Gianyar (Antara Bali) - Pemerintah Kabupaten Gianyar, Bali meningkatkan pengelolaan kekayaan budaya dan menelusuri kain tenun tradisional khas daerah ini untuk selanjutnya dibukukan secara khusus mengenai kain tradisional khas daerah setempat.

Mengawali kegiatan tersebut digelar seminar yang melibatkan 100 peserta dari berbagai komponen antara lain kelompok ahli Kota Pusaka Kabupaten Gianyar, kepala Museum, pengusaha tenun dan pengusaha kain tradisonal, kader pelestari budaya hingga pecinta kain tradisional, Kamis.

Seminar sehari itu menampilkan dua pembicara yakni Tim Ahli Kota Pusaka Kabupaten Gianyar, I Wayan Geriya serta Kepala Balai Penelitian Nilai Budaya (BPNB) Bali, NTB dan NTT, Drs. I Made Purna, M.Si.

Asisten Adminitrasi Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Pemkab Gianyar, Cokorda Rai Widiarsa yang membuka seminar tersebut mengatakan, untuk menyelamatkan warisan budaya yang begitu banyak, salah satunya Kain Khas Gianyar.

Pemkab Gianyar beserta seluruh masyarakat bahu membahu bekerja sama melakukan upaya penyelamatan warisan budaya tersebut dengan melakukan penelitian yang melibatkan tim ahli.

Hasil penelitian tersebut diseminarkan untuk mendapatkan masukan dari masyarakat yang nantinya diterbitkan buku Kain Tradisional Khas Gianyar.

Kain khas merupakan salah satu penanda budaya yang sangat penting. Penggunaan kain khas pada masyarakat dapat diasosiasikan dengan daerah dimana kain itu bersasal. Hal itu menunjukkan fungsi kain khas sebagai salah satu identitas budaya yang sangat penting sehingga dapat dikategorikan sebagai salah satu asset kekayaan budaya suatu daerah.

"Gianyar mempunyai kain khas yang memiliki karakteristik atau kekhasan tersendiri. Penggunaan kain khas di Kabupaten Gianyar erat kaitannya dengan berbagai upacara keagamaan Panca Yadnya," katanya.

Tim Ahli Kota Pusaka Kabupaten Gianyar, I Wayan Geriya mengatakan, kain tenun tradisional (endek) Bali bersama dengan Kain Geringsing Tenganan serta Seni Lukis Klasik Kamasan yeng merupakan warisan budaya tak benda Indonesia, di tahun 2015 ini mendapat pengakuan sebagai Warisan Budaya Dunia (WBD) oleh UNESCO.

Berdasarkan hasil kajiannya, I Wayan Geria mengatakan, terdapat delapan sentra kain tradisional di Kabupaten Gianyar yakni, Pejeng, Beng, Sidan, Keramas, Sukawati, Bona, Blahbatuh dan Ubud.

Bedasarkan analisis stimulants, Barriers, Solutions (SBS) terdapat beberapa faktor mendukung dan menguatkan (stimulants) serta faktor penghambat. Faktor pendukung diantaranya, sejarah tradisi panjang, persebaran, dukungan SDM, kreatif dan teknologi, apresiasi lokal, nasional dan internasional dan nilai tambah.

Sementara faktor penghambatnya, bahan baku yang cukup mahal, terbatasnya penenun remaja, persaingan dengan daerah lain, serta Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI). (WDY)

Pewarta: Pewarta: Putu Artayasa

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015