Jakarta (Antara Bali) - Perfeksionisme ternyata tak selalu baik karena
menurut hasil sebuah penelitian yang disiarkan jurnal Society for
Personality and Social Psychology menunjukkan, sifat ini bisa menganggu
kesuksesan di tempat kerja, sekolah atau tempat bergaul.
Dalam studi itu, para peneliti mengungkapkan, perfeksionisme bisa memperburuk kondisi seseorang karena selalu mengkhawatirkan kesalahan dan membuat perasaan orang lain terpuruk.
Kondisi ini bisa membuat kelelahan dan berpotensi menimbulkan sejumlah masalah kesehatan, antara lain depresi, gangguan kecemasan, gangguan makan, kelaparan dan bahkan kematian dini.
"Orang yang perfeksionis menakutkan dan mengkhawatirkan performa dirinya. Hal ini bisa menimbulkan stres yang berakibat kelelahan. Hubungan dengan orang lain bisa terganggu dan ini sulit ditangani karena setiap kesalahan selalu dilihat sebagai bencana," kata ketua peneliti sekaligus asisten profesor psikologi olahraga dari Universitas York St. John di Inggris, Andrew Hill.
Menurut Hill, seorang atlet tenis bisa menang pada pertandingan besar karena usaha kerasnya, namun bekerja secara perfeksionis di tempat kerja mungkin saja tidak diperhitungan atau diberi imbalan dan ini membuat orang lelah serta sinis.
"Orang-orang perlu belajar menentukan tujuan yang realistis, menerima kesalahan sebagai kesempatan untuk belajar dan memaafkan diri dan orang lain jika gagal. Menciptakan lingkungan yang memicu kreativitas, usaha dan ketekunan bisa membantu," tutur Hill seperti dilansir Science Daily. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
Dalam studi itu, para peneliti mengungkapkan, perfeksionisme bisa memperburuk kondisi seseorang karena selalu mengkhawatirkan kesalahan dan membuat perasaan orang lain terpuruk.
Kondisi ini bisa membuat kelelahan dan berpotensi menimbulkan sejumlah masalah kesehatan, antara lain depresi, gangguan kecemasan, gangguan makan, kelaparan dan bahkan kematian dini.
"Orang yang perfeksionis menakutkan dan mengkhawatirkan performa dirinya. Hal ini bisa menimbulkan stres yang berakibat kelelahan. Hubungan dengan orang lain bisa terganggu dan ini sulit ditangani karena setiap kesalahan selalu dilihat sebagai bencana," kata ketua peneliti sekaligus asisten profesor psikologi olahraga dari Universitas York St. John di Inggris, Andrew Hill.
Menurut Hill, seorang atlet tenis bisa menang pada pertandingan besar karena usaha kerasnya, namun bekerja secara perfeksionis di tempat kerja mungkin saja tidak diperhitungan atau diberi imbalan dan ini membuat orang lelah serta sinis.
"Orang-orang perlu belajar menentukan tujuan yang realistis, menerima kesalahan sebagai kesempatan untuk belajar dan memaafkan diri dan orang lain jika gagal. Menciptakan lingkungan yang memicu kreativitas, usaha dan ketekunan bisa membantu," tutur Hill seperti dilansir Science Daily. (WDY)
Penerjemah: Lia Wanadriani Santosa
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015