Denpasar (Antara Bali) - Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Udayana Prof. Dr. Wayan Windia menilai, petani yang bergerak dalam sektor pertanian, khususnya tanaman pangan di Bali selalu dalam kondisi merugi.

"Dengan demikian wajar kalau mereka perlu mendapatkan bantuan yakni subsidi dan proteksi, agar petani tidak menjual sawahnya," kata Prof Windia yang juga ketua pusat penelitian Subak Universitas Udayana di Denpasar, Sabtu.

Ia mengatakan, jika petani dalam mengembangkan usahanya tidak mendapat subsidi dan proteksi dikhawatirkan para petani banyak yang menjual sawah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.

"Jika hal itu sampai terjadi dikhawatirkan lahan pertanian beralih fungsi dan organisasi pengairan tradisional bidang pertanian (subak) akan punah, sekaligus budaya Bali akan goyah dan hancur," ujar Wayan Windia.

Ia menjelaskan, seiring dengan kondisi perekonomian Bali, penduduk miskin di Bali justru naik sebesar 0,04 persen pada Maret 2014, dibandingkan dengan tahun 2013. Penduduk miskin di Bali kini tercatat 185.200 rumah tangga miskin (RTM) atau rumah tangga sasaran (RTS).

Menurut Bank Indonesia (BI) Provinsi Bali hal ini terjadi karena adanya pertumbuhan yang rendah di sektor pertanian. Sementara sektor pariwisata hotel restoran (PHR) yang glamor tidak mampu mengentaskan kemiskinan.

"Hal itu mengindikasikan bahwa pertumbuhan sektor pariwisata (PHR) yang tinggi, tidak menjamin adanya pengurangan penduduk miskin di Bali," ujar Windia.

Untuk melihat kondisi riil petani di Bali dari nilai tukar petani (NTP) pertanian, pada tahun 2014, NTP di Bali turun sebesar 1,79 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

NTP di Bali sekarang 104,58 yang berarti bahwa nilai produk pertanian di Bali adalah 104,58, sedangkan pengeluarannya adalah 100. Jadi, rendah sekali pendapatan petani di Bali.

NTP yang sedikit di atas 100, ditunjang oleh nilai pendapatan di sektor hortikultura. Sedangkan NTP petani di sektor pertanian tanaman pangan adalah di bawah 100.

Windia mengingatkan, seirama pertumbuhan sektor PHR di atas delapan persen, maka pada tahun 2014, Badan Pusat Statistik (BPS) Bali mencatat bahwa sawah di Bali berkurang rata-rata 750 hektare per tahun.

Sebelumnya sawah di Bali menurun sebesar 400 ha/tahun. Namun dalam kurun waktu tahun 2005-2009, sawah di Bali sempat berkurang rata-rata lebih dari 1000 ha/tahun.

Sawah di Bali terus berkurang, maka petani di daerah ini juga menurun. Pada tahun 2014 petani tercatat 528.506 orang, yakni turun sebesar 61.663 orang (10,45 persen) jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal itu menandakan bahwa pendukung budaya Bali di sektor pertanian telah menurun dengan drastis, ujar Wayan Windia. (WDY)

Pewarta: Pewarta: I Ketut Sutika

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015