Jakarta (Antara Bali) - Ahli kesehatan mengingatkan kita untuk tidak mengabaikan rasa nyeri, terutama nyeri yang baru pertama kali dirasakan. Kondisi ini bisa saja merupakan pertanda gangguan serius pada bagian tubuh kita.

"Kalau belum pernah alami nyeri tertentu, ada baiknya konsultasi dulu dengan dokter. Misalnya tiba-tiba mengalami nyeri punggung disertai penurunan berat badan, bisa saja karena infeksi tulang, atau ada infeksi dari organ bagian dalam (tubuh)," ujar Neurolog dari Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Indonesia Atmajaya, dr. Jimmy F.A. Barus, M.Sc., Sp.S., di Jakarta, Kamis.

Jimmy mengatakan, nyeri merupakan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan dimana berhubungan dengan kerusakan jaringan, sehingga individu bisa merasa tersiksa, menderita dan tidak nyaman yang akhirnya menganggu aktivitas sehari-hari-hari, psikis dan lain-lain.

"Secara normal, nyeri terjadi karena adanya mekanisme pertahanan tubuh dan proteksi terhadap adanya kerusakan jaringan," kata dia.

Dia memaparkan, berdasarkan durasinya, nyeri, dapat dibedakan menjadi nyeri akut dan nyeri kronis. Kebanyakan nyeri akut bersifat terbatas atau akan sembuh dalam beberapa hari atau minggu yang biasanya terjadi kurang dari satu hingga tiga bulan.

Sementara nyeri kronis adalah nyeri yang menetap dialami lebih dari tiga bulan sejak mulai dari dirasakan nyeri. Dia mengatakan, dalam beberapa kasus, nyeri akut yang tidak ditangani dengan tepat kemungkinan dapat berkembang menjadi nyeri kronis.

"Nyeri kronis bisa memperburuk kualitas hidup pasien karena dapat menurunkan kemampuan bekerja, menimbulkan gangguan tidur, kecemasan, frustasi, depresi, kurang nafsu makan, berdampak negatif pada sikap dan gaya hidup serta ketergantungan pada obat dan perawatan medis," tutur Jimmy.

"Oleh karena itu, rasa nyeri harus ditangani secara tepat dan tidak seharusnya diabaikan. Bila dibiarkan berlanjut, dan tidak ditangani dengan tepat, rasa nyeri yang ringan sekalipun dapat berlangsung kronis dan semakin berat, bahkan menyebabkan depresi," tambah dia.

Menurut dia, secara umum, penanganan nyeri dapat melalui terapi secara farmakologis maupun non-farmakologi. Untuk penanganan nyeri secara farmakologi melibatkan penggunaan obat-obatan seperti golongan anti-inflamasi, opiat, maupun obat-obat adjuvans.

Sedangkan penanganan nyeri non farmakologis yaitu mengatasi nyeri dengan memberikan intervensi fisik, psikologis seperti fisioterapi dan relaksasi. Bahkan pada kasus tertentu, dibutuhkan intervensi bedah atau prosedur tertentu untuk mengatasi nyerinya. (WDY)

Pewarta: Pewarta: Lia Wanadriani Santosa

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015