Denpasar (Antara Bali) - Umat Hindu di Bali menggelar ritual Tumpek Kandang yang bermakna untuk memuliakan hewan dan seluruh jenis binatang piaraan dengan harapan mampu meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan keluarga, Sabtu.
"Kegiatan itu dilakukan dengan mempersembahkan rangkaian janur (banten) kombinasi bunga, kue dan buah-buahan khusus ditujukan untuk binatang piaraan seperti sapi, babi dan ayam," kata Direktur Program Doktor Ilmu Agama Pascasarjana Institut Hindu Dharma Indonesia Negeri (IHDN) Denpasar, Dr I Ketut Sumadi, Sabtu.
Ia mengatakan, tumpek Kandang yang digelar setiap 210 hari kali ini jatuh pada hari Sabtu (3/10) Saniscara Keliwon Uku Uye, atau yang lumrah juga disebut Tumpek "Wewalungan" itu umat memuja Ida Betara Siwa dalam manifestasi sebagai Rare Angon.
"Dengan memuja keagungan Tuhan diharapkan semua hewan baik yang diternakkan maupun yang dipelihara mendapat kesehatan," ujarnya.
Ia menambahkan, dalam tradisi Hindu di Bali hewan yang diberikan "selamatan" pada hari yang istimewa ini terbatas pada hewan yang diternakkan seperti yang disebut dalam Tumpek Kandang seperti karbau, sapi, babi dan ayam.
Tradisi Tumpek Kandang itu bermakna memberikan kesucian terhadap binatang, yang dipelihara masyarakat itu agar mampu memberikan kesejahteraan bagi umat manusia.
Oleh sebab itu hampir semua kandang sapi, kerbau, ayam maupun babi milik petani di Bali, terutama di daerah "gudang beras" Kabupaten Tabanan pada hari Tumpak Kandang atau tampak lain dari hari-hari biasanya.
Masyarakat Bali mewarisi Tumpak Kandang untuk menjaga tradisi memelihara kelestarian alam, keseimbangan ekosistem dalam mewujudkan hubungan yang harmonis sesama umat manusia, lingkungan dan Tuhan Yang Maha Esa (Tri Hita Karana).
Ketut Sumadi menjelaskan, dalam kehidupan sehari-hari, manusia kerap kali mengonsumsi daging yang bersumber dari hewan dan binatang.
"Mengkonsumsi daging hewan atau binatang sedikit banyak membawa pengaruh terhadap tabiat, sifat dan karakter manusia," ujar Ketut Sumadi.
Oleh sebab itu pada Hari Tumpek Kandang, umat manusia hendaknya dapat menyucikan diri, untuk menetralisir kekuatan-kekuatan binatang dalam diri.
Perayaan Tumpek Kandang yang umumnya dilakukan di masing-masing kandang tempat piaraan hewan itu juga dapat dipandang sebagai rasa terima kasih dan rasa syukur manusia Bali kepada Tuhan yang telah menciptakan flora dan fauna untuk kesejahteraan umat manusia, ujar Ketut Sumadi. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
"Kegiatan itu dilakukan dengan mempersembahkan rangkaian janur (banten) kombinasi bunga, kue dan buah-buahan khusus ditujukan untuk binatang piaraan seperti sapi, babi dan ayam," kata Direktur Program Doktor Ilmu Agama Pascasarjana Institut Hindu Dharma Indonesia Negeri (IHDN) Denpasar, Dr I Ketut Sumadi, Sabtu.
Ia mengatakan, tumpek Kandang yang digelar setiap 210 hari kali ini jatuh pada hari Sabtu (3/10) Saniscara Keliwon Uku Uye, atau yang lumrah juga disebut Tumpek "Wewalungan" itu umat memuja Ida Betara Siwa dalam manifestasi sebagai Rare Angon.
"Dengan memuja keagungan Tuhan diharapkan semua hewan baik yang diternakkan maupun yang dipelihara mendapat kesehatan," ujarnya.
Ia menambahkan, dalam tradisi Hindu di Bali hewan yang diberikan "selamatan" pada hari yang istimewa ini terbatas pada hewan yang diternakkan seperti yang disebut dalam Tumpek Kandang seperti karbau, sapi, babi dan ayam.
Tradisi Tumpek Kandang itu bermakna memberikan kesucian terhadap binatang, yang dipelihara masyarakat itu agar mampu memberikan kesejahteraan bagi umat manusia.
Oleh sebab itu hampir semua kandang sapi, kerbau, ayam maupun babi milik petani di Bali, terutama di daerah "gudang beras" Kabupaten Tabanan pada hari Tumpak Kandang atau tampak lain dari hari-hari biasanya.
Masyarakat Bali mewarisi Tumpak Kandang untuk menjaga tradisi memelihara kelestarian alam, keseimbangan ekosistem dalam mewujudkan hubungan yang harmonis sesama umat manusia, lingkungan dan Tuhan Yang Maha Esa (Tri Hita Karana).
Ketut Sumadi menjelaskan, dalam kehidupan sehari-hari, manusia kerap kali mengonsumsi daging yang bersumber dari hewan dan binatang.
"Mengkonsumsi daging hewan atau binatang sedikit banyak membawa pengaruh terhadap tabiat, sifat dan karakter manusia," ujar Ketut Sumadi.
Oleh sebab itu pada Hari Tumpek Kandang, umat manusia hendaknya dapat menyucikan diri, untuk menetralisir kekuatan-kekuatan binatang dalam diri.
Perayaan Tumpek Kandang yang umumnya dilakukan di masing-masing kandang tempat piaraan hewan itu juga dapat dipandang sebagai rasa terima kasih dan rasa syukur manusia Bali kepada Tuhan yang telah menciptakan flora dan fauna untuk kesejahteraan umat manusia, ujar Ketut Sumadi. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015