Denpasar (Antara Bali) - Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali melakukan program pendampingan tenaga ahli perancang busana (desainer) untuk perajin usaha tenun dengan harapan mampu meningkatkan devisa dari pengiriman jenis mata dagangan tersebut ke pasar ekspor.
"Pendampingan tenaga ahli itu masih terbatas untuk usaha tenun di Kabupaten Klungkung dan Gianyar," kata Kepala Bidang Perdagangan Luar Negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali Made Suastika di Denpasar, Senin.
Ia mengatakan, pendanpingan tenaga ahli itu dengan harapan mampu meningkatkan kualitas desain pakaian untuk memenuhi selera konsumen di mancanegara.
"Terobosan itu dilakukan mengingat perolehan ekspor nonmigas Bali, khususnya dari tekstil dan produk tekstil (TPT), semakin menurun," ujar Made Suastika.
Hal itu akibat usaha TPT di Bali kalah bersaing dengan usaha serupa yang berkembang di Tiongkok dan India. Hal itu karena usaha TPT di Bali masing mengimpor bahan baku dari mancanegara, sedangkan kedua negara pesaing itu memiliki bahan baku berupa kain sutera sehingga tidak mendatangkan lagi dari luar negeri.
Made Suastika menambahkan, berbagai upaya dan terobosan termasuk menjalin kerja sama dengan usaha tenun sutera di Jawa Barat diharapkan dapat meningkatkan ekspor TPT dari Bali di masa mendatang.
"Sebanyak delapan perajin Bali telah mengadakan latihan magang di Jawa Barat dengan harapan nantinya mampu mengembangkan kain sutera di Bali," ujar Suastika.
Bali memperoleh devisa sebesar 72,66juta rolar AS dari pengapalan pakaian jadi bukan rajutan sebanyak 41,07 juta potong selama delapan bulan periode Januari-Agustus 2015.
Perolehan dari segi nilai merosot 6,02 persen dan volume berkurang 18,67 persen, karena pada periode yang sama tahun sebelumnya, Bali mengapalkan 50,50 juta potong senilai 77,35 juta dolar AS.
Mata dagangan tersebut paling banyak menembus pasaran Amerika Serikat yang menyerap 31,69 persen, diikuti Singapura 8,73 persen, Australia 16,95 persen, Hong Kong 1,85 persen, Jepang 2,43 persen dan Inggris 3,13 persen.
"Selain itu juga menembus pasaran Tiongkok 0,32 persen, Belanda 1,06 persen, Jerman 0,80 persen, Prancis 5,89 persen serta 27,36 persen sisanya menembus sejumlah negara lainnya," ujar Suastika. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
"Pendampingan tenaga ahli itu masih terbatas untuk usaha tenun di Kabupaten Klungkung dan Gianyar," kata Kepala Bidang Perdagangan Luar Negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali Made Suastika di Denpasar, Senin.
Ia mengatakan, pendanpingan tenaga ahli itu dengan harapan mampu meningkatkan kualitas desain pakaian untuk memenuhi selera konsumen di mancanegara.
"Terobosan itu dilakukan mengingat perolehan ekspor nonmigas Bali, khususnya dari tekstil dan produk tekstil (TPT), semakin menurun," ujar Made Suastika.
Hal itu akibat usaha TPT di Bali kalah bersaing dengan usaha serupa yang berkembang di Tiongkok dan India. Hal itu karena usaha TPT di Bali masing mengimpor bahan baku dari mancanegara, sedangkan kedua negara pesaing itu memiliki bahan baku berupa kain sutera sehingga tidak mendatangkan lagi dari luar negeri.
Made Suastika menambahkan, berbagai upaya dan terobosan termasuk menjalin kerja sama dengan usaha tenun sutera di Jawa Barat diharapkan dapat meningkatkan ekspor TPT dari Bali di masa mendatang.
"Sebanyak delapan perajin Bali telah mengadakan latihan magang di Jawa Barat dengan harapan nantinya mampu mengembangkan kain sutera di Bali," ujar Suastika.
Bali memperoleh devisa sebesar 72,66juta rolar AS dari pengapalan pakaian jadi bukan rajutan sebanyak 41,07 juta potong selama delapan bulan periode Januari-Agustus 2015.
Perolehan dari segi nilai merosot 6,02 persen dan volume berkurang 18,67 persen, karena pada periode yang sama tahun sebelumnya, Bali mengapalkan 50,50 juta potong senilai 77,35 juta dolar AS.
Mata dagangan tersebut paling banyak menembus pasaran Amerika Serikat yang menyerap 31,69 persen, diikuti Singapura 8,73 persen, Australia 16,95 persen, Hong Kong 1,85 persen, Jepang 2,43 persen dan Inggris 3,13 persen.
"Selain itu juga menembus pasaran Tiongkok 0,32 persen, Belanda 1,06 persen, Jerman 0,80 persen, Prancis 5,89 persen serta 27,36 persen sisanya menembus sejumlah negara lainnya," ujar Suastika. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015