Denpasar (Antara Bali) - Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Provinsi Bali Dewa Gede Ngurah Swasta mengatakan Provinsi Bali menjadi teladan dalam membina kerukunan dan keharmonisan antarumat beragama yang perlu dicontoh daerah lain.

"Hal ini tercermin dalam setiap pelaksanaan hari raya keagamaan, semua umat yang berbeda agama sama-sama bertoleransi dan menjaga ketertiban dan kelancaran acara," katanya di Denpasar, Kamis.

Ia mengatakan, untuk mewujudkan kerukunan dan keharmonisan antarumat beragama harus melibatkan semua pihak, mulai dari pemerintah, kalangan pemuka agama, tokoh adat dan juga peran serta masyarakat.

Kerukunan umat beragama, menurut Ngurah Swasta, merupakan amanat dan tuntutan untuk menjaga keberlangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara.

"Bila gagal menciptakan kerukunan dan bahkan terjadi konflik sosial tidak mungkin bisa melaksanakan berbagai program yang berkaitan dengan pembangunan daerah dan peningkatan kesejahteraan masyarakat," ujarnya.

Dikatakan, Indonesia memang negara majemuk dalam hal kepercayaan sehingga harus dikelola dengan metode yang benar dan sesuai, jika tidak maka dapat menimbulkan pertentangan yang berujung pada perpecahan antar satu agama dengan agama yang lainnya.

Selain itu, Bali merupakan salah satu pemrakarsa lahirnya Surat Keputusan Bersama (SKB) Tiga Menteri tahun 2006. Saat itu Bali merupakan salah satu daerah percontohan dalam membina kerukunan antarumat beragama yang dihargai pemerintah pusat.

"FKUB harus menjadi pondasi terdepan menjaga misi kerukuan umat yang juga berarti menjaga empat pilar kebangsaan yakni Pancasila, UUD 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan Bhinneka Tunggal Ika," ujar dia.

Dalam lingkup yang lebih kecil, Dewa Gede Ngurah Swasta mengatakan, toleransi umat beragama di Bali tercermin begitu baik dilihat dari kerukunan umat setiap pelaksanaan kegiatan keagamaan.

Kerukunan di Bali menurutnya sulit ditemukan di daerah lain, pihaknya mengambil contoh setiap upacara agama Hindu seperti Nyepi, umat muslim bersama-sama menjaga ketertiban agar umat Hindu dapat menjalankan pertapaan dengan baik.

"Demikian juga saat Ramadhan, Idul Fitri dan Natal serta Waisak, masyarakat Hindu di Bali sangat bertoleransi dengan ikut menjaga kelancaran jalannya acara," kata dia. (WDY)

Pewarta:

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015