Denpasar (Antara Bali) - Inflasi perdesaan di Bali sebesar sebesar 0,64 persen pada bulan Juli 2015, jauh lebih kecil dibanding angka nasional pada bulan yang sama mencapai 0,89 persen.

"Dari 33 provinsi di Indonesia yang menjadi sasaran survei, seluruhnya mengalami inflasi," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, Panusunan Siregar di Denpasar, Selasa.

Ia mengatakan, inflasi perdesaan tertinggi terjadi di Provinsi Jawa Tengah sebesar 1,35 persen dan inflasi terendah di Sulawesi Utara 0,11 persen.

Hasil pemantauan harga-harga di daerah perdesaan di Bali pada bulan Juli 2015 menunjukkan nilai tukar petani (NTP) mengalami kenaikan sebesar 0,64 persen dari 103,93 persen pada Juni 2015 menjadi 104,60 persen pada bulan Juli 2015.

Kenaikan tersebut berkat meningkatnya indeks harga yang diterima (lt) sebesar 1,12 lebih dari 120,76 pada bulan Juni 2015 menjadi 122,11 pada Juli 2015.

Sementara dari sisi indeks yang dibayar petani (lb) tercatat kenaikan sebesar 0,47 persen, dari 115,19 menjadi 116,74 persen.

Dari lima subsektor yang menentukan pembentukan NTP Bali hampir semuanya mengalami kenaikan, kecuali subsektor tanaman perkebunan rakyat.

Panasunan Siregar menambahkan, kenaikan tertinggi tercatat untuk NTP subsektor hortikultura sebesar 1,88 persen, menyusul tanaman pangan 0,62 persen, peternakan 0,46 persen dan perikanan 0,44 persen.

Sementara subsektor tanaman perkebunan rakyat menurun sebesar 0,35 persen.

Nilai tukar petani diperoleh dari perbandingan indeks yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani, sehingga semakin tinggi NTP dan semakin kuat pula tingkat kemampuan daya beli petani.

Selain itu juga menunjukkan daya tukar dari produk pertanian terhadap barang dan jasa yang diperlukan petani untuk konsumsi rumah tangga, ujar Panasunan Siregar. (WDY)

Pewarta: Pewarta: I Ketut Sutika

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015