Singapura (Antara Bali) - Satu tim yang terdiri atas delapan
mahasiswa teknik dari National University of Singapore (NUS) membangun
pesawat terbang personal yang dijuluki "Snowstorm".
Pesawat itu hanya bisa didemonstrasikan di dalam ruangan sesuai ketentuan hukum yang berlaku di Singapura untuk kendaraan udara pribadi.
Snowstorm, yang bentuknya seperti drone raksasa, terdiri atas motor, baling-baling dan roda pendaratan yang dipasang dalam bingkai heksagonal dan bisa dikendalikan oleh orang yang duduk di dalamnya atau dari jauh.
Pesawat itu juga ramah lingkungan, karena tiga baterai lithiumnya yang bisa diisi ulang menggunakan energi surya.
Joerg Weigl, yang punya ide untuk membuat pesawat itu dan merupakan salah satu pengawas proyek, mengatakan dia ingin Snowstorm membantu orang mewujudkan mimpi mereka untuk terbang.
"Karena terbang merupakan sebuah komunitas sekarang. Orang sekarang bisa terbang dengan pesawat jet, tapi rasa terbang jadi hilang. Jadi Snowstorm adalah multi-copter di mana kau bisa merasakan kembali sensasi terbang, merasakan terbang bagi siapa pun yang ingin terbang," katanya.
Tim itu menyatakan prototipe terkini secara teknis bisa membawa satu penumpang dengan berat sampai 70 kilogram untuk terbang sekitar lima menit dan demi keselamatan kursi dipasang di tengah mesin.
Namun demikian, sulih yang sedikit lebih ringan dari manusia terlibat lebih mudah dikendalikan.
Anggota tim Wang Yuyao mengakui pengembangan Snowstorm masih berjalan.
"Langkah selanjutnya adalah, dari sisi listrik, ini harus lebih aman, stabilitasnya lebih bagus dan lebih mudah dikendalikan oleh pilot," katanya.
"Dan dari sisi mekanis, ini harus punya struktur yang lebih stabil dan mungkin lebih banyak tenaga. Kita selalu bisa menambahkan motor untuk mengangkat orang yang lebih berat," tambahnya.
Tim mengatakan pesawat itu bukan untuk moda transportasi, tapi lebih untuk penggunaan sebagai hiburan.
Weigl mengatakan dia bisa melihat mesin yang dibangun selama satu tahun itu dikomersialkan beberapa tahun mendatang.
"Segera setelah kau membuatnya stabil dan mungkin untuk kegiatan hiburan, aktivitas menyenangkan adalah yang diinginkan orang dan jika orang ingin ini, ini adalah produk, dan segera setelah ini jadi produk, ini adalah produk komersial," katanya.
"Itu sangat sederhana dan itu produk pasar komersial yang tidak mencemari lingkungan, jadi itu sesuatu yang bagus," katanya seperti dilansir kantor berita Reuters. (WD)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
Pesawat itu hanya bisa didemonstrasikan di dalam ruangan sesuai ketentuan hukum yang berlaku di Singapura untuk kendaraan udara pribadi.
Snowstorm, yang bentuknya seperti drone raksasa, terdiri atas motor, baling-baling dan roda pendaratan yang dipasang dalam bingkai heksagonal dan bisa dikendalikan oleh orang yang duduk di dalamnya atau dari jauh.
Pesawat itu juga ramah lingkungan, karena tiga baterai lithiumnya yang bisa diisi ulang menggunakan energi surya.
Joerg Weigl, yang punya ide untuk membuat pesawat itu dan merupakan salah satu pengawas proyek, mengatakan dia ingin Snowstorm membantu orang mewujudkan mimpi mereka untuk terbang.
"Karena terbang merupakan sebuah komunitas sekarang. Orang sekarang bisa terbang dengan pesawat jet, tapi rasa terbang jadi hilang. Jadi Snowstorm adalah multi-copter di mana kau bisa merasakan kembali sensasi terbang, merasakan terbang bagi siapa pun yang ingin terbang," katanya.
Tim itu menyatakan prototipe terkini secara teknis bisa membawa satu penumpang dengan berat sampai 70 kilogram untuk terbang sekitar lima menit dan demi keselamatan kursi dipasang di tengah mesin.
Namun demikian, sulih yang sedikit lebih ringan dari manusia terlibat lebih mudah dikendalikan.
Anggota tim Wang Yuyao mengakui pengembangan Snowstorm masih berjalan.
"Langkah selanjutnya adalah, dari sisi listrik, ini harus lebih aman, stabilitasnya lebih bagus dan lebih mudah dikendalikan oleh pilot," katanya.
"Dan dari sisi mekanis, ini harus punya struktur yang lebih stabil dan mungkin lebih banyak tenaga. Kita selalu bisa menambahkan motor untuk mengangkat orang yang lebih berat," tambahnya.
Tim mengatakan pesawat itu bukan untuk moda transportasi, tapi lebih untuk penggunaan sebagai hiburan.
Weigl mengatakan dia bisa melihat mesin yang dibangun selama satu tahun itu dikomersialkan beberapa tahun mendatang.
"Segera setelah kau membuatnya stabil dan mungkin untuk kegiatan hiburan, aktivitas menyenangkan adalah yang diinginkan orang dan jika orang ingin ini, ini adalah produk, dan segera setelah ini jadi produk, ini adalah produk komersial," katanya.
"Itu sangat sederhana dan itu produk pasar komersial yang tidak mencemari lingkungan, jadi itu sesuatu yang bagus," katanya seperti dilansir kantor berita Reuters. (WD)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015