Denpasar (Antara Bali) - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Bali Ida Bagus Wirama mengatakan jumlah akseptor vasektomi di Pulau Dewata masih tergolong rendah.
"Di Bali, sesuai dengan hasil Susenas 2013, dari total kepesertaan KB sebesar 61,9 persen, kontrasepsi yang digunakan kaum pria hanya sekitar 5 persen. Dari lima persen itu, sebanyak empat persen menggunakan kondom dan satu persen yang memilih vasektomi," kata Wirama di sela-sela memberikan keterangan terkait peringatan Hari Vasektomi Internasional, di Denpasar, Selasa.
Bahkan, menurut dia, dari tahun ke tahun terjadi jumlah penurunan peserta vasektomi di Bali yang disebabkan masih adanya rumor yang tidak tepat tentang vasektomi.
"Ada rumor yang menyamakan vasektomi itu dengan mengkebiri, ada juga yang mengatakan dapat menyebabkan ejakulasi dini dan sebagainya. Oleh karena itu, pemahaman masyarakat tentang vasektomi harus ditingkatkan," ucapnya.
Wirama berpandangan, untuk meningkatkan akseptor vasektomi di Bali sesungguhnya masih berpeluang juga di tengah hasil survei yang menyatakan bahwa 53 persen pria yang sudah mempunyai dua anak, sudah tidak menginginkan memiliki anak lagi. "Ini menjadi kesempatan bagi kita untuk melaksanakan vasektomi, apalagi masyarakat bisa mendapatkan layanan ini gratis dengan mendaftar pada petugas BKKBN" katanya.
Oleh karena itu, lewat peringatan Hari Vasektomi Internasional yang akan dipusatkan di Gianyar pada 13 November 2015, pihaknya mengharapkan kepesertaan akseptor vasektomi dapat meningkat. Apalagi saat itu masyarakat bisa mendapatkan layanan vasektomi secara gratis pula.
Sementara itu, relawan Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Bali dr Asri mengatakan, vasektomi merupakan kontrasepsi rasional yang dapat dipilih oleh pasangan yang mempunyai istri sudah berusia di atas 35 tahun dan sudah memiliki anak.
"Di atas 35 tahun, perempuan berisiko tinggi terkena komplikasi kehamilan. Oleh karena itu, vasektomi juga menjadi bentuk rasa sayang suami kepada istri," katanya.
Ia menambahkan, di tengah perkembangan teknologi vasektomi, kini tindakan permanen dengan cara memotong dan mengikat saluran sperma ini tanpa harus menggunakan jarum dan pisau, serta bisa dilakukan dalam waktu kurang dari 15 menit.
Dokter yang juga menjadi pelatih di Perkumpulan Kontrasepsi Mantap Indonesia itu mengatakan dengan vasektomi juga tidak akan mengurangi sensasi kenikmatan saat berhubungan intim. Bedanya pada saat ejakulasi tidak ditemukan kembali sel sperma yang dapat membuahi sel telur. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
"Di Bali, sesuai dengan hasil Susenas 2013, dari total kepesertaan KB sebesar 61,9 persen, kontrasepsi yang digunakan kaum pria hanya sekitar 5 persen. Dari lima persen itu, sebanyak empat persen menggunakan kondom dan satu persen yang memilih vasektomi," kata Wirama di sela-sela memberikan keterangan terkait peringatan Hari Vasektomi Internasional, di Denpasar, Selasa.
Bahkan, menurut dia, dari tahun ke tahun terjadi jumlah penurunan peserta vasektomi di Bali yang disebabkan masih adanya rumor yang tidak tepat tentang vasektomi.
"Ada rumor yang menyamakan vasektomi itu dengan mengkebiri, ada juga yang mengatakan dapat menyebabkan ejakulasi dini dan sebagainya. Oleh karena itu, pemahaman masyarakat tentang vasektomi harus ditingkatkan," ucapnya.
Wirama berpandangan, untuk meningkatkan akseptor vasektomi di Bali sesungguhnya masih berpeluang juga di tengah hasil survei yang menyatakan bahwa 53 persen pria yang sudah mempunyai dua anak, sudah tidak menginginkan memiliki anak lagi. "Ini menjadi kesempatan bagi kita untuk melaksanakan vasektomi, apalagi masyarakat bisa mendapatkan layanan ini gratis dengan mendaftar pada petugas BKKBN" katanya.
Oleh karena itu, lewat peringatan Hari Vasektomi Internasional yang akan dipusatkan di Gianyar pada 13 November 2015, pihaknya mengharapkan kepesertaan akseptor vasektomi dapat meningkat. Apalagi saat itu masyarakat bisa mendapatkan layanan vasektomi secara gratis pula.
Sementara itu, relawan Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Bali dr Asri mengatakan, vasektomi merupakan kontrasepsi rasional yang dapat dipilih oleh pasangan yang mempunyai istri sudah berusia di atas 35 tahun dan sudah memiliki anak.
"Di atas 35 tahun, perempuan berisiko tinggi terkena komplikasi kehamilan. Oleh karena itu, vasektomi juga menjadi bentuk rasa sayang suami kepada istri," katanya.
Ia menambahkan, di tengah perkembangan teknologi vasektomi, kini tindakan permanen dengan cara memotong dan mengikat saluran sperma ini tanpa harus menggunakan jarum dan pisau, serta bisa dilakukan dalam waktu kurang dari 15 menit.
Dokter yang juga menjadi pelatih di Perkumpulan Kontrasepsi Mantap Indonesia itu mengatakan dengan vasektomi juga tidak akan mengurangi sensasi kenikmatan saat berhubungan intim. Bedanya pada saat ejakulasi tidak ditemukan kembali sel sperma yang dapat membuahi sel telur. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015