Pria bertubuh subur itu selalu tampil bersahaja, ramah dan cepat akrab dengan lawan bicaranya, namun hal itu akan berubah total saat berhadapan dengan mahasiswa dalam proses belajar-mengajar di kampus.

Yang muncul adalah sifat tegas, keras, dan berdisiplin, namun rasa homornya tetap muncul sehingga ia disegani mahasiswa (S-1) maupun rekan-rekannya sesama mahasiswa di bangku pascasarjana (doktoral) Universtas Udayana Bali.

Itulah sosok Doktor I Komang Arba Wirawan S.Sn.,M.Si (45), pria kelahiran Banjar Munduk,  Desa Tista, Kecamatan Busungbiu Kabupaten Buleleng, 31 Desember 1970.

Plt Ketua Program Studi Film dan Televisi Fakultas Seni Rupa dan Disain  (FSRD) Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar itu baru saja berhasil mencatatkan dirinya sebagai doktor yang dicetak Universitas Udayana  setelah mempertahankan disertasinya berjudul "Dari konflik desa ke layar kaca: analisis wacana liputan Bali TV dalam kasus
Kemoning-Budaga,Klungkung, Bali".

Dalam ujian terbuka promosi doktor, Kamis (20/8), suami dari Dr. Luh Gede Sri Artini (dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unud) tercatat menjadi doktor  pada Program Pascasarjana Universitas Udayana.

Salah seorang putra dari pasangan Guru Kade Jana-Ni Luh Tamu meraih predikat "cumlaude" setelah mempertahankan disertasinya di hadapan sidang yang dipimpin Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M.Hum dengan kopromotor I Prof. Dr. I Wayan Ardika, MA dan kopromotor II Dr. I Gede Arya Sugiartha, S. Kar M.Hum.

Anggota tim dan para penyanggah terdiri atas Prof. Dr. I Wayan Ardika, MA, Dr. I Gede Arya Sugiartha, S.Kar M.Hum, Prof Dr. AA Bagus Wirawan, SU, Prof Dr Aron Meko Mbete, Prof Dr AAN Anom Kumbara MA,
Prof Dr I Gde Parimartha MA dan Dr Putu Sukardja MSI.

Analisa wacana
Ayah dari dua putra-putri itu dalam disertasinya menjelaskan, bahwa penelitian yang dilakukannya bertujuan untuk menganalisis wacana liputan Bali TV kasus Kemoning-Budaga, Klungkung, Bali, sebuah konflik yang meletus 17 September 2011 yang menimbulkan wacana pembubaran desa pakraman.

Liputan kasus tersebut sempat memojokkan Gubernur Made Mangku Pastika, dikabarkan seolah-olah dia mengatakan  hendak membubarkan desa pakraman di Bali. Sementara Bali TV dan Bali Post yang berada  dalam naungan kelompok Media Bali Post (KMB) terus mengeksploitasi wacana pembubaran  desa pakraman secara subjektif, Gubernur Made Mangku Pastika tidak bisa menerima  sehingga melakukan somasi bahkan menuntut Bali Post secara perdata di Pengadilan Negeri Denpasar.

Hubungan antara Gubernur Made Mangku Pastika dan KMB yang pada awalnya baik kemudian menjadi konflik yang serius. Wacana pemberitaan Bali TV yang ikut memperuncing konflik ini menarik diteliti untuk mengetahui agenda subjektif di balik politik penayangan berita dan wacana tanding yang menanggapinya.

Data utama penelitian  ini berupa wacana pemberitaan Bali TV mengenai kasus Kemoning-Budaga yang berupa dokumentasi dari materi yang pernah ditayangkan.

Komang Arba dalam penelitian tersebut menggunakan teori wacana, agenda setting, jraming, dan semiotika.  Keempat teori tersebut diaplikasikan secara eklektik untuk menganalisis secara kritis proses pembentukan wacana dan wacana tanding dalam kasus Kemoning-Budaga.

Hasil analisis menunjukkan bahwa wacana liputan kasus bentrok Kemoning-Budaga di Bali TV merupakan perpanjangan dari wacana media cetak Bali Post yang dikelola dengan agenda setting yang jelas untuk
kepentingan sosial, politik, dan  ideologi Ajeg Bali KMB.

Pada saat yang sama Gubernur Made Mangku Pastika memanfaatkan lembaga kehumasan Pemprov Bali dan  media di luar KMB  untuk  melancarkan wacana tanding.

Wacana kasus Kemoning-Budaga menunjukkan contoh  nyata bagaimana media massa mengabaikan objektitivitas untuk kepentingan-kepentingan kekuasaan, tutur ayah dari Ananda Gede Satya Dananjaya (Deta) dan Made Indira  Mahadewi (Dein).

Dari wartawan

Komang Arba putra keenam dari sepuluh bersaudara pasangan Guru Kade Jana-Ni Luh Tamu setelah  menamatkan pendidikan di Program Studi Disain Komunikasi Visual Program Studi Seni  Rupa dan Desain (PSRRD)
Universitas Udayana tahun 1997 langsung menjadi wartawan di  Harian Bali Post (1997-1998).

Setelah dinas dua tahun kemudian  pindah menjadi fotografer di Harian Denpost yang masih dalam lingkungan kelompok Media Bali Post  (KMB) selama empat tahun (1998-2002). Sejak tahun 2003 hingga sekarang atau
selama 12  tahun menjadi dosen di Program Studi Fotografi dan Program Studi Film dan Televisi  Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar.

Ia sebelumnya menyelesaikan pendidikan magister (S-2) di Program Studi Kajian Budaya Pascasarjana Unud yang ditempuhnya selama dua tahun (2006-2008) dan program doktor S-3 (2011-2015).

Aktivitas keseharian selain dosen juga tergabung dalam  asosiasi dosen seni media rekam (ADSMRI) Denpasar, penasehat perhimpunan photografer Bali (PFB), Forum TV Kampus Seni, asosiasi program studi televisi dan film Indonesia (ASPROFISI).

Selain itu sukses menggelar pameran foto dan karya seni lainnya di tingkat lokal Bali, nasional dan internasional. Pernah meraih penghargaan sebagai dosen berprestasi, Astra Award 2003, lolos Pra Bali Bienalle serta juara lomba foto  Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-25 dan sejumlah penghargaan lainnya tingkat nasional dan internasional. (WDY)

Pewarta: Pewarta: I Ketut Sutika

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015