Singaraja (Antara Bali) - Kalangan petani di Kabupaten Buleleng, Bali memproduksi garam lokal Tejakula yang memiliki ciri khas tersendiri karena proses pembuatannya memakai unsur tanah.

"Pada umumnya membuat garam menggunakan unsur pasir pantai, tetapi kami menggunakan tanah sebagai campuran air laut," kata Made Suastika (45), salah seorang petani garam di daerah itu, Sabtu.

Ia menuturkan, proses pembuatan garam dari awal sampai akhir masih bersifat tradisional, menggunakan beberapa alat terbuat dari kayu dan bambu.

Suastika memaparkan, hal pertama dilakukan adalah menyiapkan tanah dan air laut sebagai bahan utama, selanjutnya, tanah dan air laut diratakan menggunakan alat perata (tulud) di tambak yang sudah disediakan.

Setelah mengering dalam batas waktu beberapa hari, lapisan permukaan tanah bagian atas dikeruk dan dinaikan ke atas alat tradisional khusus sering disebut "Tinjung".

"Selanjutnya, air yang menetes dari dalam `Tinjung` dijemur di dalam "Palung" atau wadah khusus terbuat dari bambu yang dibelah menjadi dua hingga air laut mengkristal," kata dia.

Ia menambahkan, jika dibandingkan pembuatan garam di beberapa wilayah di Pulau Dewata, teknik petani di Buleleng memiliki keistimewaan tersendiri. "Proses pembuatannya memang berbeda jika dibanding dengan di Kusamba, Klungkung atau daerah lain yang menggunakan pasir," katanya.

Suastika lebih lanjut memaparkan, pihaknya memproduksi garam Tejakula di atas lahan seluas dua are, setiap dua hari sekali mampu memanen garam sebanyak 20 kilogram (kg). "Garam hasil panen selanjutnya dijualnya ke pengepul seharga Rp200 ribu," katanya.

Dikatakan, jika cuaca mendukung, dalam sebulan dapar meraup omzet sebesar Rp2,5 juta. "Jadi, rata rata setiap satu bulan mendapatkan keuntungan kotor Rp3 juta dikurangi biaya produksi rata rata sebesar Rp500 ribu setiap bulan," katanya.

Dikatakan, sedikitnya terdapat 15 orang petani garam Tejakula di sekitar daerah tempat tinggalnya. "Dulu masih banyak, sekarang terus menurun sedikit yang meneruskan," kata dia.

Sementara itu, pihaknya sudah puluhan tahun bertani garam, meneruskan usahanya orangtuanya. Begitupula cara membuat garam palungan dipelajari dari orangtua. (WDY)

Pewarta: Pewarta: I Made Bagus Andi Purnomo

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015