Jakarta (Antara Bali) - Presiden Joko Widodo mengancam mencopot para menteri dan jajaran terkait jika tidak bisa menurunkan waktu tunggu bongkar muat di pelabuhan (dwelling time).
"Kita harus terbuka, saya tanya tidak ada jawabannya, ya saya cari sendiri jawabannya dengan cara saya. Kalau sulit bisa saja Dirjennya saya copot, pelaku di lapangan saya copot, bisa juga menterinya yang saya copot," kata presiden saat melakukan kunjungan kerja di Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta, Rabu.
Jokowi menginginkan pelabuhan lebih cepat, lebih efesien dalam memberikan pelayanan, baik terhadap para importir maupun eksportir.
Presiden cukup kecewa mendengar jawaban saat kunjungan ke Pelabuhan Tanjung Priuk bahwa "dwelling time" masih ada yang tiga hari, 20 hari bahkan sampai 25 hari. "Kita sebagai institusi pemerintah, baik kementerian maupun lembaga, saya hanya ingin kita bisa mendekatinya, tidak usah menyamai 'dwelling time' negara-negara tetangga," harapnya.
Presiden menegaskan bahwa kondisi seperti ini sudah lama terjadi dan ketidakefesienan tersebut membuat kerugian mendekati Rp780 triliun.
"Jadi jangan diceritain hal-hal yang baik saja. Siapa yang paling lambat dan mana yang paling baik. Kita harus perbaiki, kita harus terbuka. Bertanya tidak ada jawabannya dan akan saya cari sendiri jawabannya, dengan cara saya sendiri," kata presiden saat mengumpulkan para pejabat terkait di Ruang kontrol Pelabuhan Tanjung Priuk.
Dalam pertemuan tersebut, diantaranya hadir Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Indroyono Soesilo, Dirjen Perhubungan Laut Bobby Mamahit, Direktur Utama PT Pelindo II RJ Lino dan beberapa pejabat terkait lainnya.
Presiden mengatakan bahwa dirinya memiliki pengalaman 28 tahun menghadapi pelayanan bongkar muat di pelabuhan terkait impor dan ekspor. "Fakta-fakta itu sudah jadi makanan keseharian saya. Saya minta kementerian lembaga perbaiki semuanya. Nanti akan saya cek, di lapangan, dengan cara saya sendiri," katanya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
"Kita harus terbuka, saya tanya tidak ada jawabannya, ya saya cari sendiri jawabannya dengan cara saya. Kalau sulit bisa saja Dirjennya saya copot, pelaku di lapangan saya copot, bisa juga menterinya yang saya copot," kata presiden saat melakukan kunjungan kerja di Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta, Rabu.
Jokowi menginginkan pelabuhan lebih cepat, lebih efesien dalam memberikan pelayanan, baik terhadap para importir maupun eksportir.
Presiden cukup kecewa mendengar jawaban saat kunjungan ke Pelabuhan Tanjung Priuk bahwa "dwelling time" masih ada yang tiga hari, 20 hari bahkan sampai 25 hari. "Kita sebagai institusi pemerintah, baik kementerian maupun lembaga, saya hanya ingin kita bisa mendekatinya, tidak usah menyamai 'dwelling time' negara-negara tetangga," harapnya.
Presiden menegaskan bahwa kondisi seperti ini sudah lama terjadi dan ketidakefesienan tersebut membuat kerugian mendekati Rp780 triliun.
"Jadi jangan diceritain hal-hal yang baik saja. Siapa yang paling lambat dan mana yang paling baik. Kita harus perbaiki, kita harus terbuka. Bertanya tidak ada jawabannya dan akan saya cari sendiri jawabannya, dengan cara saya sendiri," kata presiden saat mengumpulkan para pejabat terkait di Ruang kontrol Pelabuhan Tanjung Priuk.
Dalam pertemuan tersebut, diantaranya hadir Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Indroyono Soesilo, Dirjen Perhubungan Laut Bobby Mamahit, Direktur Utama PT Pelindo II RJ Lino dan beberapa pejabat terkait lainnya.
Presiden mengatakan bahwa dirinya memiliki pengalaman 28 tahun menghadapi pelayanan bongkar muat di pelabuhan terkait impor dan ekspor. "Fakta-fakta itu sudah jadi makanan keseharian saya. Saya minta kementerian lembaga perbaiki semuanya. Nanti akan saya cek, di lapangan, dengan cara saya sendiri," katanya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015