Denpasar (Antara Bali) - Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali memprediksi inflasi di daerah setempat pada akhir tahun 2015 mencapai sekitar 3,85 persen, dari melihat perkembangan harga sejumlah kebutuhan pokok.
"Perkembangan terakhir harga-harga, kami optimistis inflasi pada akhir tahun 2015 akan berada pada kisaran 3,85 persen," kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Dewi Setyowati di Denpasar, Senin.
Bank sentral itu mencatat dari sisi perkembangan harga, pada September 2015, Pulau Dewata mengalami deflasi sebesar -0,13 persen atau selama periode Januari hingga September 2015 tercatat sebesar 1,95 persen. "Inflasi itu merupakan yang terendah dalam tujuh tahun terakhir," ucap Dewi.
Sementara itu pada kancah nasional, meski di tengan perlambatan ekonomi nasional dan global, perekonomian di Pulau Dewata masih mampu tumbuh pada kisaran 6,02 persen pada triwulan kedua tahun 2015.
Angka itu tercatat lebih tinggi dari perekonomian nasional yangb berkisar pada 4,67 persen. "Pada triwulan ketiga ini, kami memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan lebih baik dibandingkan triwulan kedua," imbuhnya.
Untuk itu pihaknya mengharapkan agar penopang ekonomi di Bali harus dijaga salah satunya perkembangan sektor pertanian mengingat kontribusinya yang cukup besar yakni sebesar 15 persen atau menduduki posisi kedua setelah sektor pariwisata.
"Dari sisi inflasi, andil produk pertanian sangat tinggi, mencapai 17 persen sebagaimana tercermin dari sumbangan kelompok "volatile foods" (komoditas yang rentan mengalami kenaikan harga) terhadap inflasi umum," ucapnya.
Namun demikian, keberhasilan pengembangan sektor pertanian di Bali masih dihadapkan pada berbagai tantangan, terutama terkait dengan kondisi cuaca dan isu alih fungsi lahan.
Untuk mengatasi tantangan tersebut, pemerintah, lanjut dia, telah melakukan berbagai upaya peningkatan kinerja usaha pertanian, salah satunya upaya pembangunan fasilitas irigasi di tahun 2015 yang terdiri dari pembangunan enam unit bendungan atau waduk di enam kabupaten/kota, pembangunan 15 embung tersebar di Kabupaten Buleleng, Karangasem, dan Kota Denpasar serta pengamanan terhadap mata air yang ada.
Baru-baru ini bank sentral itu memanen pada lahan seluas 10,07 hektare di Subak Pulagan, Kabupaten Gianyar sebanyak 6,8 ton per hektare dari empat titik pengubinan areal yang organik, lebih tinggi dibanding sebelumnya sebesar 5,4 ton per hektare dengan menggunakan pupuk kimia.
Untuk areal sawah semi-organik dari 24 titik pengubinan pada areal yang kurang optimal didapatkan hasil 8,7 ton per hektare dan area optimial yang menghasilkan 11,2 ton hektare.
Bank Indonesia Provinsi Bali menginisiasi produktivitas padi dengan menggunakan organik bersama instansi terkait mengingat komoditas beras kerap kali menyumbang inflasi. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
"Perkembangan terakhir harga-harga, kami optimistis inflasi pada akhir tahun 2015 akan berada pada kisaran 3,85 persen," kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Dewi Setyowati di Denpasar, Senin.
Bank sentral itu mencatat dari sisi perkembangan harga, pada September 2015, Pulau Dewata mengalami deflasi sebesar -0,13 persen atau selama periode Januari hingga September 2015 tercatat sebesar 1,95 persen. "Inflasi itu merupakan yang terendah dalam tujuh tahun terakhir," ucap Dewi.
Sementara itu pada kancah nasional, meski di tengan perlambatan ekonomi nasional dan global, perekonomian di Pulau Dewata masih mampu tumbuh pada kisaran 6,02 persen pada triwulan kedua tahun 2015.
Angka itu tercatat lebih tinggi dari perekonomian nasional yangb berkisar pada 4,67 persen. "Pada triwulan ketiga ini, kami memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan lebih baik dibandingkan triwulan kedua," imbuhnya.
Untuk itu pihaknya mengharapkan agar penopang ekonomi di Bali harus dijaga salah satunya perkembangan sektor pertanian mengingat kontribusinya yang cukup besar yakni sebesar 15 persen atau menduduki posisi kedua setelah sektor pariwisata.
"Dari sisi inflasi, andil produk pertanian sangat tinggi, mencapai 17 persen sebagaimana tercermin dari sumbangan kelompok "volatile foods" (komoditas yang rentan mengalami kenaikan harga) terhadap inflasi umum," ucapnya.
Namun demikian, keberhasilan pengembangan sektor pertanian di Bali masih dihadapkan pada berbagai tantangan, terutama terkait dengan kondisi cuaca dan isu alih fungsi lahan.
Untuk mengatasi tantangan tersebut, pemerintah, lanjut dia, telah melakukan berbagai upaya peningkatan kinerja usaha pertanian, salah satunya upaya pembangunan fasilitas irigasi di tahun 2015 yang terdiri dari pembangunan enam unit bendungan atau waduk di enam kabupaten/kota, pembangunan 15 embung tersebar di Kabupaten Buleleng, Karangasem, dan Kota Denpasar serta pengamanan terhadap mata air yang ada.
Baru-baru ini bank sentral itu memanen pada lahan seluas 10,07 hektare di Subak Pulagan, Kabupaten Gianyar sebanyak 6,8 ton per hektare dari empat titik pengubinan areal yang organik, lebih tinggi dibanding sebelumnya sebesar 5,4 ton per hektare dengan menggunakan pupuk kimia.
Untuk areal sawah semi-organik dari 24 titik pengubinan pada areal yang kurang optimal didapatkan hasil 8,7 ton per hektare dan area optimial yang menghasilkan 11,2 ton hektare.
Bank Indonesia Provinsi Bali menginisiasi produktivitas padi dengan menggunakan organik bersama instansi terkait mengingat komoditas beras kerap kali menyumbang inflasi. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015