Malang (Antara Bali) - Arkeolog Universitas Negeri Malang Dwi Cahyono menyatakan penemuan arca Durga Mahesasuramardhini di Desa Jatiguwi, Kecamatan Sumberpucung, Kabupaten Malang bisa menjadi pembuka jejak sejarah wilayah Malang di masa lalu.
"Temuan arca Durga Mahesasuramardhini ini bisa menjadi pembuka penemuan jujak sejarah masa lalu yang berkaitan dengan wilayah Malang ini, khususnya pada era akhir Kerjaaan Singhasari dan masa kejayaan Majapahit," kata Dwi Cahyono di Malang, Kamis.
Menurut dia, dimulai dari temuan arca Durga ini bisa terkuak jejak masa silam karena sebelumnya tidak pernah ditemukan arca di selatan Gunung Kawi, bahkan mungkin nantinya bisa ditemukan adanya puing-puing lain yang menjadi candi baru melalui proses akskavasi.
Oleh karena itu, kata dosen sejarah UM itu, penemuan arca Durga ini segera mendapat tanggapan dan tindak lanjut secara serius dari pemerintah. Proses ekskavasi, bisa dilakukan untuk mencari dan menemukan arca lain yang menjadi bagian dari puing-puing candi.
Pemerintah, katanya, baik dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Malang maupun BPCB (Badan Pelestarian Cagar Budaya) yang berkantor di Trowulan, Mojokerto diharapkan memberikan perhatian lebih terhadap temuan ini, sebab nanti bisa menjadi jalan pembuka untuk menelusuri lebih dalam lagi.
"Jangan hanya berhenti di arca ini saja, perlu kita lacak dengan ekskavasi. Harapan kami, Semoga temuan ini ada tindak lanjutnya, khususnya dari pihak terkait, paling tidak bisa dilakukan proses ekskavasi kecil untuk menemukan puing-puing lainnya," ujarnya.
Menyinggung keberadaan arca Durga yang ditemukan warga di kawasan Desa Jatiguwi itu, Dwi menduga bahwa lokasi penemuan arca itu adalah candi untuk pemujaan pada masa kerajaan Majapahit. Arca Dewi Durga tidak mungkin sendiri, pasti ada satu kelompoknya dan merupakan candi sekte Hindu siwa.
Situs ini berada di antara aliran Sungai Brantas dan dan di utara ada kalibiru, diapit dua sungai ini lokasinya tepat dianggap sebagai tempat suci pada masa itu. Arca Durga Mahesasuramardhini ini menurut perkiraannya merupakan peninggalan era kejayaan kerajaan Majapahit atau peninggalan akhir masa kerajaan Singhasari, antara abad 13 atau 14 Masehi. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
"Temuan arca Durga Mahesasuramardhini ini bisa menjadi pembuka penemuan jujak sejarah masa lalu yang berkaitan dengan wilayah Malang ini, khususnya pada era akhir Kerjaaan Singhasari dan masa kejayaan Majapahit," kata Dwi Cahyono di Malang, Kamis.
Menurut dia, dimulai dari temuan arca Durga ini bisa terkuak jejak masa silam karena sebelumnya tidak pernah ditemukan arca di selatan Gunung Kawi, bahkan mungkin nantinya bisa ditemukan adanya puing-puing lain yang menjadi candi baru melalui proses akskavasi.
Oleh karena itu, kata dosen sejarah UM itu, penemuan arca Durga ini segera mendapat tanggapan dan tindak lanjut secara serius dari pemerintah. Proses ekskavasi, bisa dilakukan untuk mencari dan menemukan arca lain yang menjadi bagian dari puing-puing candi.
Pemerintah, katanya, baik dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Malang maupun BPCB (Badan Pelestarian Cagar Budaya) yang berkantor di Trowulan, Mojokerto diharapkan memberikan perhatian lebih terhadap temuan ini, sebab nanti bisa menjadi jalan pembuka untuk menelusuri lebih dalam lagi.
"Jangan hanya berhenti di arca ini saja, perlu kita lacak dengan ekskavasi. Harapan kami, Semoga temuan ini ada tindak lanjutnya, khususnya dari pihak terkait, paling tidak bisa dilakukan proses ekskavasi kecil untuk menemukan puing-puing lainnya," ujarnya.
Menyinggung keberadaan arca Durga yang ditemukan warga di kawasan Desa Jatiguwi itu, Dwi menduga bahwa lokasi penemuan arca itu adalah candi untuk pemujaan pada masa kerajaan Majapahit. Arca Dewi Durga tidak mungkin sendiri, pasti ada satu kelompoknya dan merupakan candi sekte Hindu siwa.
Situs ini berada di antara aliran Sungai Brantas dan dan di utara ada kalibiru, diapit dua sungai ini lokasinya tepat dianggap sebagai tempat suci pada masa itu. Arca Durga Mahesasuramardhini ini menurut perkiraannya merupakan peninggalan era kejayaan kerajaan Majapahit atau peninggalan akhir masa kerajaan Singhasari, antara abad 13 atau 14 Masehi. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015