Singaraja, (Antara Bali) - Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) menggelar Rapat Koordinasi (Rakor) Pemberdayaan Kawasan Perdesaan Berbasis Sumber Daya Alam di Kabupaten Buleleng, Bali, Senin.

Rapat tersebut dihadiri Asisten Deputi Pemberdayaan Kawasan Perdesaan Deputi Bidang Koordinasi Pemberdayaan Masyarakat, Desa dan Kawasan, Dr Ir Pamuji Lestari, MSc, Akademisi Institut Pertanian Bogor, Prof Dr Hadi Susilo Arifin, Sekretaris Daerah Pemkab Buleleng, Dewa Ketut Puspaka dan jajaran Pemkab seluruh Bali.

Dr Ir Pamuji Lestari membacakan sambutan Deputi Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Bidang Koordinasi Pemberdayaan Masyarakat, Desa, dan Kawasan Prof Dr R Agus Sartono MBA mengatakan, kegiatan tersebut untuk mengkoordinasikan, mensinkronisasikan dan mensinergikan program dan kegiatan Kementerian dan Lembaga dan Pemerintah Daerah.

"Bukan itu saja, kalangan swasta juga dilibatkan meningkatkan kualitas manusia dan kebudayaan dengan memberikan prioritas kepada wilayah tertinggal, terdepan dan terpencil," kata dia.

Ia menambahkan, rakor juga bertujuan memfasilitasi Pemda mengembangkan perencanaan pemberdayaan kawasan perdesaan di wilayahnya masing masing. "Kali ini disasar kabupaten di Pulau Dewata dan dipusatkan di Buleleng," imbuhnya.

Pamuji Lestari memaparkan, Kemenko PMK mengkoordinasikan pemberdayaan kawasan perdesaan berbasis SDA bekerja sama dengan organisasi pangan dan pertanian dunia (FAO) melalui program "Globally Important Agricultural Heritage Systems" (GIAHS) dan "Nationally Important Agricultural Heritage Systems" (NIAHS).

"Hal itu dilakukan karena selaras dengan butir kesembilan Nawa Cita Kabinet Kerja yaitu memperteguh ke Bhinneka-an dan memperkuat restorasi sosial Indonesia," kata dia.

Dikatakan, GIAHS adalah tradisi pemanfaatan alam kaya akan keaneka-ragaman hayati, hasil adaptasi masyarakat dengan alam dan lingkungannya untuk kehidupannya, serta menginspirasi untuk pembangunan berkelanjutan.

"Sementara NIAHS, penerapan GIAHS pada tingkat nasional dengan tujuannya sebelum menuju kepada pengakuan dari lembaga dunia (FAO), dapat ditempuh lebih dahulu pengakuannya pada tingkat nasional," kata dia.

Disinggung mengenai lokasi rakor yakni Bali, kata dia, Pulau Bali yang kaya akan tradisi budaya sangat potensial pelestarian GIAHS dan salah satu potensi GIAHS yang dipromosikan untuk mendapat pengakuan dari GIAHS adalah sistem pertanian subak di desa Bugbug, Kabupaten Karangasem.

Selain itu, potensi GIAHS/NIAHS berikutnya yang potensial ialah "Budidaya Garam dengan Sistem Pahlung" di Buleleng. "Tradisi budidaya garam ini sangat unik dan telah dilakukan secara turun-temurun oleh masyarakat, sehingga layak untuk dipromosikan untuk mendapatkan pengakuan GIAHS," demikian Pamuji Lestari. (KUN)

Pewarta: Pewarta: I Made Bagus Andi Purnomo

Editor : I Made Andi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015