Jakarta (Antara Bali) - Penyakit diabetes yang terlambat ditangani sehingga berujung komplikasi bisa menghabiskan biaya pengobatan hingga puluhan juta.
"Komplikasi diabetes terkait kecacatan yang tinggi, sehingga biaya pengobatanpun tinggi. Kalau sudah terkena penyakit jantung misalnya, butuh biaya sekitar Rp80 juta, ditambah obat rutin sekitar Rp300.000 untuk sekali pengobatan," ujar spesialis penyakit dalam dari RSCM, dr Em Yunir SpPD, di Jakarta, Kamis.
Selain itu, lanjut dia, bila pasien ternyata membutuhkan obat lebih dari dua dalam sebulan, maka biaya obat yang ia tanggung bisa mencapai Rp 300.000 untuk sekali berobat.
"Lalu, kalau pasien membutuhkan insulin biayanya sekitar Rp 200.000 untuk satu (kemasan) insulin. Sementara pasien umumnya membutuhkan tiga (kemasan) sekali pakai, bisa dihitung berapa total biaya untuk insulin saja," ungkap kepala Divisi Metabolik Endokrin Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM itu.
Yunir menuturkan, komplikasi yang bisa pasien diabetes derita, di antaranya penyakit jantung koroner, gagal jantung, stroke, gagal ginjal, gangguan aliran pembuluh darah di kaku, impotensi, dan lainnya. Oleh karena itu, demi menghindari komplikasi, dia menyarankan setiap orang, khususnya yang memiliki faktor risiko menjalani skrining gula darah minimal sebelum usia 40 tahun.
Faktor risiko yang dimaksud seperti memiliki indeks massa tubuh di atas 23, hipertensi, melakukan diet tak sehat, kurang beraktivitas, riwayat keluarga terkena diabetes, atau pernah mengalami diabetes saat hamil. Mengenai ketersediaan obat, menurut Yunir, masalah terjadi dalam sistem rujuk balik. Saat rujuk balik ke layanan kesehatan primer (puskesmas dan klinik), obat di apotik rujukan seringkali tak tersedia.
"Dalam sistem rujuk balik, pasien dikembalikan ke puskesmas. Dokter bisa meresepkan obat yang sama untuk diambil ke apotik rujukan. Tetapi masalahnya, di apotik rujukan tidak selalu tersedia obat," kata dia.
Hal ini tak terjadi bila pasien
menjalani pengobatan di layanan kesehatan sekunder (rumah sakit).
"Makanya rumah sakit sampai kewalahan menangani pasien," pungkas Yunir. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015