Denpasar (Antara Bali) - Sekjen Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat, Hendry Ch Bangun, meminta media cetak dan elektonik di Bali menyuguhkan materi berita mendidik yang menginspirasi publik.
"Saya berharap berita yang dibaca masyarakat bersifat aktual dan memiliki nilai berita yang mendidik dan mencerahkan serta memberdayakan agar mampu menggugah sikap masyarakat ke arah positif," ujarnya pada Safari Jurnalistik 2015 yang diikuti 40 orang jurnalis dan Humas Pemprov Bali di Denpasar, Jumat.
Hendry pada safari jurnalistik yang digelar PWI Bali dan Pemprov Bali, sekaligus mengawali kegiatan Pra-Sekolah Jurnlistik Indonesia (SJI) tersebut juga menekankan media massa tetap berpegang teguh memainkan fungsinya membangun masyarakat.
Namun, ia mengakui tidak menutup kemungkinan banyak kepentingan lain dari narasumber dalam melakukan publikasi tertentu di media masa, sehingga perlu dikemas lebih elegan lagi.
Apabila ada kepentingan tertentu dalam media tersebut, kata dia, menjadi sesuatu realita yang tidak dapat dipungkiri, namun harus tetap melihat koridor-nilai yang telah ditentukan dengan mempedomani kode etik dan UU Pers, karena sebagai jurnalis harus tetap berpegang teguh pada standar jurnalistik.
Ia mencontohkan, seperti kegiatan jumpa pers, wartawan (jurnalis) yang meliput acara itu harus memberitakan masalah sesuai fakta di lapangan secara aktual, menyikapi tugasnya dengan cermat dengan penuh tanggung jawab.
Upaya untuk meningkatkan nilai berita itu, kata dia, tergantung dari visi dan misi media yang mencari informasi tersebut, karena masing-masing memiliki kepentingan berbeda.
Menurut dia, nilai berita yang dimaksud itu, lanjut dia, apa yang menjadi hal penting untuk dicari media untuk disampaikan ke pembaca dan sasaran pasar yang ingin dicari sesuai status ekonomi dan sosial," katanya.
Selai itu, apabila media itu sasaran beritanya untuk ibu-ibu rumah tangga hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan mereka, sehingga harus mengetahui terlebih dahulu apa yang diinginkan "audiens".
Untuk itu, para pengelola media harus mengetahui apa yang menjadi targetnya dan disampaikan kepada reportenya, sehingga saat peliputan lebih paham apa yanga ingin dicari.
"Hal inilah yang mulai terkikis dan kecenderungan para pengelola media belum memahami cara mengorganisir hal itu," ujarnya.
Namun, apabila pengelola media menginginkan adanya perubahan terkait hal itu, PWI Pusat siap memberikan pelatihan terkait memanajemen media tanpa dipungut biaya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
"Saya berharap berita yang dibaca masyarakat bersifat aktual dan memiliki nilai berita yang mendidik dan mencerahkan serta memberdayakan agar mampu menggugah sikap masyarakat ke arah positif," ujarnya pada Safari Jurnalistik 2015 yang diikuti 40 orang jurnalis dan Humas Pemprov Bali di Denpasar, Jumat.
Hendry pada safari jurnalistik yang digelar PWI Bali dan Pemprov Bali, sekaligus mengawali kegiatan Pra-Sekolah Jurnlistik Indonesia (SJI) tersebut juga menekankan media massa tetap berpegang teguh memainkan fungsinya membangun masyarakat.
Namun, ia mengakui tidak menutup kemungkinan banyak kepentingan lain dari narasumber dalam melakukan publikasi tertentu di media masa, sehingga perlu dikemas lebih elegan lagi.
Apabila ada kepentingan tertentu dalam media tersebut, kata dia, menjadi sesuatu realita yang tidak dapat dipungkiri, namun harus tetap melihat koridor-nilai yang telah ditentukan dengan mempedomani kode etik dan UU Pers, karena sebagai jurnalis harus tetap berpegang teguh pada standar jurnalistik.
Ia mencontohkan, seperti kegiatan jumpa pers, wartawan (jurnalis) yang meliput acara itu harus memberitakan masalah sesuai fakta di lapangan secara aktual, menyikapi tugasnya dengan cermat dengan penuh tanggung jawab.
Upaya untuk meningkatkan nilai berita itu, kata dia, tergantung dari visi dan misi media yang mencari informasi tersebut, karena masing-masing memiliki kepentingan berbeda.
Menurut dia, nilai berita yang dimaksud itu, lanjut dia, apa yang menjadi hal penting untuk dicari media untuk disampaikan ke pembaca dan sasaran pasar yang ingin dicari sesuai status ekonomi dan sosial," katanya.
Selai itu, apabila media itu sasaran beritanya untuk ibu-ibu rumah tangga hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan mereka, sehingga harus mengetahui terlebih dahulu apa yang diinginkan "audiens".
Untuk itu, para pengelola media harus mengetahui apa yang menjadi targetnya dan disampaikan kepada reportenya, sehingga saat peliputan lebih paham apa yanga ingin dicari.
"Hal inilah yang mulai terkikis dan kecenderungan para pengelola media belum memahami cara mengorganisir hal itu," ujarnya.
Namun, apabila pengelola media menginginkan adanya perubahan terkait hal itu, PWI Pusat siap memberikan pelatihan terkait memanajemen media tanpa dipungut biaya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015