Denpasar (Antara Bali) - Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan (Diskanla) Provinsi Bali, I Made Gunaja mengatakan bahwa, kalangan nelayan di daerah Lovina, Buleleng, Bali utara tidak banyak yang beralih profesi dari nelayan ke pramuwisata, karena sebagian besar tetap melaut ketika musim mendukung.

"Dari data yang ada, pada tahun 2014 total rumah tangga perikanan tangkap (RTPT) yang ada di Bali sebanyak 19.421 menurun hanya 30 RTP saja dari tahun sebelumnya sekitar 19.451 rumah tangga perikanan (RTPT)," kata Kepala Diskanla Bali I Made Gunaja di Denpasar, Jumat.

Ia mengatakan, data tersebut menunjukan intensitas penurunan jumlah nelayan tangkap tergolong kecil, terlebih lagi, data tersebut merupakan data seluruh nelayan di Bali, sehingga presentase penurunan jumlah nelayan di Lovina tentunya lebih kecil dari itu.

"Kami belum mendapatkan data yang pasti dan akurat berapa banyak nelayan di daerah Lovina dan Kalibukbuk yang beralih profesi ke jenis pekerjaan yang lain," kata dia.

I Made Gunaja meyakini, data akurat yang diterimanya menunjukkan bahwa asumsi banyak nelayan Lovina beralih profesi tidak benar. Ia mengira sebagian besar nelayan di daerah utara Pulau Bali itu berprofesi lebih dari satu, yakni nelayan dan pekerjaan jenis lainnya. Ia menambahkan, kadangkala nelayan tidak selamanya bisa melaut, seperti bulan Desember sampai bulan Meret, kebanyakan nelayan tidak berani melaut karena musim yang sangat ekstrim seperti gelombang tinggi dan lain-lainnya.

Kekosongan pendapatan itulah yang digunakan oleh sebagian besar nelayan untuk melakoni jenis pekerjaan lain, seperti pramuwisata atau pekerja lainnya. "Seperti di Lovina, jika sedang musim kunjungan wisata para nelayan lebih cenderung menjadi pramuwisata karena hasilnya lebih menjanjikan, fenomena ini tidak menunjukan para nelayan beralih profesi, kegiatan itu hanya dipakai sambilan saja, ketika cuaca normal, para nelayan tetap melaut," ujar Made Gunaja.

I Made Gunaja menambahkan, banyak nelayan di Lovina memilih mengantarkan tamu melihat lumba-lumba karena jenis wisata bahari itu ramai peminat, terutama dari kalangan wisatawan mancanegara. "Ketika tidak melaut, para nelayan memilih mengantarkan rombongan tamu yang ingin menyaksikan atraksi lumba-lumba, tamu luar negeri apalagi, para tamu itu tentu membawa banyak uang, peluang ekonomi inilah yang dibaca oleh nelayan disana untuk mendapatkan tambahan penghasilan," katanya. (WDY)

Pewarta:

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015