Banyuwangi (Antara Bali) - Sebanyak 40 peselancar layang dari berbagai negara akan berlaga dalam ajang "Tabuhan Island Pro Kiteboarding" di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, 22 hingga 23 Agustus 2015.

Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas di Banyuwangi, Selasa, menjelaskan puluhan peselancar itu berasal dari Amerika Serikat, Brasil, Inggris, Swedia, Finlandia, Belanda, Lithuania, Polandia, Rusia, Perancis, Spanyol, Jerman, Austria, Selandia Baru, Australia, Thailand, Singapura, dan Tiongkok.

"Sejumlah nama dipastikan hadir, seperti Dan Sweeney (juara Freestyle Kiteboarding dari Australia), Narapichit Pudja (juara kedua World Champion Race dan Asian Champion Race), dan Niklas Langseth (juara Freestyle Kiteboarding Swedia). Tak lupa, beberapa peselancar dari Indonesia juga akan ikut unjuk kemampuan," katanya.

Ia menjelaskan bahwa olahraga yang dibalut konsep pariwisata ini digelar untuk semakin mempromosikan Tabuhan, sebuah pulau tak berpenghuni dengan pantai putih bersih dan air laut jernih yang bisa ditempuh tak lebih dari 45 menit dari pusat kota Banyuwangi

Untuk bisa menuju ke Pulau Tabuhan, dari pusat kota Banyuwangi dibutuhkan waktu sekitar 20 menit untuk menuju ke Pantai Bangsring, salah satu titik pemberangkatan ke Tabuhan. Dari Pantai Bangsring, wisatawan bisa menuju Pulau Tabuhan dengan waktu tempuh tak sampai 25 menit menggunakan kapal wisata yang dioperasikan oleh kelompok warga lokal.

Co-Host Tabuhan Island Pro Kiteboarding, Jeroen van Der Kooij, mengatakan saat ini kiteboarding (selancar layang) semakin digemari oleh para pencinta olahraga air dunia. Berdasarkan data International Kiteboarding Association, terdapat lebih dari 1,5 juta pemain kiteboarding (kitesurfing) di seluruh dunia.

Dia optimistis Pulau Tabuhan bakal menjadi lokasi idola bagi pencinta kiteboarding. Pasalnya, laut di pulau tersebut mempunyai keistimewaan yang tak dimiliki wilayah lain yang selama ini dikenal sebagai surfpoint seperti Bali. Kecepatan angin di sekitar Pulau Tabuhan mencapai 20-25 knot secara konstan sepanjang Mei sampai Oktober. Kecepatan angin itu sangat baik untuk bermain selancar layang maupun selancar angin. Apalagi, lautnya juga tanpa ombak.

Sedangkan di Bali, jelas Van Der Kooij, angin nyaris tak pernah bertiup dengan kecepatan di atas 15 knot. Kecepatan angin di Bali terlalu rendah, sehingga pencinta olahraga air ini membutuhkan layang-layang paralayang dan layar yang lebih besar. Angin di Bali juga tidak konstan, sehingga para peselancar layang dan angin lebih banyak menunggu.

Kiteboarding adalah olahraga air yang mengombinasikan selancar angin, selancar, paralayang, bahkan senam menjadi satu jenis olahraga. Para atlet di papan selancar dihubungkan dengan layang-layang paralayang. Para peselancar layang memanfaatkan angin untuk menaklukkan air dan melayang-layang di udara, lalu melandai kembali berselancar di atas air dengan gerakan-gerakan yang akrobatik. (WDY)

Pewarta: Pewarta: Masuki M Astro

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015