Tak Benda UNESCO.
Kesembilan tari tersebut adalah Tari Rejang, Sanghyang Dedari, dan Baris Upacara yang digolongkan sebagai tarian sakral (Tari Wali), Tari Topeng Sidhakarya, Drama Tari Wayang Wong, Drama Tari Gambuh yang digolongkan sebagai tarian semi sakral (Tari Bebali) dan Tari Legong Keraton, Joged Bumbung dan Barong Ket "Kuntisraya" yang digolongkan sebagai tarian hiburan (Tari Balih-Balihan).
"Secara khusus, saya berharap dilakukan kegiatan nyata yang dapat memantapkan eksistensinya, sehingga dapat dipandang layak ditetapkan sebagai warisan budaya dunia," ujarnya.
Mantan Kapolda Bali itu berpandangan dengan penetapan UNESCO tersebut, telah membuktikan kebudayaan Bali asli dan unik sekaligus nafas bagi kehidupan masyarakat Bali adalah ikon pembangunan pariwisata.
"Sembilan tari dapat menjadi representasi keragaman dan kekayaan kesenian, khususnya seni tari yang menjadi penguat pariwisata budaya Bali," ucapnya.
Dalam kesempatan itu, Pastika juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada tim pengusul yang telah menggagas usulan dan memperjuangkan tari tradisi ke UNESCO. Ke depan, pihaknya berharap ada unsur kebudayaan lainnya, benda atau tak benda yang diperjuangkan lagi sebagai Warisan Budaya Dunia.
Pada acara syukuran tersebut, SMKN 3 Sukawati membawakan Tari Sanghyang Dedari dan Legong Keraton, sedangkan perwakilan SMKN 4 Bangli menampilkan Drama Tari Wayang Wong dan Barong Ket, serta SMKN 5 Denpasar membawakan Tari Joged Bumbung.
Ada juga Sanggar Kertajaya dari Pedungan, Denpasar yang mementaskan Drama Tari Gambuh serta Institut Seni Indonesia Denpasar membawakan Tari Rejang, Tari Baris Upacara dan Tari Topeng Sidhakarya.
Prof Dr I Made Bandem sebagai konsultan budaya pengajuan usulan tarian itu juga menceritakan sejarah proses pengusulan sembilan tari itu, serta menyampaikan "agem" atau pakem gerak dari masing-masing tarian tersebut.
Acara dihadiri jajaran satuan kerja perangkat daerah Provinsi Bali, Forum Komunikasi Pimpinan Daerah Provinsi Bali, perwakilan kabupaten/kota se-Bali, para seniman dan perwakilan berbagai sanggar seni, serta undangan lainnya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
"Yang lebih penting dari pembinaan dan pelestarian itu tidak hanya bagi kebudayaan itu sendiri, tetapi untuk kesejahteraan seluruh masyarakat Bali terutama kesejahteraan seniman dan budayawan di dalamnya," kata Pastika saat menyampaikan sambutan pada syukuran penetapan sembilan tari Bali menjadi Warisan Budaya Tak Benda UNESCO, di Denpasar, Rabu malam.
Oleh karena itu, dia menekankan bahwa sesungguhnya acara syukuran tersebut bukan semata-mata acara seremonial untuk merayakan kegembiraan atas penetapan sembilan tari tersebut.
Sebelumnya lewat sidang ke-10 Komite Warisan Budaya Tak Benda UNESCO di Windhoek, Namibia, Afrika pada 2 Desember 2015 telah menetapkan untuk memasukkan tiga golongan atau genre tari tradisi Bali yang terdiri dari sembilan tari ke dalam daftar Warisan Budaya Tak Benda UNESCO.
Kesembilan tari tersebut adalah Tari Rejang, Sanghyang Dedari, dan Baris Upacara yang digolongkan sebagai tarian sakral (Tari Wali), Tari Topeng Sidhakarya, Drama Tari Wayang Wong, Drama Tari Gambuh yang digolongkan sebagai tarian semi sakral (Tari Bebali) dan Tari Legong Keraton, Joged Bumbung dan Barong Ket "Kuntisraya" yang digolongkan sebagai tarian hiburan (Tari Balih-Balihan).
"Secara khusus, saya berharap dilakukan kegiatan nyata yang dapat memantapkan eksistensinya, sehingga dapat dipandang layak ditetapkan sebagai warisan budaya dunia," ujarnya.
Mantan Kapolda Bali itu berpandangan dengan penetapan UNESCO tersebut, telah membuktikan kebudayaan Bali asli dan unik sekaligus nafas bagi kehidupan masyarakat Bali adalah ikon pembangunan pariwisata.
"Sembilan tari dapat menjadi representasi keragaman dan kekayaan kesenian, khususnya seni tari yang menjadi penguat pariwisata budaya Bali," ucapnya.
Dalam kesempatan itu, Pastika juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada tim pengusul yang telah menggagas usulan dan memperjuangkan tari tradisi ke UNESCO. Ke depan, pihaknya berharap ada unsur kebudayaan lainnya, benda atau tak benda yang diperjuangkan lagi sebagai Warisan Budaya Dunia.
Pada acara syukuran tersebut, SMKN 3 Sukawati membawakan Tari Sanghyang Dedari dan Legong Keraton, sedangkan perwakilan SMKN 4 Bangli menampilkan Drama Tari Wayang Wong dan Barong Ket, serta SMKN 5 Denpasar membawakan Tari Joged Bumbung.
Ada juga Sanggar Kertajaya dari Pedungan, Denpasar yang mementaskan Drama Tari Gambuh serta Institut Seni Indonesia Denpasar membawakan Tari Rejang, Tari Baris Upacara dan Tari Topeng Sidhakarya.
Prof Dr I Made Bandem sebagai konsultan budaya pengajuan usulan tarian itu juga menceritakan sejarah proses pengusulan sembilan tari itu, serta menyampaikan "agem" atau pakem gerak dari masing-masing tarian tersebut.
Acara dihadiri jajaran satuan kerja perangkat daerah Provinsi Bali, Forum Komunikasi Pimpinan Daerah Provinsi Bali, perwakilan kabupaten/kota se-Bali, para seniman dan perwakilan berbagai sanggar seni, serta undangan lainnya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015