Singaraja (Antara Bali) - Kalangan pramuwisata di wilayah Pantai Lovina, Kabupaten Buleleng, Bali mengharapkan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali memperhatikan dermaga di wilayah itu karena rapuh dan tidak layak dipakai untuk aktivitas pariwisata.
"Kami mendengar yang berwenang mengelola dermaga adalah tingkat Provinsi Bali. Jadi, mohon memperhatikan dermaga ini," harap Putu Balian, salah satu pramuwisata lumba lumba di pantai setempat, Senin.
Ia menjelaskan, dermaga satu satunya di daerah itu yang terbuat dari kayu tersebut kini kondisinya rapuh dan sebagian kayu pembatas di kedua sisi dermaga terlepas.
"Banyak juga paku-paku tajam penyambung papan kayu alas dermaga mencuat ke atas dan jika tidak berhati-hati sangat membahayakan kaki pengunjung yang berada di atas dermaga tersebut," kata dia.
Ia menambahkan, keadaan tersebut sangat mengganggu pemandangan terlebih Lovina merupakan salah satu daerah wisata dengan tingkat kunjungan wisatawan mancanegara cukup banyak tiap tahunnya.
Apalagi, kata dia, di wilayah itu sering digunakan untuk aktivitas mengangkut para wisatawan yang ingin menyaksikan atraksi lumba lumba di tengah laut.
"Jika memang tidak digunakan, lebih baik dibongkar saja, dari pada mengganggu pemandangan di sekitar, apalagi, kami sering menaikan wisatawan di sekitar itu," kata dia.
Dikonfirmasi sebelumnya, Sekretaris Desa Pakraman Kalibukbuk. Ketut Ardana mengatakan, tidak mengetahui secara pasti maksud pendirian dermaga.
Ia mengatakan, sejak awal pembangunan, Pemkab kala itu menyebut dermaga akan dimanfaatkan sebagai tempat pendaratan kapal Gross Tonage (GT). "Namun, selama empat tahun berdirinya dermaga sampai kini, tidak ada satupun kapal yang bersandar," imbuhnya.
Bahkan, kata dia, perahu jukung nelayan wisata yang biasa mengantarkan wisatawan menyaksikan lumba-lumba di tengah laut, tidak pernah menyandarkan perahunya di dermaga itu. "Para pramuwisata dari nelayan lebih memilih menyandarkan perahunya langsung di bibir pantai karena lebih efektif," kata dia. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
"Kami mendengar yang berwenang mengelola dermaga adalah tingkat Provinsi Bali. Jadi, mohon memperhatikan dermaga ini," harap Putu Balian, salah satu pramuwisata lumba lumba di pantai setempat, Senin.
Ia menjelaskan, dermaga satu satunya di daerah itu yang terbuat dari kayu tersebut kini kondisinya rapuh dan sebagian kayu pembatas di kedua sisi dermaga terlepas.
"Banyak juga paku-paku tajam penyambung papan kayu alas dermaga mencuat ke atas dan jika tidak berhati-hati sangat membahayakan kaki pengunjung yang berada di atas dermaga tersebut," kata dia.
Ia menambahkan, keadaan tersebut sangat mengganggu pemandangan terlebih Lovina merupakan salah satu daerah wisata dengan tingkat kunjungan wisatawan mancanegara cukup banyak tiap tahunnya.
Apalagi, kata dia, di wilayah itu sering digunakan untuk aktivitas mengangkut para wisatawan yang ingin menyaksikan atraksi lumba lumba di tengah laut.
"Jika memang tidak digunakan, lebih baik dibongkar saja, dari pada mengganggu pemandangan di sekitar, apalagi, kami sering menaikan wisatawan di sekitar itu," kata dia.
Dikonfirmasi sebelumnya, Sekretaris Desa Pakraman Kalibukbuk. Ketut Ardana mengatakan, tidak mengetahui secara pasti maksud pendirian dermaga.
Ia mengatakan, sejak awal pembangunan, Pemkab kala itu menyebut dermaga akan dimanfaatkan sebagai tempat pendaratan kapal Gross Tonage (GT). "Namun, selama empat tahun berdirinya dermaga sampai kini, tidak ada satupun kapal yang bersandar," imbuhnya.
Bahkan, kata dia, perahu jukung nelayan wisata yang biasa mengantarkan wisatawan menyaksikan lumba-lumba di tengah laut, tidak pernah menyandarkan perahunya di dermaga itu. "Para pramuwisata dari nelayan lebih memilih menyandarkan perahunya langsung di bibir pantai karena lebih efektif," kata dia. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015