Bangli (Antara Bali)- Sebagai bentuk kepedulian terhadap bahaya penyebaran penyakit HIV/Aids di Kabupaten Bangli, Jegeg Bagus Bangli angkatan 2015 yang dikoordinir A.A. Istri Mira Adi Pramesti, Selasa (1/12) menggelar kegiatan sosial penggalangan dana untuk penderita Odha dan membagikan 1000 brosur bahaya narkoba dan HIV/Aids. Aksi sosial yang dipusatkan di trafick light pertigaan rumah sakit lama, berlangsung selama 2 jam dari pukul 07.30 sampai 09.30 wita.

Koordinator aksi sosial A.A. Istri Mira Adi Pramesti mengatakan, tujuan dari kegiatan sosial ini adalah selain untuk memperingati hari HIV/Aids sedunia juga dimaksudkan untuk mengajak dan menyadarkan masyarakat agar ikut peduli terhadap penyebaran HIV-Aids melalui informasi dan edukasi  mulai dari penularan, pencegahan dan perubahan prilaku serta penghapusan stigma jelek terhadap orang-orang yang telah mengidap HIV/AIDS (ODHA).

Apalagi menurutnya, berdasarkan data epidemiologi di Kabupaten Bangli tahun 2015 hingga bulan September, tercatat 272 kasus HIV/Aids dimana 7 orang telah meninggal.

Terlebih lagi HIV/Aids memang ibarat fenomena gunung es yang faktannya masih banyak yang belum muncul kepermukaan.

“Kalau dulu orang tidak percaya HIV/Aids ada disekeliling mereka, namun sekarang banyak yang sadar masalah ini dekat dengan mereka. Makin banyak dideteksi yang positif makin mudah pula penangannya”jelasnya.

Lebih lanjut pemenang Jegeg Bangli 2015 yang akrab disapa Gek Mira ini mengatakan, aksi penggalangan dana dan pembagian brosur ini merupakan salah satu misi program kerja Jegeg Bagus Bangli 2015 dibidang sosial, selain misi lain dibidang pendidikan, lingkungan, pariwisata dan budaya.

Dimana uang yang terkumpul dari aksi sosial ini akan diserahkan kepada yayasan peduli HIV/Aids dan penderita ODHA melalui Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli.

Terkait dengan ODHA lanjut Gek Mira, pada awal-awal kasus terjangkitnya, kebanyakan dari ODHA cenderung menunjukkan reaksi-reaksi keras seperti menolak hasil tes, menangis, menyesali dan memarahi diri sendiri, bahkan mengucilkan diri sendiri.

Saat-saat seperti itu merupakan gejala psikologis yang justru dapat membuat orang tersebut semakin terpuruk. Pembinaan terhadap ODHA diperlukan agar selanjutnya ODHA kembali melanjutkan hidup karena ODHA bukan berarti akhir.

ODHA masih dapat bertahan hidup seperti orang normal hanya saja ketahanan tubuh mereka yang berbeda. Sehingga keluarga merupakan pihak pertama yang berkewajiban atas kondisi ODHA.

Jika dalam keluarga saja ODHA sudah dikucilkan bagaimana dengan dunia di luar keluarga. Sudah seharusnya keluarga yang menjadi pendamping, pendukung, dan pelindung bagi ODHA. Karena HIV tidak menular melalui sentuhan fisik seperti bersalaman, berpelukan, dan memakai peralatan rumah tangga seperti alat makan, telepon, kamar mandi, WC dan kamar tidur.

Melalui kegiatan ini kita ingin mengajak masyarakat agar jangan pernah menjauhi ODHA, Karena mereka juga manusia yang sama dengan kita yang perlu kasih sayang dan perhatian.

“Berikan perhatian terhadap ODHA, jangan pernah mengucilkan ODHA, dengan begitu akan menambah semangat mereka untuk hidup dengan lebih baik”pintanya.

Dari hasil pantauan, selain organisasi Jegeg Bagus Bangli, gabungan Kelompok Siswa Peduli HIV/Aids dan Narkoba (KSPAN) SMKN 1 Bangli juga menggelar aksi yang sama. (WDY)

Pewarta:

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015