Bangli (Antara Bali) - Biogas Rumah (Biru) Provinsi Bali melatih tukang dan supervisor yang bertugas menyebarluaskan biogas sebagai sumber energi baru yang ramah lingkungan.

"Kami lakukan pelatihan itu untuk meningkatkan kapasitas dan kemampuan mereka dalam menyebarluaskan energi baru yang ramah lingkungan," kata Koordinator Biru Provinsi Bali Gede Suarja kepada ANTARA di Bangli, Kamis.

Program Biru bertujuan untuk menyebarluaskan biogas yang adalah sumber energi ramah lingkungan, sebagai dasar pengembangan sektor komersial yang berorientasi pasar di beberapa provinsi di Indonesia.

Gede Suarja mengatakan, Biru memanfaatkan limbah kotoran hewan sebagai energi baru setelah diolah dalam reaktor yang berbentuk kubah beton (fixed dome).

Sampai dengan akhir 2012, Program Biru memiliki target membangun 8.000 unit reaktor biogas di delapan provinsi di Indonesia.

Khusus untuk di Bali, kata dia, kini dilakukan meningkatkan SDM pengelolaan program yang merupakan hasil kerja sama Belanda dengan Indonesia itu. Ini ditempuh dengan melakukan pelatihan tukang dan supervisor biogas.

Pelatihan itu, kata Suarja, diadakan di Desa Jehem, Kecamatan Tembuku, Kabupaten Bangli, diikuti 18 tukang dan lima supervisor yang berasal dari tiga mitra kerja lokal, yaitu Yayasan BOA, Yayasan Manikaya Kauci dan Yayasan IDEP.

"Pelatihan ini berlangsung selama delapan hari, 18-25 November 2010, difasilitasi oleh pelatih dari TEDC (Technical Education Development Centre) Bandung dan pendamping pelatih dari salah satu tukang di Payangan, Gianyar, yang sudah berpengalaman membangun reaktor Biru di wilayahnya," katanya.

Ia mengatakan, sasaran utama program itu adalah rumah tangga, karena rumah tangga mempunyai lahan ternak baik sapi, babi maupun ayam dan lain-lain. Untuk itu, rumah tangga bisa mengusulkan pemasangan reaktor.

"Mengenai biayanya sekitar Rp5 jutaan, di mana itu sudah termasuk bahan dan juga tukang garapnya yang bisa diselesaikan dalam kurun waktu delapan hari saja," jelasnya.

Biaya sebanyak Rp5 juta itu sudah termasuk bantuan dari Biru Bali sebesar Rp2 juta dan sisanya merupakan swadaya masyarakat sendiri.

Selain dana itu, kata Suarja, setiap rumah tangga hanya memerlukan tiga ekor sapi atau delapan babi. Jumlah ini menghasilkan besaran reaktor empat meter dan bisa menyala hingga empat jam.

Dikatakan, Biru merupakan program kerja sama antara Pemerintah Indonesia dan Belanda. Program ini diimplementasikan dengan jalinan kerj sama antara Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (DJEBTKE) sebagai perwakilan dari pihak Indonesia dan HIVOS Regional Office Southeast Asia (ROSEA) sebagai perwakilan dari pihak Belanda dengan dukungan dari SNV (Belanda) sebagai penasehat teknis.

Ia mengatakan, sejak Agustus 2010 Biru bekerja sama dengan Yayasan BOA (Bali Organic Association), sebagai mitra kerja lokal. Biru telah melatih sebanyak 15 tukang dan dua pengawas (supervisor) dari Desa Buahan Kaja dan Desa Kertha, Kecamatan Payangan, Gianyar serta dari Desa Patas, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng.

Sampai dengan awal November 2010, Biru telah membangun sebanyak 21 unit reaktor biogas di dua wilayah Kecamatan Payangan, Gianyar dan Kecamatan Gerokgak, Buleleng.

Dia menyebutkan, dari total reaktor yang dibangun, 15 unit di antaranya telah menyala dan telah dimanfaatkan oleh rumah tangga sebagai sumber bahan bakar untuk memasak sehari-hari. Sisanya masih dalam proses pengerjaan dan pengisian kotoran ke dalam digester.

Sementara Kepala Desa Jehem Made Widana mengatakan, pengembangan Biru Bali akan sangat bermanfaat bagi masyarakat di desanya, karena 80 persen penduduk Jehem adalah peternak sapi, babi dan ayam.(*)

Pewarta:

Editor : Masuki


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2010