Negara (Antara Bali) - Nelayan di Kabupaten Jembrana yang berminat menggunakan jaring pakis (jaring yang ditebar ke laut, kemudian ditarik dari pinggir) terus menurun.
"Dulu banyak warga sini yang memiliki jaring pakis. Tapi sekarang tinggal satu," kata Joko, salah seorang nelayan di Desa Candikusuma, Kecamatan Melaya, Selasa.
Ia tidak tahu pasti penyebab nelayan setempat kurang berminat terhadap jaring pakis, hanya bisa menduga, disebabkan hasil tangkap dengan jaring tersebut yang terus menurun.
Suprapto, salah seorang nelayan yang masih mempertahankan jaring pakis miliknya mengakui, jika dibandingkan sepuluh tahun lalu, hasil tangkapan saat ini jauh menurun, namun bukannya tidak ada sama sekali.
"Setiap hari ada saja ikan yang tertangkap, yang hasilnya cukup untuk kebutuhan pokok sehari-hari bagi nelayan. Pokoknya, sesepi apapun jaring pakis, hasilnya masih cukup untuk membeli beras," kata nelayan yang sudah puluhan tahun memelihara jaring pakis ini.
Menurutnya, dengan melibatkan 10 hingga 13 nelayan, masing-masing dari mereka bisa memperoleh pendapatan Rp30 ribu perhari saat musim sepi, sementara saat ikan ramai penghasilannya melonjak hingga ratusan ribu rupiah.
Untuk menjalankan jaring jenis ini, ia bersama anak buahnya membuat aturan tidak tertulis yang juga dianut nelayan jaring pakis lainnya, yaitu jika penjualan Rp500 ribu ke bawah, seluruhnya dibagi rata baik oleh pemilik jaring maupun anak buah, dipotong satu bagian yang sama untuk operasional mesin sampan.
Jika penjualan di atas nilai tersebut, pemilik mendapatkan bagian empat kali lebih banyak dibandingkan anak buah, dengan pertimbangan ia menanggung biaya kerusakan jaring.
Nelayan jaring jenis ini, menangkap ikan dengan cara membawa jaring ke tengah laut menggunakan sampan, dengan disambungkan tali hingga ke pantai.
"Saya rata-rata menebar jaring sejauh sekitar 200 meter dari pantai. Tapi kalau ikan sangat sepi, talinya bisa ditambah hingga satu kilometer bahkan lebih. Kalau sudah sejauh itu, bisa seharian narik jaringnya," kata Suprapto.
Disinggung bantuan dari pemerintah, ia mengatakan, pernah mendapatkan bantuan mesin tempel untuk sampan lewat kelompok nelayan, sedangkan kalau dalam bentuk jaring belum pernah.
Untuk memiliki seperangkat jaring lengkap dengan sampan serta mesin, menurutnya, dibutuhkan modal sekitar Rp35 juta, sementara untuk jaringnya saja sekitar Rp20 juta.
Selain di Desa Candikusuma, nelayan yang menggunakan jaring pakis juga bisa dijumpai di Dusun Pabuahan, Desa Banyubiru, Kecamatan Negara, yang saat ini masih cukup banyak bertahan.(GBI)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
"Dulu banyak warga sini yang memiliki jaring pakis. Tapi sekarang tinggal satu," kata Joko, salah seorang nelayan di Desa Candikusuma, Kecamatan Melaya, Selasa.
Ia tidak tahu pasti penyebab nelayan setempat kurang berminat terhadap jaring pakis, hanya bisa menduga, disebabkan hasil tangkap dengan jaring tersebut yang terus menurun.
Suprapto, salah seorang nelayan yang masih mempertahankan jaring pakis miliknya mengakui, jika dibandingkan sepuluh tahun lalu, hasil tangkapan saat ini jauh menurun, namun bukannya tidak ada sama sekali.
"Setiap hari ada saja ikan yang tertangkap, yang hasilnya cukup untuk kebutuhan pokok sehari-hari bagi nelayan. Pokoknya, sesepi apapun jaring pakis, hasilnya masih cukup untuk membeli beras," kata nelayan yang sudah puluhan tahun memelihara jaring pakis ini.
Menurutnya, dengan melibatkan 10 hingga 13 nelayan, masing-masing dari mereka bisa memperoleh pendapatan Rp30 ribu perhari saat musim sepi, sementara saat ikan ramai penghasilannya melonjak hingga ratusan ribu rupiah.
Untuk menjalankan jaring jenis ini, ia bersama anak buahnya membuat aturan tidak tertulis yang juga dianut nelayan jaring pakis lainnya, yaitu jika penjualan Rp500 ribu ke bawah, seluruhnya dibagi rata baik oleh pemilik jaring maupun anak buah, dipotong satu bagian yang sama untuk operasional mesin sampan.
Jika penjualan di atas nilai tersebut, pemilik mendapatkan bagian empat kali lebih banyak dibandingkan anak buah, dengan pertimbangan ia menanggung biaya kerusakan jaring.
Nelayan jaring jenis ini, menangkap ikan dengan cara membawa jaring ke tengah laut menggunakan sampan, dengan disambungkan tali hingga ke pantai.
"Saya rata-rata menebar jaring sejauh sekitar 200 meter dari pantai. Tapi kalau ikan sangat sepi, talinya bisa ditambah hingga satu kilometer bahkan lebih. Kalau sudah sejauh itu, bisa seharian narik jaringnya," kata Suprapto.
Disinggung bantuan dari pemerintah, ia mengatakan, pernah mendapatkan bantuan mesin tempel untuk sampan lewat kelompok nelayan, sedangkan kalau dalam bentuk jaring belum pernah.
Untuk memiliki seperangkat jaring lengkap dengan sampan serta mesin, menurutnya, dibutuhkan modal sekitar Rp35 juta, sementara untuk jaringnya saja sekitar Rp20 juta.
Selain di Desa Candikusuma, nelayan yang menggunakan jaring pakis juga bisa dijumpai di Dusun Pabuahan, Desa Banyubiru, Kecamatan Negara, yang saat ini masih cukup banyak bertahan.(GBI)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015