Hong Kong (Antara Bali) - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melakukan edukasi keuangan terhadap sekitar 200 Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Hong Kong, baik kepada yang baru datang maupun yang telah habis masa kontraknya dan kembali ke Tanah Air, guna meningkatkan literasi keuangan TKI.
Konjen RI Hong Kong Chalief Akbar Tjandraningrat kepada Antara di Hongkong, Sabtu mengatakan edukasi keuangan kepada TKI sangat perlu agar mereka tidak terjebak kepada pengelolaan keuangan yang salah, seperti terlalu konsumtif, hingga terlilit utang hingga tak sanggup membayar hingga berujung putus asa dan bunuh diri.
"Kasus seperti itu banyak terjadi. Karenanya, eduaksi keuangan ini penting agar para TKI dapat mengelola pendapatannya secara tepat, sehingga ketika kembali ke Indonesia bisa menjadi modal untuk mereka bekerja, selain menghidupi keluarganya," ujarnya.
Chalief menambahkan, jangan sampai sudah bekerja jauh-jauh dari keluarga, selama dua tahun, tidak menghasilkan apa-apa bagi keluarga, maupun diri sendiri.
Direktur Direktorat Market Conduct OJK Prabowo mengatakan edukasi keuangan yang bertemakan "TKI Cerdas Mengelola Masa Depan Sejahtera" tersebut merupakan implementasi cetak biru Strategi Nasional Literasi Keuangan Indonesia (SNLKI) tahun 2015, khususnya Pilar Pertama yaitu Edukasi dan Kampanye Nasional Literasi Keuangan.
"Dengan adanya kegiatan edukasi ini diharapkan mendorong para TKI mengelola penghasilan yang diterima selama bekerja di luar negeri dengan baik," katanya.
Prabowo menuturkan tingginya pendapatan yang diterima pekerja Indonesia di luar negeri masih menjadi magnet bagi para TKI.
"Hal tersebut menjadi polemik tersendiri. Berdasarkan data BNP2TKI besarnya penerimaan yang diperoleh TKI tidak dimanfaatkan dengan baik. Untuk itu OJK merasa perlu memberikan edukasi mengenai perencanaan keuangan tersebut," katanya.
Sejak 2013, kegiatan khusus bagi TKI telah diimplementasikan dengan target calon TKI di dalam negeri dan TKI di luar negeri.
Berdasarkan animo TKI pada 2013 dan 2014 yang cukup tinggi serta fakta masih rendahnya tingkat literasi keuangan yang ditandai dengan kondisi ekonomi TKI yang belum membaik, maka pada 2015 OJK berkomitmen mendorong peningkatan literasi dan inklusi keuangan bagi TKI khususnya, perihal perencanaan keuangan dan keterampilan berwirausaha.
OJK mencatat penempatan Buruh Migran Indonesia (BMI) di Hong Kong selama 2013-2015 relatif stabil. Berdasar data BNP2TKI pada triwulan kedua 2015 dan Bank Indonesia (BI) jumlah migran 167.000 jiwa, dengan jumlah remitensi 163.000.000 dolar AS.
Kegiatan edukasi dilaksanakan bekerjasama dengan Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) serta Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Hong Kong, Bank Mandiri, Bank Central Asia, Bank Jawa Barat (BJB), Bank Rakyat Indonesia (BRI), PT MNC Asset Management dan PT Pegadaian (Persero). (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
Konjen RI Hong Kong Chalief Akbar Tjandraningrat kepada Antara di Hongkong, Sabtu mengatakan edukasi keuangan kepada TKI sangat perlu agar mereka tidak terjebak kepada pengelolaan keuangan yang salah, seperti terlalu konsumtif, hingga terlilit utang hingga tak sanggup membayar hingga berujung putus asa dan bunuh diri.
"Kasus seperti itu banyak terjadi. Karenanya, eduaksi keuangan ini penting agar para TKI dapat mengelola pendapatannya secara tepat, sehingga ketika kembali ke Indonesia bisa menjadi modal untuk mereka bekerja, selain menghidupi keluarganya," ujarnya.
Chalief menambahkan, jangan sampai sudah bekerja jauh-jauh dari keluarga, selama dua tahun, tidak menghasilkan apa-apa bagi keluarga, maupun diri sendiri.
Direktur Direktorat Market Conduct OJK Prabowo mengatakan edukasi keuangan yang bertemakan "TKI Cerdas Mengelola Masa Depan Sejahtera" tersebut merupakan implementasi cetak biru Strategi Nasional Literasi Keuangan Indonesia (SNLKI) tahun 2015, khususnya Pilar Pertama yaitu Edukasi dan Kampanye Nasional Literasi Keuangan.
"Dengan adanya kegiatan edukasi ini diharapkan mendorong para TKI mengelola penghasilan yang diterima selama bekerja di luar negeri dengan baik," katanya.
Prabowo menuturkan tingginya pendapatan yang diterima pekerja Indonesia di luar negeri masih menjadi magnet bagi para TKI.
"Hal tersebut menjadi polemik tersendiri. Berdasarkan data BNP2TKI besarnya penerimaan yang diperoleh TKI tidak dimanfaatkan dengan baik. Untuk itu OJK merasa perlu memberikan edukasi mengenai perencanaan keuangan tersebut," katanya.
Sejak 2013, kegiatan khusus bagi TKI telah diimplementasikan dengan target calon TKI di dalam negeri dan TKI di luar negeri.
Berdasarkan animo TKI pada 2013 dan 2014 yang cukup tinggi serta fakta masih rendahnya tingkat literasi keuangan yang ditandai dengan kondisi ekonomi TKI yang belum membaik, maka pada 2015 OJK berkomitmen mendorong peningkatan literasi dan inklusi keuangan bagi TKI khususnya, perihal perencanaan keuangan dan keterampilan berwirausaha.
OJK mencatat penempatan Buruh Migran Indonesia (BMI) di Hong Kong selama 2013-2015 relatif stabil. Berdasar data BNP2TKI pada triwulan kedua 2015 dan Bank Indonesia (BI) jumlah migran 167.000 jiwa, dengan jumlah remitensi 163.000.000 dolar AS.
Kegiatan edukasi dilaksanakan bekerjasama dengan Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) serta Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Hong Kong, Bank Mandiri, Bank Central Asia, Bank Jawa Barat (BJB), Bank Rakyat Indonesia (BRI), PT MNC Asset Management dan PT Pegadaian (Persero). (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015