Denpasar (Antara Bali)- Penampilan gong luang Alit Semara Dahana Banjar Petangan Gede Desa Ubung, duta seni kota Denpasar tampil serangkaian memeriahkan Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-37 di kalangan Angsoka Taman Budaya, Jumat siang.

Pementasan salah satu kesenian langka itu mampu menarik perhatian, karena penonton yang memadati panggung tersebut tidak beranjak sekitar dua jam sebelum pementasan berakhir.

"Pagelaran melibatkan 38 seniman terdiri atas 20 seniman tabuh dan 18 penari dengan persiapan yang matang," Kata tokoh masyarakat (penglingsir) Jero Gede Petangan Ubung Kaja A.A Ngurah Bagus Ardjana.

Sekaa (grup) gong Luang Alit Semara Dahana oleh Jero Gede Petangan sebagai wujud apresiasi seni pada peringatan satu abad Puputan Badung.

A.A Ngurah Bagus Ardjana menuturkan, dari sejumlah daerah di Bali yang mewarisi perangkat gong luang, hanya  gong luang Alit Semara Dahana memiliki sejarah unik, karena keberadaan sekaa baru bangkitkan kembali 20 september 2006 melibatkan generasi muda.

Gong luang diyakini sebagai salah satu gambelan yang berasal dari Jawa khususnya Kerajaan majapahit dan merupakan salah satu gambelan barungan cukup langka di Bali.

A.A Ngurah Bagus menjelaskan, gong luang umumnya digunakan untuk mengiringi ritual Pitra Yadnya, khususnya yang berkaitan dengan memukur, rangkaian ritual Ngaben (kremasi jenazah).

Selain itu juga untuk kelengkapan ritual Dewa Yadnya yakni mengiringi tarian sakral seperti tari rejang, tari baris dan tari pendet, ujar A.A Ngurah Bagus. (WDY)

Pewarta:

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015